You are on page 1of 58

PERKEMBANGAN STANDAR PROFESI

AKUNTAN PUBLIK

Dasar Hukum
UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik:
Kode etik
SPM
SPAP

Pasal 1:
Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya
disingkat SPAP, adalah acuan yang ditetapkan menjadi
ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya.

SPAP & KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Kode Etik Profesi


Akuntan Publik

Standar Pengendalian Mutu

Kerangka Perikatan Asurans

SPR

SA

Standar Jasa
Terkait

SPA
3

Kode Etik

Kode
Kode Etik
Etik
Memberikan suatu gambaran
secara garis besar mengenai:
Prinsip dasar etika profesi
dan kerangka konseptual
untuk penerapan prinsip
tersebut.
Penerapan kerangka
konseptual tersebut pada
situasi tertentu.

Pendahuluan
Pendahuluan
Bersumber dari Kode Etik Akuntan
Profesional yang ditetapkan oleh
International Ethics Standards Board
for Accountants (IESBA).
Berbasis prinsip.
Terdiri dari dua bagian: (i) Bagian A
(prinsip dasar etika profesi dan
kerangka konseptual untuk penerapan
prinsip tersebut), dan (ii) Bagian B
(ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual tersebut pada
situasi tertentu; bukan merupakan
suatu daftar lengkap).
6

Keterterapan
Keterterapan
Setiap individu (Praktisi) dalam KAP atau
Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota
IAPI maupun yang bukan merupakan anggota
IAPI, yang memberikan jasa profesional yang
meliputi jasa assurance dan jasa selain
assurance seperti yang tercantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP
atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa 1 J a n
uar
profesional seperti tersebut di atas tetap harus
i 20
10
mematuhi dan menerapkan Bagian A.
Merupakan aturan minimum.
Tetap tunduk pada perundang-undangan,
ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang
terkait.
All rights reserved

Prinsip
Prinsip Dasar
Dasar Etika
Etika Profesi
Profesi

PPrr
ooff
BBee eess
hhaa ssioio
vvii nnaa
oorr ll

Integrity
Integrity

C
Co
on
nf
fd
de
en
nttia
ialli
ittyy

All rights reserved

ETHICS

iittyy
iivv
cctt
jjee
OObb

Integritas
Objektivitas
Kompetensi serta
kecermatan dan kehatihatian profesional
(professional
competence and due
care)
Kerahasiaan
Perilaku profesional

cce
e
n
n
e
t
e
et
p
pe
m
m
o
rre
e
ll C
Co Ca
a
a
a
n
C
e
u
on D
ssiio
ue
s
D
s
e
d
nd
offe a
P
an
Prro

Pendekatan Kerangka Konseptual


Membantu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancamanyang-secara-jelas-tidak-signifikan, maka pencegahan yang
tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke
tingkat yang dapat diterima.
Jika pencegahan yang tepat tidak dapat diterapkan, maka
perikatan harus ditolak atau dihentikan, atau bahkan
pengunduran diri dari perikatan.

All rights reserved

Ancaman dan Pencegahan


Ancaman:
(i) kepentingan pribadi,
(ii) telaah pribadi,
(iii) advokasi,
(iv) kedekatan, dan
(v) intimidasi.
Pencegahan:
(i) dibuat oleh profesi, perundangundangan, atau peraturan,
(ii) dalam lingkungan kerja (tingkat
institusi dan tingkat perikatan), dan
(iii) diterapkan oleh klien.
All rights reserved

10

SPM 1
Bersumber dari International Standards on Quality Control 1
SPM 1 berlaku efektif pada tahun 2013, bersamaan dengan
diberlakukannya secara efektif seluruh standar profesi
internasional yang diadopsi di Indonesia
Tujuan KAP dalam menetapkan dan memelihara suatu
sistem pengendalian mutu adalah untuk memberikan suatu
keyakinan memadai bahwa:

KAP dan personilnya mematuhi standar profesi dan peraturan


perundang-undangan yang berlaku
Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan tepat sesuai
dengan kondisinya

11

Lingkup SPM
Mengatur tanggung jawab KAP atas sistem
pengendalian
mutu
dalam
melaksanakan
perikatan:
Assurance, dan
Selain assurance.

