You are on page 1of 85

ef

Pembimbing :
dr. Rona Yulia Sp.Rad, Sp.JP
Disusun Oleh :

AGUNG SETIAWAN (301.012.065.76)


IMADA KHOIRONI (301.012.066.43)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG


Pendahuluan
Latar Belakang
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh,
elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi
darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non
elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya
sebagai urin.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu
diantaranya oleh batu saluran kemih yang
menyebabkan obstruksi saluran kemih dan
infeksi dilatasi pelvis renalis maupun kaliks =
hidronefrosis kerusakan ginjal
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami definisi, etiologi, patofisiologi, dan cara
penegakan diagnosis hidronefrosis dan nefrolitiasis
1.2.2 Memahami gambaran radiologi hidronefrosis dan
nefrolitiasis
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat menerapkan cara penegakan diagnosis
hidronefrosis dan nefrolitiasis
1.3.2 Dapat mengusulkan jenis pemeriksaan radiologi
hidronefrosis dan nefrolitiasis
1.3.3 Dapat mendeskripsikan gambaran radiologi
hidronefrosis dan nefrolitiasis
Anatomi Saluran Kemih
Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang, merupakan organ
retroperitoneal yang berbentuk seperti kacang
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya
terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di
dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Nefron
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30
cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-
masing satu untuk setiap ginjal.
Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih
atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan
lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter.
Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor),
bersama-sama dengan organ lain seperti rektum,
organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa
urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan
uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya
sekitar 3.5 cm.
Fungsi Ginjal dan Mekanisme
Pembentukan Urin
Fungsi ginjal adalah
memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis atau racun,
mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa
dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak
Proses pembentukan urin
Filtrasi
Reabsorpsi
Augmentasi
Hidronefrosis
Definisi : Dilatasi pelvis renalis dan kalices,
serta atrofi progresif , pembesaran kistik
ginjal, serta dapat pula disertai pelebaran
ureter (hidroureter)
Penyebab : obstruksi kronis pada traktus
urinarius dilatasi pelvis dan kaliks
dengan destruksi parenkim ginjal
Obstruksi unilateral dapat disebabkan oleh
lesi yang berada yang diatas vesicoureter
junction
Obstruksi bilateral dapat disebabkan oleh lesi
distal dari titik tersebut (Rasad, 2013)
Etiologi
Jaringan parut ginjal/ureter.
Batu
Neoplasma/tomur
Hipertrofi prostat
Kelainan konginetal pada leher kandung
kemih dan uretra
Penyempitan uretra
Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer
dan Bare, 2002)
Gambaran Makroskopik dan
Mikroskopik
Makroskopi ginjal akan tampak membesar,
pelvic dan kalices melebar.
Papilla-papilla mendatar dan akhirnya
berbentuk cangkir serta membentuk
bangunan kistik kecil-kecil, multilokuler, dan
berhubungan dengan calyces dan pelvic
melalui lubang-lubang yang lebar.
Kortek lambat laun akan menipis dan atrofik,
hingga akhirnya berupa pita tipis
Gambaran Mikroskopik
Mikroskopik pada tingkat permulaan tampak
dilatasi pada susunan tubulus dengan sel
epitel tubulus yang menjadi gepeng, tetapi
tidak ada kelainan pada glomerolus.
Dilatasi yang utama mengenai tubulus recti,
namun pada tingkat lanjut tubulus menjadi
atrofik dan digantikan oleh jaringan ikat,
kemudian glomerolus juga menjadi atrofik dan
akhirnya menghilang
Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin
menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat.
Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi
kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di
salah satu ureter akibat adanya batu atau
kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang
rusak.
Contd
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin
di piala ginjal akan menyebabkan distensi
piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi
ginjal terjadi.
Ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain
akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal
terganggu
Manifestasi Klinik
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi rasa sakit dipanggul dan pinggang.
Infeksi disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria
akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada.
Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
Gagal jantung kongestif.
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
Pruritis (gatal kulit).
Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002)
Diagnosis
Pemeriksaan darah kadar urea yang tinggi
Beberapa prosedur digunakan utnuk
mendiagnosis hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan
kandung kemih
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air
kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara
langsung.
Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis dari hidronefrosis terbagi berdasarkan
gradenya. Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain (Rasad, 2013):
Hidronefrosis derajat 1.
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting,
alias tumpul.
Hidronefrosis derajat 2.
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar.
Hidronefrosis derajat 3.
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
Hidronefrosis derajat 4.
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias
menggembung.
Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih.
Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai
di antara batu jenis lain.
Batu Magnesium Ammoniak Phospat (MAP)
memberikan gambaran semi-opak.
Batu asam urat, batu matriks dan indinivar
bersifat radio-lusen.
IVP
IVP adalah pemeriksaan dengan
menyuntikkan bahan kontras secara intravena
untuk melihat anatomi dan fungsi dari traktus
urinarius (ginjal, ureter, vesica urinaria).
Sangat berguna untuk
Identifikasi adanya dan penyebab hidronefrosis
dan hidroureter.
Mengetahui status fungsional dari obstruksi
kronik ginjal (cepat/simetris dengan
lambat/asimetris)
Yang Harus Diperhatikan
Ekskresi kontras IVP membutuhkan fungsi
ginjal yang baik serum kreatinin harus < 2
mg/dl.
Pasien dengan fungsi ginjal menurun akan
memiliki resiko yang lebih besar terhadap
kontras nefropati.
Keterbatasan penggunaan IVP lainnya adalah
pada obstruksi berat atau kronik, visualisasi
dari ureter menjadi kurang baik, dan tempat
letak dapat tidak diketahui.
Hasil Imaging Berdasarkan Waktu
Fase nefrogram :
Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron pada
ginjal ( terisi minimal )
5 menit setelah penyuntikan
dilakukan kompresi ureter.
film : 24x30 cm
CP antara xypoideus dan umbilicus
CR Tegak Lurus
FFD = 1 meter
Hasil Gambaran :
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu
penyakit-penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis,
nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll
Fase Pyelogram
Fase dimana kontras media memperlihatkan
neufron, pelvis renalis dan ureter proximal
terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang
terbendung )
15 menit setelah penyuntikan
Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
Film 24x30 cm
CP = Sedikit di atas umbilicus
CR = tegak lurus
FFD = 100 cm
Fase Ureter :
Fase dimana kontras media memperlihatkan
nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal terisi
maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung
kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).
15 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis Pertengahan SIAS
CR Tegak lurus film
FFD 100 cm
Pada ureter, yang diamati yaitu
Jumlah ureter.
Posisi ureter
Kaliber ureter
Fase Vesica Urinaria
Fase dimana kontras media memperlihatkan
nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung
kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak
terbendung ).
45 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara
SIAS dan Symphisis Pubis.
CR Tegak lurus Vertikal
FFD = 100 cm
Fase Vesica Urinaria Post Void
Fase dimana kontras media memperlihatkan
kandung kemih dalam keadaan kosong
( Fungsi pengosongan kandung kemih ).
50 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara
SIAS dan Symphisis Pubis
CR Tegak Lurus
FFD 100 cm
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG pada ginjal
USG merupakan pemeriksaan screening yang sangat baik untuk obstruksi
subakut atau kronik karena hidronefrosis dapat dengan mudah terlihat.
Pada pemeriksaan USG ginjal dapat diberikan keterangan tentang ukuran,
bentuk, letak, serta struktur anatomi dalam ginjal
Temuan umum berupa:
Kumpulan ruang anechoic berisi cairan di dalam kompleks sinus, saling
berhubungan
Pembesaran ginjal
Grade Hidronefrosis dari USG
Hidronefrosis ringan (mild): pelebaran ringan pada kaliks (calyceal
splaying), echo sinus normal, ketebalan parenkim normal.
Hidronefrosis sedang (moderate): ballooning pada kaliks mayor dan kaliks
minor, echo sinus berkurang, parenkim normal atau menipis.
Hidronefrosis berat (severe): dilatasi masif pada pelvis renalis dan kaliks,
penipisan korteks, hilangnya ekogenisitas sinus renal.
Sonogram ginjal normal

