You are on page 1of 29

Menilai Tindakan

Dokter
terhadap Aspek
Etika,
Disiplin Medis, dan
Hukum
Kelompok A7 :

Sumarni
102012444
Reinaldo Putra Hardian 102013036
Tria Puspa Ningrum
102013110
Dewi Suryanti
102013198
Abednego Tri Novrianto 102013320
Vinsensia dini bayuari
102013334
Nurul Alia Fathila Binti Kamalul Azmi 102012502
Aqim Bin Mohd Haris
102013531

Skenario 7
Dr. P seorang ahli obgyn yang berpengalaman, baru saja akan
menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit
ketika Seorang wanita muda dibawa ke RS oleh ibunya. Si pasien
mengalami perdarahan vaginal dan sangat kesakitan. dr. P
melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan
pasien mengalami keguguran atau mencoba melakukan aborsi.
dr. P segera melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan
kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia
bersedia opname di rumah sakit sampai keadaaanya benarbenar baik. dr. Q datang menggantikan dr. P, yang pulang tanpa
berbicara langsung kepada pasien.

Rumusan Masalah
Tindakan dokter P berdasarkan aspek etika, hukum,
disiplin medis

Mindmap
Aspek
Etika

Aspek
Disipli
n
Medis

R
M

Aspek
Huku
m

Pengertian dan Prinsip-Prisip


Dasar Bioetik
Beneficence

seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan


yang lebih bayak dampak baiknya daripada buruknya
sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi
Non-maleficence
seorang dokter tidak melakukan suatu perbuatan atau
tindakan yang dapat memperburuk pasien
dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat
atau darurat

Pengertian dan Prinsip-Prisip


Dasar Bioetik
Autonomy
seorangdokterwajibmenghormati martabatdan
hakmanusia, terutama hak untuk menentukan
nasibnya sendiri.
melalui informed consent, pasien menyetujui suatu
tindakan medis secara tertulis
Justice
seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil
untuk semua pasiennya

Aspek Etika
Kode Etik Kedokteran
Kewajiban Umum pasal 1-9
Kewajiban Dokter terhadap Penderita pasal 10
- 14
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawatnya
pasal 15-16
Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri pasal
17-18

Aspek Etika
Bentuk sanksi pelanggaran etik yang dikenakan MKEK
dapat berupa:
Teguran atau tuntunan lisan atau tulisan
Penundaan kenaikan gaji atau pangkat
Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah
Dicabut izin praktik dokter untuk sementara atau
selama-lamanya.

Aspek Disiplin Medis


28 bentuk pelanggaran disiplin profesional dokter
1. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang
memiliki kompetensi yang sesuai
2. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang
tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
3. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang
tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai atau tidak
melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut
4. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan
fisik atau mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan
dapat membahayakan pasien

Aspek Disiplin Medis


6. Tidak melakukan tindakan atau asuhan medis yang memadai pada situasi tertentu
yang dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
9. Melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien
atau keluarga dekat, wali, atau pengampunya.
10.Tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis dengan sengaja.
11.Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
12.Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan
sendiri atau keluarganya.

Aspek Disiplin Medis


13.Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan, atau
teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktis kedokteran yang layak.
14.Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia
sebagai subjek penelitian tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clerance) dari
lembaga yang diakui pemerintah.
15.Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak
membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya.
16.Menolak atau menghentikan tindakan atau asuhan medis atau tindakan pengobatan
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sesuai dengan ketentuan etika
profesi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
17.Membuka rahasia kedokteran.
18.Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut.

Aspek Disiplin Medis


19.Turut serta dalam pembuatan yang termasuk tindakan penyiksaan atau
eksekusi hukuman mati.
20.Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan etika
profesi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
21.Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan
kekerasan terhadap pasien dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran.
22.Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan
haknya.
23.Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta, pemeriksaan,
atau memberikan resep obat atau alat kesehatan.

Aspek Disiplin Medis


24.Mengiklankan kemampuan atau pelayanan atau kelebihan kemampuan
pelayanan yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan yang tidak benar
atau menyesatkan.
25.Adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan zat adiktif lainnya
26.Bepraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin
praktik, dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atay berpraktik
tanpa memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
27.Tidak jujur dalam menentukan jasa medis.
28.Tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya yang
diperkulan MKDKI/MKDKI-P, untuk pemeriksaan atas pengaduan
dengan pelanggaran Disiplin profesional Dokter dan Dokter Gigi.

Aspek Disiplin Medis


Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI
berdasarkan Undang- undang No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 69 ayat (3)
adalah
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau
Surat Izin Praktik; dan/atau
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Aspek Hukum
Persetujuan Tindakan Kedokteran :
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e.prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Aspek Hukum
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.
Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Hubungan Dokter-Pasien
Hak dokter:
memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
memberikan pelayanan medis menurut standar profesi
dan standar prosedur operasional;
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya; dan
menerima imbalan jasa.

Hubungan Dokter-Pasien
Kewajiban dokter:
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia;
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.

Hak pasien:
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (3);
meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis;
menolak tindakan medis; dan
mendapatkan isi rekam medis.

Kewajiban pasien:
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya;
mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter
gigi;
mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan;
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.

Malpraktik
misconduct tertentu, tindakan kelalaian, ataupun suatu
kekurang mahiran, tidak kompeten dan tidak beralasan
Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk; malfeasance,
misfeasance, nonfeasance.
Malfeaseance melakukan tindakan medis tanpa indikasi.
Misfeasance melakukan pilihan tindakan medis yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
Nonfeasance adalah tidak melakukan kewajiban medis
yang merupakan kewajibannya.

Abortus
Abortus spontan
Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni :
Abortus provocatus medicinalis atau abortus theurapeticus dan Abortus provocatus
criminalis

Abortus provocatus medicinalis (pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang


kesehatan)harus memenuhi halsebagai berikut :
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil
atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang
bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.

Abortus
Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu :
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946tentang Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan
melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.
Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992tentang kesehatan yang menuliskan
dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi).

Sanksi yang dapat diberikan adalah berdasarkan Hukum Kedokteran pasal 347
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.

PEMBAHASAN
Dr. P melakukan pelanggaran yaitu tidak melakukan
persetujuan tindakan (informed consent) dan
melakukan tindakan yang tidak perlu.

ETIKA
dr. P melanggar hak pasien (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52)
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
menolak tindakan medis; dan
mendapatkan isi rekam medis.
Bentuk sanksi pelanggaran etik yang dikenakan MKEK dapat berupa:
Teguran atau tuntunan lisan atau tulisan
Penundaan kenaikan gaji atau pangkat
Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah
Dicabut izin praktik dokter untuk sementara atau selama-lamanya.

DISIPLIN MEDIS
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, pelanggaran yang dilakukan dr. P adalah:
Pasal 4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki
kompetensi dan kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal
penggantian tersebut
Pasal 8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
Pasal 9. Melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga dekat, wali, atau pengampunya.

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarkan Undang- undang No. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 69 ayat (3) adalah :
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik; dan/atau
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi.

HUKUM
dr P melanggar UU No. 29 tahun 2004 pasal 45
mengenai persetujuan tindakan dan pasal 52 mengenai
hak pasien.

ABORTUS
Apabila pasien tidak terbukti melakukan aborsi spontan, maka dr P melakukan
pelanggaran:
DISIPLIN MEDIS
Pasal 7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan pasien
Pasal 11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
ETIKA (KODEKI)
Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi
hidup mahluk insani.
HUKUM Kedokteran pasal 347
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.

Kesimpulan
Dr P melakukan pelanggaran dalam aspek etika,
hukum, dan disiplin medis.

You might also like