You are on page 1of 16

KEWAJIBAN DOKTER

KODEKI

UU Praktik Kedokteran (administratif dan substantif


terkait tindakan/perlakuan medis)
perijinan praktek (SIP dan STR)
wajib simpan rahasia kedokteran
informed consent
merujuk ke dokter yang lebih ahli
pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan

Pelanggaran kewajiban : pintu masuk terjadinya


malpraktik medis baik secara perdata, pidana dan
administrasi.
UU No 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran
Undang-undang ini terkategori Administrative
Penal Law
Mengatur tentang penyelenggaraan praktik
kedokteran yang merupakan inti dari
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan
moral yang tinggi.
Pelaksanaan praktik kedokteran diatur lebih
lanjut oleh Peraturan menteri
Ketentuan Umum
Pasal 1
Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien
dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Dokter dan dokter gigi yang dimaksud adalah dokter
maupun dokter spesialis lulusan dalam maupun luar
negeri.
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) adalah suatu badan
yang otonom, mandiri, bersifat independen,
nonstruktural. Terdiri atas KK dan Kkgigi.
Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
untuk dokter, PDGI untuk dokter gigi.
Ketentuan Pidana

Pasal 75 ayat (1) : sanksi pidana bagi dokter/dokter


gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki STRD. Pidana penjara
paling lama 3 tahun atau denda paling banyak 100
juta rupiah.
Delik yang dilanggar adalah pasal 29 ayat 1 : setiap
dokter/dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran
di Indonesia wajib memiliki STRD (diterbitkan dan
diregistrasi ulang oleh KKI).
STRD berlaku untuk 5 tahun dan wajib diregitrasi
ulang setiap 5 tahun sekali.
Ketentuan Pidana

Pasal 75 ayat (2) : Sanksi pidana bagi dokter/dokter


gigi WNA yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki STRD sementara. Pidana
penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak
100 juta rupiah.
Delik yang dilanggar pasal 31 ayat (1) : STRD
sementara dapat diberikan kepada dokter/dokter gigi
WNA yang melakukan kegiatan dalam rangka
pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan
kesehatan di bid. Kedokteran/gigi yang bersifat
sementara di Indonesia.
STRD sementara berlaku selama 1 tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 tahun berikutnya, dengan
syarat: a). harus dilakukan evaluasi (ijasah dicek
kesah-annya, mendapat surat keterangan telah
mengikuti program adaptasi dan memiliki sertifikat
kompetensil, mempunyai surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji dokter/dokter gigi,
membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi, b). Memiliki
surat ijin kerja sesuai dengan aturan hukum
Indonesia, c). Mampu berbahasa Indonesia.
Ketentuan Pidana
Pasal 75 ayat (3) : Sanksi pidana bagi setiap
dokter/dokter gigi WNA yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR
bersyarat. Pidana penjara paling lama 3 tahun atau
denda paling banyak 100 juta rupiah.
Delik yang dilanggar adalah pasal 32 ayat (1) : STR
bersyarat diberikan kepada peserta program
pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
WNA yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di
Indonesia.
Yang dimaksud STR bersyarat adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh KKI kepada peserta didik WNA
(dokter/dokter gigi spesialis) untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran
gigi di Indonesia
Pasal 66 UU 29/2004

Pasal 66 UU 29/2004 mengatur bahwa setiap orang


yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter/dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada
ketua MKDKI. Tetapi kalau ia tidak mampu membuat
secara tertulis maka dapat diadukan secara lisan ke
MKDKI.
Setiap orang yang dimaksud baik individu maupun
korporasi yang dirugikan kepentingannya.
Pengaduan dibuat dengan memuat : identitas
pengadu, nama dan alamat praktik dokter/dokter gigi
dan waktu tindakan dilakukan dan alasan pengaduan.
Pengaduan ini tidak menghilangkan hak setiap orang
untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana
kepada pihak yang berwenang dan atau menggugat
kerugian perdata ke pengadilan.
Dugaan tindak pidana sepanjang tidak diatur dalam
lex spesialisnya maka harus kembali ke generalisnya
yaitu KUHP.
Bahkan karena hubungan dokter dan pasien adalah
kesepakatan maka ada transaksi jasa. UU
perlindungan konsumen dapat diterapkan dalam
dugaan tindak pidana (khususnya pemberian
informasi yang menyesatkan).
Ketentuan Pidana