Ukuran ginjal
Ukuran panjang ginjal orang dewasa normal
adalah :
Untukginjalkanan:8-14cm(rata-
rata10,74cm)
Untukginjalkiri:7-12cm(rata-rata11,10cm)
Diameter antero-posterior rata-rata 4 cm dan
diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran
panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila
dibandingkan denganyang terlihat secara
radiografi
Gambaran kapsul ginjal
Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang
berdensitas eko tinggi mengelilingi sisi luar
ginjal.
Gambaran parenkim ginjal
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan
medulla. Eko parenkim ginjal relatif lebih
rendah dibandingkan dengan eko sinus ginjal.
Medulla dan korteks dapat jelas dibedakan.
Pada keadaan normal, eko korteks lebih tinggi
dari pada eko medulla, yang relatif lebih
sonolusen
Gambaran sinus ginjal
Eko sinus ginjal juga dikenal sebagai central
pelvicaliceal echo complex, terlihat sebagai
daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas
tiinggi di bagian tengah ginjal
usg ginjal normal
Pedoman pemeriksaan
Untuk ginjal kanan
Penderita berbaring terlentang , dan penderita diminta
untuk menahan napas pada inspirasi dalam.
Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan hati dan
menampakkan ginjal lebih ke bawah.
Pada posisi ini , ginjal dapat diperiksa dalam penampang
membujur dan melintang, dengan mengatur letak
transduser miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar
atau tegak lurus terhadap sumbu ginjal dan menggunakan
hati sebagai jendela akustik.
Pemeriksaan dimulai dari bagian medial samapi ke lateral
secara teratur berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik
untuk menilai parenkim ginjal.
Penderita berbaring miring ke kiri (LLD)
Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal
dapat diperiksa melalui sela iga sepanjang garis
midaksiler.
Pada inspirasi dalam, penampang koronal dapat
diperiksa dengan meletakkan transduser sejajar garis
mid-aksiler mulai daerah pinggang di bawah lengkung
iga kanan.
Pemeriksaan dapat dilakukan dari permukaan
posterior sampai ke anterior. Posisi ini membantu
memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi
lain, juga Morrisons pounch.
Untuk ginjal kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan
pada posisi berbaring miring ke kanan (RLD).
Penampang melintang ginjal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser di sela iga, dalam keadaan ekspirasi.
Penampang koronal dapat diperiksa dengan meletakkan
transduser sejajar garis aksiler, melalui daerah pinggang di
bawah , lengkung iga kiri, pada inspirasi dalam.
Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal
kanan, tetapi transduser diletakkan di sebelah kiri lateral
garis tengah.
Sebaiknya , untuk setiap kali pemeriksaan, kedua ginjal
diperiksa dan dibandingkan hasilnya.
Posisi terlentang tidak dianjurkan untuk memeriksa ginjal
kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara
di dalam lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi air
(minum)
Hidronefrosis derajat 1 : dilatasi pelvis renal tanpa dilatasi kaliks. Reflek
prominen dari sinus renalis tanpa tanda-tanda atrofi parenkim
Hidronefrosis grade 2 : dilatasi pelvis renal dan kaliks. Sinus reflek
melemah. Tidak ada tanda-tanda atrofi parenkim.
Hidronefrosis grade 3 : tanda-tanda atrofi organ mulai muncul (flat
papillae dan blunt fornices)
Hidronefrosis grade 4 : dilatasi masif dari pelvis renal dan kaliks. Batas
antara pelvis renal dan kaliks hilang. Tanda signifikan dari atrofi renal
CT SCAN
Pada CT yang diperkuat dengan kontras,
korteks dan medula ginjal dapat dibedakan.
Sinus ginjal mengandung cabang pembuluh
darah utama, pielum dan kaliks, dan lemak
perirenal.
Pembuluh darah utama dan ureter keluar dari
ginjal melalui hilus ginjal. Umumnya hilus
ginjal akan mengarah ke aorta secara
anteromedial, tetapi peningkatan rotasi
anterior bukan hal yang jarang
Pada pemeriksaan CT Scan penderita tidak
perlu persiapan khusus
Gambar CT Ginjal Normal
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi,
infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungi fungsi ginjal.
Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial
karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis.
Pada hidronefrosis akut:
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi
menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan
segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang
serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara
waktu
Hidronefrosis kronis :
Diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih.
Ureter yang menyempit atau abnormal bisa
diangkat melalui pembedahan dan ujung-
ujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk
membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Sambungan ureter dan kandung kemih
tersumbat, pembedahan untuk melepaskan
ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda.
Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat
radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat
ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen
umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup
untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah.
Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan
tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto
polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP).
Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras defek
pengisian (filling defect) di tempat batu berada.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak
berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul Pielografi
retrograd.
Contd
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien
tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap
bahan kontras
Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai
di antara batu jenis lain.
Batu Magnesium Ammoniak Phospat (MAP)
memberikan gambaran semi-opak.
Batu asam urat, batu matriks dan indinivar
bersifat radio-lusen.
NEFROLITIASIS
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus
dalam pelvis renal1. Lokasi batu ginjal dijumpai
khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan
keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung
kemih2.
Etiologi
Faktor intrinsik itu antara lain :1
Herediter (keturunan)
Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
Faktor ekstrinsik diantaranya :1,2
Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stone belt (sabuk batu)
Iklim dan temperature tinggi
Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
Faktor diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih
Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
hanya duduk atau kurang aktifitas.
Klasifikasi
Batu Kalsium
Batu Struvit
Batu Asam Urat
Batu Jenis Lain (batu sistin, batu xanthin, batu
triamteren dan batu silikat sangat jarang
dijumpai)
Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi
3 tahap yang berkesinambungan, yaitu : (a)
kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya
inhibitor.