Khusus untuk perikatan audit, selain harus


mematuhi SPM 1 juga harus menerapkan SA 220:
Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan
Keuangan.
12

Unsur-unsur SPM

KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem


pengendalian mutu yang mencakup kebijakan dan
prosedur yang mengatur setiap unsur-unsur sebagai
berikut:

Tanggung jawab pimpinan atas mutu dalam KAP


Ketentuan etika profesi yang relevan
Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan
perikatan tertentu
Sumber daya manusia
Pelaksanaan perikatan
Pemantauan

13

Sistem Pengendalian Mutu


SPM

Policy &
Procedure

Safeguard
& Facility

Leadership Responsibility for Quality within the Firm:


MP/CEO Take Ultimate Responsibility

ETHICAL
REQUIREMENT

CLIENT
ACCEPTANCE
AND
CONTINUANCE

HUMAN
RESOURCE
S

ENGAGEMENT
PERFORMANCE

MONITORING

DOCUMENTATION: Design SPM, Working Paper, Report , kerahasiaan

14

FUNGSI SPM
Mitigasi risiko dalam melayani
klien & stakeholders

Ancaman

KAP

Sanksi administrasi
Pidana
Tuntutan/gugatan

Perintah UU:
Pemberian
Jasa

Safeguard by
SPM

SPM
AP/Staf

AP/Staf

AP/Staf

TUJUAN
SPM:
memberikan
keyakinan
bahwa:
AP
memberikan
jasa sesuai
SPAP/Kode
etik dan UU
Laporan
tepat

15

KERANGKA PERIKATAN ASURANS

16

Definisi
Perikatan Asurans berarti suatu perikatan yang di
dalamnya seorang praktisi menyatakan suatu kesimpulan
yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan
pengguna yang dituju (selain pihak yang bertanggung jawab)
terhadap hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal
pokok dibandingkan dengan kriteria.
Hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok
adalah informasi yang dihasilkan dari penerapan kriteria
terhadap hal pokok.

17

Jenis Perikatan Asurans


Dua tipe perikatan asurans yang dapat dilakukan oleh praktisi:
Perikatan yang memberikan keyakinan memadai, dan;
Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan memadai
adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah
yang dapat diterima dalam kondisi perikatan tersebut sebagai
basis kesimpulan praktisi yang dinyatakan dalam bentuk
positif.
perikatan yang memberikan keyakinan terbatas.
Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan terbatas
adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat yang
dapat diterima dalam kondisi perikatan tersebut (namun
risikonya lebih besar daripada risiko dalam perikatan yang
memberikan keyakinan memadai), sebagai basis kesimpulan
praktisi yang dinyatakan dalam bentuk negatif.
18

Jenis Perikatan Asurans


1) Perikatan berbasis asersi:
Pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dilakukan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas hal pokok, dan informasi hal
pokok disajikan dalam bentuk asersi oleh pihak yang bertanggung
jawab yang tersedia bagi pengguna yang dituju.
2) Perikatan pelaporan langsung:
Praktisi melakukan pengevaluasian atau pengukuran secara
langsung atas hal pokok atau dengan memperoleh representasi
dari pihak yang bertanggung jawab atas hal pokok yang
sebelumnya telah melakukan pengevaluasian atau pengukuran
atas hal pokok tersebut, yang tidak tersedia bagi pengguna yang
dituju. Informasi hal pokok disediakan bagi pengguna yang dituju
dalam bentuk laporan asurans.
19

Ruang Lingkup Kerangka


Tidak semua perikatan yang dilakukan oleh praktisi merupakan
perikatan asurans.
Perikatan yang dicakup dalam standar jasa terkait (SJT): AUP,
jasa kompilasi
Penyusunan SPT yang tidak memberikan suatu keyakinan
Perikatan jasa konsultansi (advisory)

20

Penerimaan Perikatan
Praktisi menerima perikatan asurans hanya jika pengetahuan awal
praktisi atas kondisi perikatan menunjukkan bahwa:
a)

Ketentuan etika profesi yang relevan, seperti independensi dan


kompetensi profesional akan terpenuhi; dan
b) Perikatan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Hal pokok adalah semestinya;
2) Kriteria yang digunakan adalah tepat dan tersedia bagi pemakai
laporan yang dituju;
3) Praktisi memiliki akses untuk mendapatkan bukti yang cukup dan
tepat untuk mendukung kesimpulan praktisi;
4) Kesimpulan praktisi, dalam perikatan yang memberikan keyakinan
memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan terbatas,
harus dimasukkan dalam laporan tertulis; dan
5) Adanya tujuan rasional dari jasa asurans tersebut.
21

Unsur-unsur Perikatan Asurans


Unsur-unsur suatu perikatan asurans yang dibahas
dalam seksi ini:
a) Hubungan tiga pihak yang melibatkan praktisi, pihak
yang bertanggung jawab, dan pemakai yang dituju;
b) Suatu hal pokok yang semestinya;
c) Kriteria yang sesuai;
d) Bukti yang cukup dan tepat; dan
e) Suatu laporan asurans dalam bentuk yang sesuai
dengan perikatan yang memberikan keyakinan
memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan
terbatas
22

