Professional Documents
Culture Documents
AKUNTAN PUBLIK
Dasar Hukum
UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik:
Kode etik
SPM
SPAP
Pasal 1:
Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya
disingkat SPAP, adalah acuan yang ditetapkan menjadi
ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya.
SPR
SA
Standar Jasa
Terkait
SPA
3
Kode Etik
Kode
Kode Etik
Etik
Memberikan suatu gambaran
secara garis besar mengenai:
Prinsip dasar etika profesi
dan kerangka konseptual
untuk penerapan prinsip
tersebut.
Penerapan kerangka
konseptual tersebut pada
situasi tertentu.
Pendahuluan
Pendahuluan
Bersumber dari Kode Etik Akuntan
Profesional yang ditetapkan oleh
International Ethics Standards Board
for Accountants (IESBA).
Berbasis prinsip.
Terdiri dari dua bagian: (i) Bagian A
(prinsip dasar etika profesi dan
kerangka konseptual untuk penerapan
prinsip tersebut), dan (ii) Bagian B
(ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual tersebut pada
situasi tertentu; bukan merupakan
suatu daftar lengkap).
6
Keterterapan
Keterterapan
Setiap individu (Praktisi) dalam KAP atau
Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota
IAPI maupun yang bukan merupakan anggota
IAPI, yang memberikan jasa profesional yang
meliputi jasa assurance dan jasa selain
assurance seperti yang tercantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP
atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa 1 J a n
uar
profesional seperti tersebut di atas tetap harus
i 20
10
mematuhi dan menerapkan Bagian A.
Merupakan aturan minimum.
Tetap tunduk pada perundang-undangan,
ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang
terkait.
All rights reserved
Prinsip
Prinsip Dasar
Dasar Etika
Etika Profesi
Profesi
PPrr
ooff
BBee eess
hhaa ssioio
vvii nnaa
oorr ll
Integrity
Integrity
C
Co
on
nf
fd
de
en
nttia
ialli
ittyy
ETHICS
iittyy
iivv
cctt
jjee
OObb
Integritas
Objektivitas
Kompetensi serta
kecermatan dan kehatihatian profesional
(professional
competence and due
care)
Kerahasiaan
Perilaku profesional
cce
e
n
n
e
t
e
et
p
pe
m
m
o
rre
e
ll C
Co Ca
a
a
a
n
C
e
u
on D
ssiio
ue
s
D
s
e
d
nd
offe a
P
an
Prro
10
SPM 1
Bersumber dari International Standards on Quality Control 1
SPM 1 berlaku efektif pada tahun 2013, bersamaan dengan
diberlakukannya secara efektif seluruh standar profesi
internasional yang diadopsi di Indonesia
Tujuan KAP dalam menetapkan dan memelihara suatu
sistem pengendalian mutu adalah untuk memberikan suatu
keyakinan memadai bahwa:
11
Lingkup SPM
Mengatur tanggung jawab KAP atas sistem
pengendalian
mutu
dalam
melaksanakan
perikatan:
Assurance, dan
Selain assurance.
Unsur-unsur SPM
13
Policy &
Procedure
Safeguard
& Facility
ETHICAL
REQUIREMENT
CLIENT
ACCEPTANCE
AND
CONTINUANCE
HUMAN
RESOURCE
S
ENGAGEMENT
PERFORMANCE
MONITORING
14
FUNGSI SPM
Mitigasi risiko dalam melayani
klien & stakeholders
Ancaman
KAP
Sanksi administrasi
Pidana
Tuntutan/gugatan
Perintah UU:
Pemberian
Jasa
Safeguard by
SPM
SPM
AP/Staf
AP/Staf
AP/Staf
TUJUAN
SPM:
memberikan
keyakinan
bahwa:
AP
memberikan
jasa sesuai
SPAP/Kode
etik dan UU
Laporan
tepat
15
16
Definisi
Perikatan Asurans berarti suatu perikatan yang di
dalamnya seorang praktisi menyatakan suatu kesimpulan
yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan
pengguna yang dituju (selain pihak yang bertanggung jawab)
terhadap hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal
pokok dibandingkan dengan kriteria.
Hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok
adalah informasi yang dihasilkan dari penerapan kriteria
terhadap hal pokok.
17
20
Penerimaan Perikatan
Praktisi menerima perikatan asurans hanya jika pengetahuan awal
praktisi atas kondisi perikatan menunjukkan bahwa:
a)
Laporan Asurans
Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat
dinyatakan melalui salah satu dari cara-cara berikut ini:
Atas asersi pihak yang bertanggung jawab (sebagai contoh:
Menurut opini kami, asersi pihak yang bertanggung jawab
bahwa pengendalian internal PT ABC efektif, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kriteria XYZ, disajikan secara
wajar); atau
Secara langsung atas hal pokok dan kriterianya (sebagai
contoh: Menurut opini kami, pengendalian internal PT ABC
efektif, dalam semua hal yang material, berdasarkan kriteria
XYZ).
Dalam perikatan pelaporan langsung, kesimpulan praktisi
dinyatakan secara langsung atas hal pokok dan kriterianya.
23
Laporan Asurans
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai, praktisi
menyatakan kesimpulannya dalam bentuk positif, sebagai contoh:
Menurut opini kami, pengendalian intern PT ABC efektif, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ.
Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan keyakinan
memadai.
Setelah melaksanakan prosedur pengumpulan bukti yang
memadai (yang memperhatikan sifat, saat, dan luas) dengan
mempertimbangkan karakteristik hal pokok dan kondisi lain
perikatan yang relevan seperti yang dijelaskan dalam laporan
asurans, praktisi memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk
menurunkan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang
dapat diterima.
24
Laporan Asurans
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, praktisi
menyatakan kesimpulannya dalam bentuk negatif, sebagai
contoh: Berdasarkan hasil pekerjaan kami seperti yang dijelaskan
dalam laporan ini, tidak ada hal yang menjadi perhatian kami yang
menyebabkan kami yakin bahwa pengendalian internal PT ABC
tidak efektif, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kriteria XYZ.
Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan keyakinan
terbatas yang proporsional dengan tingkat prosedur
pengumpulan bukti yang dilakukan oleh praktisi dengan
mempertimbangkan karakteristik hal pokok dan kondisi lain
perikatan yang dijelaskan dalam laporan asurans.
25
STANDAR AUDITING
26
Tidak
berlaku
lagi
Standar pelaporan
Laporan auditor
Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
Pengungkapan informatif
Laporan berisi pendapat
27
Risk
assessment
dan risk
response
SA 200
SA 300
SA 500
SA 210
SA 315
SA 230
Menggunakan
pekerjaan
pihak lain
Laporan
auditor
Spesifik
area
SA 600
SA 700
SA 800
SA 501
SA 610
SA 705
SA 805
SA 320
SA 505
SA 620
SA 706
SA 810
SA 240
SA 330
SA 510
SA 250
SA 402
SA 520
SA 550
SA 260
SA 450
SA 530
SA 560
SA 540
SA 570
SA 265
Bukti
audit
SA 580
28
SA ISA
Prinsip-prinsip umum:
SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit
SA 210: Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220: Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan
SA 230: Dokumentasi Audit
SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan Dalam
Suatu Audit Atas Laporan Keuangan
SA 250: Pertimbangan Atas Perturan Perundang-Undangan Dalam Audit
Atas Laporan Keuangan
SA 260: Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata
Kelola
SA 265: Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal
Kepada Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola dan
Manajemen
29
SA ISA
Risk assessment dan risk response:
SA 300: Perencanaan Suatu Audit
SA 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material Melalui Pemahaman Atas Entitas Dan
Lingkungannya
SA 320: Materialitas Dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan
Audit
SA 330: Respons Auditor Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
SA 402: Pertimbangan Terkait Dengan Entitas Yang Menggunakan
Suatu Organisasi Jasa
SA 450: Pengevaluasian Atas Kesalahan Penyajian Yang
Diidentifikasi Selama Audit
30