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian


berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal.Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua
kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Abdomen (FPA)
USG
IVP
Terapi
Medikamentosa
Intervensi Bedah
ESWL (Extracorpal Shock Wafe Lithotrypsi)
PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Bedah Laparoskopi
Bedah Terbuka
Komplikasi
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan
nyeri kolik renal mungkin tidak mengalami
masalah setelah nyeri berhasil diatasi.Apabila
batu tersebut menyebabkan sumbatan atau
infeksi. Sumbatan ini dapat menetap dan batu
beresiko menyebabkan gagal ginjal.
Edukasi
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup air
2-3 liter/ hari, diet rendah protein, rendah
oksalat, rendah garam, rendah purin untuk
mengurangi kadar zat komponen pembentuk
batu, aktivitas harian yang cukup dan
pemberian medikamentosa.
BAB III
Identitas Penderita
Anamnesa dilakukan tanggal 30 desember 2016 pukul
13.00 WIB
Nama : Tn. A
Usia : 62 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : mekarsari 6/4 grobogan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status : Menikah
Tanggal masuk : 30 Desember 2016
Anamnesa
(Autoanamnesa)
Keluhan Utama : Nyeri pinggang kiri belakang
menjalar ke punggung dengan VAS score 5

Riwayat Penyakit Sekarang :


- Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri dijalarkan
sejak 1 bulan lalu. Keluhan tersebut membuat
penderita tidak nyaman saat istirahat dan
aktifitas Nyeri dirasakan hilang timbul.keluhan
lain tidak ada. BAB normal dan BAK tidak lancar .
Pasien memiliki kebiasan sering mengkonsumsi
kopi dan konsumsi air putih kurang.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit dengan keluhan sama diakui


sejak 1 tahun lalu dan sering hilang timbul
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat nyeri dada/ sakit jantung disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Tak ada keluarga dengan keluhan serupa
Riwayat Psikososial :
Penderita bekerja sebagai pensiunan, social
ekonomi cukup
Riwayat konsumsi alkohol disangkal
Px
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Laju pernapasan : 20x/menit.
Nadi : 55x/menit.
Suhu : 36 C
Tekanan darah : 195/90 mmHg.
Px fisik
kesadaran : composmentis

Kulit : gatal (-), luka (-), sikatrik (-), ptechie (-)

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pandangan kabur (-)

Telinga : discharge (-), nyeri tarik telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)

Hidung : mimisan (-), sekret (-),

Mulut : bibir kering (+), berdarah(-), sariawan(-), gusi berdarah(-)

Tenggorokan : nyeri telan (-)

Dada : sesak (-), batuk (-),dan nyeri dada (-)

S. Pencernaan : Makan (-), minum (-), mual (-),muntah (-), BAB (-), BAK ( +)

S. Neuro dan Muskuloskletal : paresis/lemah (-), nyeri sendi (-), pusing (-),

Ekstremitas : akral dingin (-), oedem (-), ptekie (-)

Mulut
Bibir : tidak ada kelainan kongenital, sianosis (-),
oedem (-)
Lidah: ukuran normal, tidak kotor, tidak tremor
Gigi : perawatan gigi kurang
Mukosa : hiperemi (-)
Leher
Deviasi trakea : -
Kaku kuduk : -
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak ada peningkatan JVP
KGB : tidak ada pembesaran
PF Thoraks
Pulmo anterior
Inspeksi: pola nafas regular, simetris, ketertinggalan gerak (-/-), retraksi
(-/-), pergerakan otot bantu pernafasan (-/-)
Palpasi : fremitus vokal N/N, nyeri tekan (-), gerakan dada simetris, tidak
ada ketertinggalan gerak.
Perkusi : hemithorax dextra et sinistra sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki-/- , Wheezing -/-
Pulmo posterior
Inspeksi: pola nafas regular, simetris, ketertinggalan gerak (-/-), retraksi
(-/-), pergerakan otot bantu pernafasan (-/-)
Palpasi : fremitus vokal N/N, nyeri tekan (-), gerakan dada simetris, tidak
ada ketertinggalan gerak.
Perkusi : hemithorax dextra et sinistra sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki-/- , Wheezing -/-
Cor :
Inspeksi: Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
PF Abdomen
Inspeksi: perut datar, warna cokelat, pelebaran pembuluh darah (-),
sikatrik (-), massa (-), tanda peradangan (-).
Auskultasi : bunyi peristaltik 15x/menit, tidak ada bising usus, tidak ada
bising pembuluh darah.
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen, kecuali pada daerah
hepar terdengar pekak. Hepar dan lien dalam batas normal, nyeri ketok
ginjal (+).
Palpasi : nyeri tekan (-) murphy sign (-). Hepar, lien, dan ginjal dalam
batas normal
Ekstremitas
Superior : Akral dingin -/-, Oedema -/-,
capillary refill <2 detik
Inferior : Akral dingin -/-, Oedema -/-, capillary
refill <2 detik
Px penunjang
Laboratorium
Hematologi (24-11-2016)
Hb : 8,2 mg/dl
Leukosit : 13.000
Eusinofil : 0
Basofil : 0
Neutrofil batang : 0
Neutrofil segmen : 85
Limfosit : 9
Monosit : 8
Eritrosit : 4.500.000
Trombosit : 520.000
Hematokrit : 29,1 %

Kimia Klinik (24-11-2016)