Laporan Asurans
Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat
dinyatakan melalui salah satu dari cara-cara berikut ini:
Atas asersi pihak yang bertanggung jawab (sebagai contoh:
Menurut opini kami, asersi pihak yang bertanggung jawab
bahwa pengendalian internal PT ABC efektif, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kriteria XYZ, disajikan secara
wajar); atau
Secara langsung atas hal pokok dan kriterianya (sebagai
contoh: Menurut opini kami, pengendalian internal PT ABC
efektif, dalam semua hal yang material, berdasarkan kriteria
XYZ).
Dalam perikatan pelaporan langsung, kesimpulan praktisi
dinyatakan secara langsung atas hal pokok dan kriterianya.
23

Laporan Asurans
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai, praktisi
menyatakan kesimpulannya dalam bentuk positif, sebagai contoh:
Menurut opini kami, pengendalian intern PT ABC efektif, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ.
Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan keyakinan
memadai.
Setelah melaksanakan prosedur pengumpulan bukti yang
memadai (yang memperhatikan sifat, saat, dan luas) dengan
mempertimbangkan karakteristik hal pokok dan kondisi lain
perikatan yang relevan seperti yang dijelaskan dalam laporan
asurans, praktisi memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk
menurunkan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang
dapat diterima.
24

Laporan Asurans
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, praktisi
menyatakan kesimpulannya dalam bentuk negatif, sebagai
contoh: Berdasarkan hasil pekerjaan kami seperti yang dijelaskan
dalam laporan ini, tidak ada hal yang menjadi perhatian kami yang
menyebabkan kami yakin bahwa pengendalian internal PT ABC
tidak efektif, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kriteria XYZ.
Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan keyakinan
terbatas yang proporsional dengan tingkat prosedur
pengumpulan bukti yang dilakukan oleh praktisi dengan
mempertimbangkan karakteristik hal pokok dan kondisi lain
perikatan yang dijelaskan dalam laporan asurans.

25

STANDAR AUDITING

26

Standar Auditing LAMA


10 Standar auditing
Standar umum:
Keahlian dan kompetensi teknis
Sikap independensi
Kemahiran profesional

Standar pekerjaan lapangan


Perencanaan dan supervisi
Pemahaman pengendalian intern
Bukti audit kompeten

Tidak
berlaku
lagi

Standar pelaporan

Laporan auditor
Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
Pengungkapan informatif
Laporan berisi pendapat
27

Standar Auditing International Standard on Auditing


ISA
Prinsipprinsip
umum

Risk
assessment
dan risk
response

SA 200

SA 300

SA 500

SA 210

SA 315

SA 230

Menggunakan
pekerjaan
pihak lain

Laporan
auditor

Spesifik
area

SA 600

SA 700

SA 800

SA 501

SA 610

SA 705

SA 805

SA 320

SA 505

SA 620

SA 706

SA 810

SA 240

SA 330

SA 510

SA 250

SA 402

SA 520

SA 550

SA 260

SA 450

SA 530

SA 560

SA 540

SA 570

SA 265

Bukti
audit

SA 580

28

SA ISA
Prinsip-prinsip umum:
SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit
SA 210: Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220: Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan
SA 230: Dokumentasi Audit
SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan Dalam
Suatu Audit Atas Laporan Keuangan
SA 250: Pertimbangan Atas Perturan Perundang-Undangan Dalam Audit
Atas Laporan Keuangan
SA 260: Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata
Kelola
SA 265: Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal
Kepada Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola dan
Manajemen
29

SA ISA
Risk assessment dan risk response:
SA 300: Perencanaan Suatu Audit
SA 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material Melalui Pemahaman Atas Entitas Dan
Lingkungannya
SA 320: Materialitas Dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan
Audit
SA 330: Respons Auditor Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
SA 402: Pertimbangan Terkait Dengan Entitas Yang Menggunakan
Suatu Organisasi Jasa
SA 450: Pengevaluasian Atas Kesalahan Penyajian Yang
Diidentifikasi Selama Audit

30

SA ISA
Bukti audit:

SA 500: Bukti Audit


SA 501: Bukti Audit: Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 505: Konfirmasi Eksternal
SA 510: Perikatan Audit Tahun Pertama
SA 520: Prosedur Analitis
SA 530: Sampling Audit
SA 540: Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi
Nilai Wajar, dan Pengungkapan Yang Bersangkutan
SA 550: Pihak Berelasi
SA 560: Peristiwa Kemudian
SA 570: Kelangsungan Usaha
SA 580: Representasi Tertulis
31