SA ISA
Bukti audit:
SA ISA
Menggunakan pekerjaan pihak lain:
SA 600: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Grup
SA 610: Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620: Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Laporan auditor :
SA 700: Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan
Keuangan
SA 705: Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan Auditor
Independen
SA 706: Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain
Dalam Laporan Auditor Independen
32
SA ISA
Spesifik area:
SA 800: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Yang Disusun Sesuai Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805: Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan
Tunggal dan Suatu Unsur, Akun, Atau Pos Tertentu Dalam
Laporan Keuangan
SA 810: Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan
Keuangan
33
34
Risk
Assessment
Risk
Response
Reporting
36
Ketentuan
Prakondisi Untuk Suatu Audit
(SA 200)
Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu
audit, auditor harus :
Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang
akan diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
dapat diterima, dan
Memperoleh
persetujuan
dari
manajemen
bahwa
manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya :
a) Untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk
jika relevan, penyajian wajar laporan tersebut;
37
38
Risk Assessment
Perform acceptance
or continuance
procedures
Decide whether to
accept engagement
Develop an overall
audit approach
Perform risk
assessment
procedures
Understand the
entity
Identify & assess
RMM
39
40
Aktivitas Perencanaan
Strategi audit:
Menetapkan strategi audit secara keseluruhan (ruang
lingkup, waktu, arah, serta panduan rencana audit)
Pengembangan rencana audit:
Sifat, waktu, dan luas prosedur penilaian risiko yang
direncanakan (SA 315)
Sifat, waktu, dan luas prosedur audit lanjutan pada tingkat
asersi yang direncanakan (SA 330)
Memutakhirkan/mengubah strategi audit dan rencana audit jika
diperlukan selama pelaksanaan audit.
Merencanakan sifat, waktu dan luas arah supervisi atas
anggota tim perikatan dan penelaahan atas pekerjaan mereka.
41
42
Pemahaman Atas
Pengendalian Internal
Lingkungan pengendalian
Proses penilaian risiko entitas
Sistem informasi, termasuk proses bisnis terkait, yang
relevan dengan pelaporan keuangan dan komunikasi
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit
Pemantauan atas pengendalian
43
44
Materialitas
Materialitas pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan
Materialitas untuk
golongan transaksi, saldo
akun atau pengungkapan
tertentu, jika diperlukan
Materialitas pelaksanaan,
jika diperlukan
Materialitas pelaksanaan
untuk menilai risiko dan
perencanaan prosedur audit
lanjutan
45
Risk Response
Develop an
appropriate
response to
assessed risks
46
47
Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan
mengkoreksi salah saji material pada tingkat asersi.
Pengujian pengendalian dilaksanakan jika,
Harapan auditor bahwa pengendalian beroperasi secara
efektif; atau
Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit
yang cukup dan tepat.
48
49
Prosedur Substantif
Prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah saji
material pada tingkat asersi. Terdiri dari:
Pengujian rinci; dan
Prosedur analisis substantif
Tanpa memperhatikan hasil penilaian risiko, auditor harus
merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk
setiap golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan.
Prosedur substantif:
Konfirmasi eksternal;
Prosedur yang berkaitan dengan proses tutup buku;
Prosedur sebagai respons terhadap risiko signifikan.
50
Reporting
Determine what
aditional audit work
(if any) is required
Form an opinion
based on audit
findings
51
52
53
54
55
56
Tanggung jawab
AP
Basisnya ISA
Dilakukan oleh
auditor yang
kompeten dan
beretika
Regulator
t
en
em
c
or
f
En
Laporan
Keuangan
Goal
Laporan
Auditor
Independen
(Opini Auditor)
LK dengan risiko
kesalahan penyajian
material rendah
Decision
making oleh
User
Q&A