GDS : 121
Ureum : 147 mg/dL
Creatinin : 3.86 mg.dL
H+ : 5,63 mm/L
Na+ : 134,5 mm/L
Cl-: 103,9 mm/L
USG
Lain lain : dinding tak menebal, batu (+)

Interpretasi
kanan kiri

Ukuran Normal Normal

Iregularitas - -

Parenkim Normal Normal

Hidronefrosis - + stage sedang

Batu _ + accoustic shadow


D : 2 cm

SOL


Lain lain : dinding tak menebal, batu
(+)
Diagnosis
Hydronefrosis sinistra stadium sedang
Nefrolitiasis sinistra
BAB IV (Pembahasan)
Hidronefrosis adalah pelebaran pada pielum dan kaliks renalis
yang disebabkan akibat peningkatan tekanan pielocalices
secara kronik. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh adanya
sumbatan dalam saluran kemih, salah satunya akibat batu
saluran kemih. Penegakan diagnosis hidronefrosis yaitu
menggunakan pemeriksaan radiologi. Beberapa modalitas
yang dapat digunakan antar lain X-foto, USG, IVP dan CT-Scan.
Dalam kasus ini telah dilakukan pemeriksaan radiologi USG

Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis


yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau
analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh
untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan.
Menurut Palmer dkk (2000) pemeriksaan USG dapat
dilakukan untuk mendeteksi keadaan ginjal
(hidronefrosis, kista, massa) atau sebagai
pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma
ginjal derajat ringan.

Pada kasus ini, diagnosis telah dapat ditegakkan


melalui hasil USG ginjal, namun sebaiknya
pemeriksaan secara radiologis dilanjutkan dengan
IVP (Intravenous Pyelograph) untuk mengetahui
fungsi ekskresi ginjal dan gambaran lengkap saluran
kemih
BAB V
KESIMPULAN

Hidronefrosis biasanya terjadi karena adanya obstruksi


pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir
balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Pada kasus
pasien ini Hidronefrosis dikarenakan pasien memiliki
kebiasaan minum kopi dan konsumsi air putih cukup
kurang hal ini dapat menyebabkan obstruksi intestinal
secara parsial atau komplit dan menimbulkan rasa sakit
pada pinggang, dan BAK tidak lancar. Diagnosis
penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari 10 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penderita
mengeluh nyeri pinggang sebelah kiri dan nyeri ketok
ginjal (+). Pada pemeriksaan USG didapatkan hasil
Hidronefrosis sin derajat sedang, nefrolitiasis sinistra.
DAFTAR PUSTAKA

Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI , 2008, Bab 11; Traktus Urinaria.
Dejong, Sjamsuhidrajat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Ilmu Kesehatan Anak, 2002, Edisi 15. Volume 2. Editor Bahasa Indonesia A. Jamik Wahab. Jakarta: EGC.
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2), Penerjemah: Karnaen, Adam, Olva, dkk,
Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan
ONeill WC, 2006, B-mode sonography in acute renal failure. Nephron Clin Pract 103:19-23.
Palmer,Cockhsott, Hedegus, Samuel, 2000. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Penerbit
Kedokteran EGC. Jakarta.
Patel, Pradip R. Lecture notes: Radiologi. Penerbit Erlangga. Jakarta: 2005
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke-2. Jakarta: Perpustakan Nasional republik Indonesia. 2011.
62-65
Rahman, M.D. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008, Bab 4; Segi-Segi
Fisika Radiologi dan Radiografi.
Rasad, S., Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Edisi ke-8. Jakarta: FKUI. 2013.
Robbins, 2003, Buku Ajar Patologi, Edisi 7, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buk Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol.1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk), EGC, Jakarta.
Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2001:
127.
Ultrasound Teaching Manual, 2000, USA: Thieme Publishing Group, Edisi 2, Bab 5: 75-80.
Alhamdulillah...

Matur Suwun

You might also like