You are on page 1of 25

CASE REPORT

KETUBAN PECAH DINI

PENYUSUN: DERRY WENDIAN


12xxxxx

PEMBIMBING: dr. Hj Dewi Mandang SPOG


Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion.
Amnion adalah membrane yang paling dalam dan
berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular
khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada
manusia. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir
semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian,
pembentukan komponen komponen amnion yang mencegah
rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
persalinan.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Fungsi cairan amnion.
Beberapa fungsi dari cairan amnion :
Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin
Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan
asam basa dalam rongga amnion untuk suasana yang
optimal bagi janin
Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh
ruangan intrauterine
Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir
dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari
kemungkinan infeksi jalan lahir.
DEFINISI

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature


rupture of the membrane PROM ) adalah
pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan
KLASIFIKASI

KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya


tanda tanda persalinan spontan. Terminologi :

Premature Rupture Preterm Premature


Prolonged
Of The Membrane Rupture Of The
Premature Rupture
(PROM) : Pecahnya Membrane (PPROM) :
Of The Membrane :
selaput ketuban Pecahnya selaput
Pecahnya selaput
sebelum onset ketuban sebelum
ketuban selama
persalinan pada onset persalinan
24 jam dan belum
pasien yang umur pada pasien yang
terjadi onset
kehamilannya 37 umur kehamilannya
persalinan.
minggu. < 37 minggu.
Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya
selaput ketuban dengan persalinan. Bervariasi
dari 1 12 jam tergantung umur kehamilannya
(semakin kurang bulan, periode laten semakin
lama ; 85 % kehamilan cukup bulan dengan
KPD memiliki periode laten < 24 jam
sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu
dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).
ETIOLOGI
Multipara,
Serviks Faktor Infeksi
grandemultipa
inkopeten keturunan Genitlia
ra,

Penduluran
Kelainan letak
abdomen Usia ibu yang Riwayat KPD
yaitu letak
(perut lebih tua sebelumnya
lintang.
gantung)

Merokok
selama
kehamilan
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS

Keluarnya cairan ketuban merembes melalui


vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes
Janin mudah diraba.
Tidak adanya his dalam satu jam
Nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin
cepat serta perdarahan pervaginam sedikit
(jarang terjadi)
DIAGNOSIS

Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala
cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion.
Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak
dari jalan lahir.
Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban
baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin
jelas.
Pemeriksaa Merupakan langkah pertama untuk
mendiagnosis KPD karena pemeriksaan
n Inspekulo dalam seperti vaginal toucher dapat
meningkatkan resiko infeksi, cairan yang
keluar dari vagina perlu diperiksa :
warna, bau, dan PH nya, yang dinilai
adalah

Keadaan umum dari serviks, juga dinilai


dilatasi dan perdarahan dari serviks.
Dilihat juga prolapsus tali pusat atau
ekstremitas janin. Bau dari amnion yang
khas juga harus diperhatikan.
Pooling pada cairan amnion dari forniks
Pemeriksaa posterior mendukung diangnosis KPD.
n Inspekulo Melakukan perasat valsava atau
menyuruh pasien untuk batuk untuk
memudahkan melihat pooling

Cairan amnion di konfirmasikan dengan


menggunakan nitrazine test. Kertas
lakmus akan berubah menjadi biru jika
PH 6 6,5. Sekret vagina ibu memiliki
PH 4 5, dengan kerta nitrazin ini tidak
terjadi perubahan warna. Kertas
nitrazin ini dapat memberikan positif
palsu jika tersamarkan dengan darah,
semen atau vaginisis trichomiasis.
Pemeriksaa Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat
n Inspekulo pooling dan tes nitrazin masih samar
dapat dilakukan pemeriksaan
mikroskopis dari cairan yang diambil
dari forniks posterior. Cairan diswab dan
dikeringkan diatas gelas objek dan
dilihat dengan mikroskop. Gambaran
ferning menandakan cairan amnion

Dilakukan juga kultur dari swab untuk


chlamydia, gonnorhea, dan
stretococcus group B
LAB
Pemeriksaan alpha fetoprotein
(AFP), konsentrasinya tinggi didalam
cairan amnion tetapi tidak dicairan
semen dan urin
Pemeriksaan darah lengkap dan kultur
dari urinalisa
Tes pakis
Tes lakmus
USG Untuk melihat
oligohydramnion
ada

AFI (Amniotic Fluid Index)


tidaknya

Menjumlahkan kedalaman vertikal dari


kantong terbesar di 4 kuadran uterus.
Cara : bagi abdomen menjadi 4 kuadran,
jumlahkan 4 kedalaman vertikalnya.
Normal bila antara 5 24 cm (< 5 :
oligohydramnion dan > 24 : hydramnion).
Single Pocket
Mengukur kedalaman vertikal 1 kantong
saja
Normal : 2 8 cm
PENATALAKSANAAN

1. Konservatif
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin:
. Ampisilin 4 x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin
250mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.

b. Berikan kotikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki


kematangan paru janin:
. Betametason 12mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam,
. Deksmetason 6mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6 jam.
(catatan: Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi)
PENATALAKSANAAN

Penanganan ketuban pecah dini pada kehamilan cukup bulan sering


ditujukan untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pada ibu hamil
dan janin. Terdapat dua jenis penatalaksanaan, yaitu

PENANGANAN AKTIF

PENANGANAN
KONSERVATIF
Rawat rumah sakit.
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut,
pikirkan solusio plasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi
(demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotik:Ampisilin 2 gr I.V./6 jam, ditambah dengan
gentamisin 5 mg/kgBB I.V./24 jamJika persalinan
pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan. Jika persalinan
dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan
metronidazol 500 mg I.V./8 jam sampai bebas demam selama 48
jam.
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan
janin, yaitu ampisilin 4x500 mg selama 7 hari ditambah
eritromisin 250 mg/oral 3 kali per hari selama 7 hari.
Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin. Berikan betametason 12 mg I.M.
dalam 2 dosis/12 jam atau deksametason 6 mg I.M. dalam
4 dosis/6 jam. (Jangan berikan kortikosteroid jika ada
infeksi).
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 mg.
Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi
persalinan preterm.
ika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus
grup B. Berikan ampisilin 2 gr I.V./6 jam, atau penisilin G
2 juta unit I.V./6 jam sampai persalinan, jika tidak ada
infeksi pasca persalinan hentikan antibiotika.
Nilai serviks. Jika serviks sudah matang lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin. Jika belum, matangkan
dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan
dengan seksio sesarea.
Jika terdapat infeksi dan umur kehamilan < 37
minggu :
Komplikasi tersering yang timbul pada pasien
masa ini adalah khorioamnionitis. Induksi dengan
oxitocyn harus dilakukan bila serviks telah
matang. Namun biasanya serviks belum matang
dan induksi biasanya berakhir dengan seksio.
Antibiotika yang dipergunakan Ampicillin
sulbactam 2x1,5 gr i.v, per 6 jam.
KOMPLIKASI

KOMPLIKASI PADA IBU


. Korioamnionitis
Akibat jalan lahir telah terbuka, apalagi apabila
terlalu sering dilakukan pemeriksaan dalam
. Perdarahan postpartum
. Atonia uteri
. Dry labor
KOMPLIKASI PADA BAYI
Adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD
sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah
yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan
adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress
Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum
masaknya paru

You might also like