SA ISA
Menggunakan pekerjaan pihak lain:
SA 600: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Grup
SA 610: Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620: Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Laporan auditor :
SA 700: Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan
Keuangan
SA 705: Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan Auditor
Independen
SA 706: Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain
Dalam Laporan Auditor Independen
32

SA ISA
Spesifik area:
SA 800: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Yang Disusun Sesuai Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Tunggal dan Suatu Unsur, Akun, Atau Pos Tertentu Dalam
Laporan Keuangan
SA 810: Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan
Keuangan

33

Standar Perikatan Review ISA


SPR 2400: Perikatan Untuk Reviu Atas Laporan Keunagan
SPR2410: Reviu Atas Informasi Keuangan Interim Yang
Dilaksanakan Oleh Auditor Independen Entitas

34

Audit Atas Laporan Keuangan


Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat
keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal ini
dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang
apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Dalam hal kebanyakan kerangka bertujuan umum, opini
tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka. Suatu audit yang dilaksanakan
berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan
memungkinkan auditor untuk merumuskan opini. (SA 200)
35

The Audit Process

Risk
Assessment

Risk
Response

Reporting

36

Ketentuan
Prakondisi Untuk Suatu Audit
(SA 200)
Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu
audit, auditor harus :
Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang
akan diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
dapat diterima, dan
Memperoleh
persetujuan
dari
manajemen
bahwa
manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya :
a) Untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk
jika relevan, penyajian wajar laporan tersebut;

37

Prakondisi Untuk Suatu Audit

b) Untuk menetapkan pengendalian internal tertentu yang


menurut manajemen diperlukan dalam penyusunan
laporan keuangan yang bebas dari salah saji material,
baik karena kecurangan maupunkesalahan; dan
c) Memberikan auditor:
Akses ke semua informasi yang dianggap relevan
Informasi tambahan yang diminta oleh auditor
Akses tidak terbatas ke personel dalam entitas yang
dipandang perlu

38

Risk Assessment
Perform acceptance
or continuance
procedures

Decide whether to
accept engagement

Plan the audit

Develop an overall
audit approach

Perform risk
assessment
procedures

Understand the
entity
Identify & assess
RMM
39

Aktivitas Awal Perikatan


Auditor harus melakukan aktivitas berikut pada awal perikatan
audit:
Melaksanakan prosedur tentang keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan audit tertentu (SA 220)
Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika, termasuk
independensi (SA 220)
Menetapkan suatu pemahaman atas persyaratan perikatan
(SA 210)

40

Aktivitas Perencanaan
Strategi audit:
Menetapkan strategi audit secara keseluruhan (ruang
lingkup, waktu, arah, serta panduan rencana audit)
Pengembangan rencana audit:
Sifat, waktu, dan luas prosedur penilaian risiko yang
direncanakan (SA 315)
Sifat, waktu, dan luas prosedur audit lanjutan pada tingkat
asersi yang direncanakan (SA 330)
Memutakhirkan/mengubah strategi audit dan rencana audit jika
diperlukan selama pelaksanaan audit.
Merencanakan sifat, waktu dan luas arah supervisi atas
anggota tim perikatan dan penelaahan atas pekerjaan mereka.
41

Pemahaman Atas Entitas


Dan Lingkungannya

Eksternal: faktor industri, peraturan, dan eksternal lain


termasuk kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Internal: operasi, struktur kepemilikan dan tata kelola,
investasi, dan cara entitas tersebut distrukturisasi dan
dibelanjai.
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, termasuk
alasan perubahannya.
Tujuan, strategi entitas, dan risiko bisnis.
Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan.

42

Pemahaman Atas
Pengendalian Internal

Lingkungan pengendalian
Proses penilaian risiko entitas
Sistem informasi, termasuk proses bisnis terkait, yang
relevan dengan pelaporan keuangan dan komunikasi
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit
Pemantauan atas pengendalian

43

Pengidentifikasian Dan Penilaian


Risiko Salah Saji Material

Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji


material pada:
Tingkat laporan keuangan; dan
Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan
pengungkapannya
Tentukan apakah risiko yang diidentifikasi merupakan risiko
yang signifikan
Risiko, ketika auditor memutuskan, bahwa prosedur
substantif semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup
dan tepat.