Pasal 76 : Sanksi pidana bagi dokter/dokter


gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa surat ijin praktik. Pidana
penjara paling lama 3 tahun atau denda paling
banyak 100 juta rupiah.
Delik yang dilanggar adalah pasal 36 : Setiap
dokter /dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat
ijin praktik (SIP).
SIP dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik
kedokteran/gigi dilaksanakan.
Ketentuan Pidana
Pasal 79 : Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun
atau denda paling banyak 50 juta rupiah bagi setiap dokter/dokter
gigi yang : a. dengan sengaja tidak memasang papan nama, b.
dengan sengaja tidak membuat rekam medis, c. tidak
memberikan pelayanan medis, tidak merujuk pasien ke dokter
lain yang lebih baik, tidak merahasiakan segala sesuatu tentang
pasien, tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan dan tidak menambah ilmu pengetahuan dan
tidak mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/gigi.
Delik yang dilanggar pasal 79 huruf a adalah : pasal 41 (1) :
Setiap dokter/dokter gigi yang telah memiliki SIP dan
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib memasang papan
nama praktik kedokteran.
Delik yang dilanggar pasal 79 huruf b adalah : Pasal 46 ayat (1) :
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
Delik yang dilanggar pasal 79 huruf c : pasal 51 huruf a. wajib
memberi pelayanan kesehatan sesuai standar profesi, SOP serta
kebutuhan medis,b. wajib merujuk pasien ke dokter/dokter gigi lain
yang memiliki keahlian atau kemampuan yang lebih baik apabila
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,c.
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal duniat,d. wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya, dan
e. wajib menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran
Ketentuan Pidana
Pasal 80 ayat (1) : Sanksi pidana diberikan bagi
setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan
dokter/dokter gigi yang tidak memiliki SIP. Pidana
penjara paling lama 10 tahun atau denda paling
banyak 300 juta rupiah.
Delik yang dilanggar adalah pasal 42 : Pimpinan
sarana pelayanan kesehatan dilarang mengijinkan
dokter/dokter gigi yang tidak memiliki SIP untuk
melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan
kesehatan.
Dalam hal tindak pidana ini dilakukan oleh korporasi
maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda
300 juta rupiah ditambah sepertiga. Dan pidana
tambahan bagi korporasi adalah berupa pencabutan
ijin korporasinya (ijin RS).
Pasal 69 UU 29/2004

Keputusan MKDKI mengikat dokter, dokter


gigi dan KKI.
Keputusan MKDKI berupa : dinyatakan tidak
bersalah atau pemberian sanksi disiplin.
Sanksi disiplin berupa : a) pemberian
peringatan tertulis, b) rekomendasi
pencabutan STR atau SIP, c) kewajiban
mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kedokteran/kedokteran
gigi.
Pasal 67 dan 68 UU 29/2004

MKDKI memeriksa dan memberikan


keputusan terhadap pengaduan yang
berkaitan dengan disiplin dokter/dokter gigi.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan
pelanggaran etika, MKDKI meneruskan
pengaduan pada organisasi profesi.
Tata cara penanganan kasus, tata cara
pengaduan dan tata cara pemeriksaan serta
pemberian keputusan diatur lebih lanjut oleh
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.
Perbedaan Malpraktek dan
Kelalaian
Malpraktek suatu istilah yang mempunyai
konotasi buruk, bersifat stigmatis,
menyalahkan. Istilah malpraktek selalu
diasosiasikan kepada profesi medis.

Kelalaian (negligence/culpa) termasuk dalam


unsur malpraktek, tetapi dalam malpraktek
tidak selalu harus terdapat unsur kelalaian.
Dalam malpraktek medis selain mencakup arti
kelalaian, mencakup pula tindakan yang
dilakukan dengan unsur kesengajaan (dolus)
serta tindakan melanggar undang-undang.

You might also like