44

Materialitas
Materialitas pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan

Materialitas untuk
golongan transaksi, saldo
akun atau pengungkapan
tertentu, jika diperlukan

Materialitas pelaksanaan,
jika diperlukan

Materialitas pelaksanaan
untuk menilai risiko dan
perencanaan prosedur audit
lanjutan
45

Risk Response

Design further audit


procedures

Develop an
appropriate
response to
assessed risks

Perform further audit


procedures

Reduce audit risk


to an acceptably
low level

46

Respons Terhadap Risiko Yang Dinilai


Respons keseluruhan:
Menanggapi risiko salah saji yang terjadi pada tingkat
laporan keuangan;
Dipengaruhi pemahaman auditor atas lingkungan
pengendalian.
Respons pada tingkat asersi:
Pengujian pengendalian; dan
Prosedur substantif.

47

Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan
mengkoreksi salah saji material pada tingkat asersi.
Pengujian pengendalian dilaksanakan jika,
Harapan auditor bahwa pengendalian beroperasi secara
efektif; atau
Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit
yang cukup dan tepat.

48

Penilaian Efektivitas Operasi Pengendalian


Salah saji material yang diidentifikasi oleh prosedur audit
merupakan indikator kuat adanya defisiensi signifikan dalam
pengendalian internal.
Tingkat penyimpangan yang terdeteksi, bila dibandingkan
dengan tingkat penyimpangan yang diharapkan, dapat
mengindikasikan bahwa pengendalian tidak dapat
diandalkan.
Risiko potensial salah saji perlu direspons dengan
menggunakan prosedur substantif.

49

Prosedur Substantif
Prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah saji
material pada tingkat asersi. Terdiri dari:
Pengujian rinci; dan
Prosedur analisis substantif
Tanpa memperhatikan hasil penilaian risiko, auditor harus
merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk
setiap golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan.
Prosedur substantif:
Konfirmasi eksternal;
Prosedur yang berkaitan dengan proses tutup buku;
Prosedur sebagai respons terhadap risiko signifikan.

50

Reporting

Evaluate the audit


evidence obtained

Determine what
aditional audit work
(if any) is required

Prepare the auditors


report

Form an opinion
based on audit
findings

51

Perumusan Suatu Opini Atas Laporan Keuangan


Auditor merumuskan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
Untuk merumuskan opini, auditor harus menyimpulkan
apakah auditor telah memperoleh keyakinan memadai
tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

Standar Audit 700

52

Bentuk Dan Jenis Opini


Jenis opini:
Opini tanpa modifikasian (unmodified opinion) (SA 700 dan
SA 706 Paragraf Penekanan suatu Hal dan Paragraf Hal
Lain dalam Laporan Auditor Independen (SA 706)):
Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Opini modifikasian (modified opinion) (SA 705, Modifikasi
terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen (SA
705)):
Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Opini tidak wajar (adverse opinion).
Opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer opinion).

Standar Audit 700

53

Bentuk dan Jenis Opini (lanjutan)


Auditor menyatakan opini tanpa modifikasian apabila
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Auditor harus memodifikasi opininya (berdasarkan SA
705) jika auditor:
Menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari
kesalahan penyajian material; atau
Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material.

Standar Audit 700

54

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
[Pihak yang Dituju]
Laporan atas Laporan Keuangan
Kami telah mengaudit laporan keuangan PT ABC terlampir, yang terdiri dari laporan posisi keuangan tanggal 31
Desember 2014, serta laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya.
Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan atas pengendalian internal yang dianggap perlu oleh manajemen
untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit kami berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Standar tersebut mengharuskan kami untuk mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit
untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian
material.

55

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan
penilaian risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan penyusunan dan penyajian
wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk
tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas
ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta
pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit
kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT
ABC tanggal 31 Desember 2014, serta kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut,
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
[Nama KAP]
[Tanda tangan Akuntan Publik]
[Nama Akuntan Publik]
[Nomor registrasi Akuntan Publik]
[Nomor registrasi KAP (jika tidak tercantum dalam kop surat KAP)]
[Tanggal laporan]
[Alamat KAP (jika tidak tercantum dalam kop surat KAP)]

56

HUBUNGAN AUDITING DENGAN PELAPORAN


KEUANGAN
Tanggung
jawab
manajemen
Basisnya SAK
Disiapkan SDM
yang kompeten

Tanggung jawab
AP
Basisnya ISA
Dilakukan oleh
auditor yang
kompeten dan
beretika

Regulator
t
en
em
c
or
f
En

Laporan
Keuangan
Goal

Laporan
Auditor
Independen
(Opini Auditor)

LK dengan risiko
kesalahan penyajian
material rendah

Decision
making oleh
User

Q&A

You might also like