Professional Documents
Culture Documents
IMUNISASI
Pembimbing:
Prof. Dr. Ismoedijanto,dr., SpA(K)
Disusun oleh:
Diajeng Resy P. 011011210
Galih Surya R. 010911246
Jeffi Androw C. 011011081
Ira Yunita 011011209
Mochammad Dary H. 011011092
Nazila Hana 011011121
Fitria Hasdiana 011011242
Daftar isi
Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi pasif buatan
Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif alamiah
Imunisasi aktif buatan
Imunisasi aktif buatan melibatkan penggunaan
vaksin untuk menstimulasi sistem imun dalam
membentuk resmon imun protektif
Jenis Vaksin
Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka
diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.
Tetanus
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat
digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan
penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur
hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh.
TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja.
TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun).
TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun),
TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun),
TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).
(Hadinegoro,2000)
Gejala KIPI menurut reaksinya
Reaksi lokal Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis
Orangtua
Ayah Ibu
Nama : Tn. W Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah
tangga
Anamnesis
Keluhan utama : demam dan nyeri tenggorokan
Riwayat antenatal:
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu
hamil saat berusia 24 tahun. Ibu rutin kontrol di bidan, 8x.
Selama hamil ibu tidak pernah sakit panas, batuk lama
maupun mengeluh pusing disertai kaki bengkak. Selama
hamil ibu tidak pernah minum jamu dan obat-obatan selain
yang diberikan oleh bidan. Selama hamil ibu suka makan.
Makan 3x sehari dengan porsi sedang. Ibu suka makan
ikan laut dan sayur. Ibu lebih suka mengemil.
Riwayat natal :
Pasien lahir saat usia kehamilan 38 minggu, lahir spontan
belakang kepala, ditolong bidan, berat badan saat lahir 2500
gram, panjang badan 50 cm. langsung menangis kuat.
Riwayat neonatal :
Tidak didapatkan kuning, sianosis, lumpuh, kejang,
perdarahan, maupun gangguan minum
Riwayat imunisasi:
Pasien hanya di imunisasi sekali oleh ibu yaitu imunisasi
hepatitis B yang di berikan sesaat setelah lahir.
Riwayat gizi :
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai umur 1 tahun 8
bulan
Pasien tidak pernah di berikan susu formula, setelah tidak
minum ASI, pasien hanya diberikan air gula.
Pasien mendapat makanan pendamping ASI berupa bubur
SUN sejak usia 3 bulan sampai usia 18 bulan.
Pasien mendapat makanan dewasa pada usia 1,5 tahun
Riwayat Kontak
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti
pasien.
Tidak ada teman teman sekolah pasien yang menderita
keluhan seperti pasien
Tidak terdapat tetangga sekitar rumah yang menderita
keluhan seperti pasien
Terdapat tetangga berbeda kampung yang diduga
Pemeriksaan Fisik (13
Januari 2015)
1. Keadaan umum
GCS : 4-5-6
Pucat : tidak ada
2. Vital sign
Tekanan darah : 90/60
Nadi : 100 kali/menit
Respiratory Rate (RR) : 24 kali/menit
Temperatur : 36.5 Celcius
3. Anthropometri
Status gizi
BB : 20 kg
PB : 118 centimeter
4. Kepala / leher
Bentuk kepala: Ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil sudah
menutup,
wajah normal
Rambut : Hitam kecoklatan
Mata : Mata cowong (-), refleks cahaya +/+, anemis (-),
ikterus (-)
Telinga : Dalam batas normal
Hidung: Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
Muluttenggorok :
Mukosa kering (+), di temukan pembesaran tonsil kanan
sebesar T2, dan kiri sebesar T1, ditemukan hiperemi tonsil dan
faring, dan juga ditemukan detritus atau bercak berwarna putih
keabuan di tonsil kanan dan kiri. karang gigi (-), sariawan (-),
lidah putih (-)
Leher :
Didapatkan pembesaran kelenjar getah bening submandibular
sinistra, dan colli dextra et sinistra Tidak terdapat deviasi
trakea dan tanda peningkatan vena jugularis, pembesaran
5. Thoraks
PULMO
Inspeksi
Bentuk dada : Normal - tidak ada deformitas
Pergerakan kanankiri : Simetris
Retraksi : Tidak didapatkan
Frekuensi napas : 24 kali/menit
Pemanjangan ekspirasi : Tidak didapatkan
Palpasi
Gerak dada : Simetris
Fremitus suara : Simetris
Perkusi
Perbandingan kanan-kiri : Simetris, sonor-sonor
Auskultasi
Suara napas : Vesikuler/vesikuler
Pemanjangan ekspirasi : Tidak didapatkan
PULMO
Auskultasi
Suara tambahan :
Stridor : Tidak didapatkan
Ronki : Tidak didapatkan
Wheezing : Tidak didapatkan
JANTUNG
Inspeksi : Impuls pada apeks (-)
Palpasi : Pulsasi pada apeks/ prekordial teraba pada ICS 5
midclavicularline sinistra-getar bising (thrill): (-)
Perkusi : Sulit dievaluasi
Auskultasi : Suara jantung I-II tunggal
Irama : Teratur
Suara tambahan
Bising : Tidak didapatkan
Gallop/ irama derap : Tidak didapatkan
6. Abdomen
Inspeksi
Bentuk: Flat, soepel
Tumor/ mass : Tidak didapatkan
Auskultasi
Bising usus : (+) normal
Palpasi
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Tumor : Tidak didapatkan
Nyeri pada titik McBurney (apendisitis) : Tidak
didapatkan
Nyeri kuadran kanan atas (kolesistitis) : Tidak
didapatkan
Turgor : Baik
Hernia umbilikalis : Tidak didapatkan
Perkusi:
Shifting dullness (-)
7. Genitalia
Laki-laki : dalam batas normal
8. Extremitas
Akral : Hangat, kering, merah, CRT< 2
Bentuk: Lengan dan kaki tidak membengkok
Kulit : Kering
Edema : Tidak didapatkan
Otot : Dalam batas normal
Tulang : Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
13 Januari 2015
Kimia Klinik Hematologi
BUN : 5 g/dl WBC 12,04 x 10 3/ dl (meningkat)
ALB : 3,72 g/dl NEU 48,9 %
LYM 36.9 %
GDA : 84 mg/dl
MONO 4 %
SK : 0,5 mg/dl
RBC 5,32 x 10 6 / dl
OT : 31 U/l HGB 12,5 g/dl
PT : 20 U/l HCT 35,3 % (menurun)
Ca : 29,3 mg/dl MCV 66,4 fl
CRP : 40,8 mg/dl (meningkat)
MCH 22,6 pg
MCHC 34, g/dl
Elektrolit RDW 16,1
Natrium 141 PLT 309 x 10 3
Kalium 4,4
Klorida 108
Problemlist / daftar masalah
Anamnesis :
Demam 8 hari SMRS makin lama makin tinggi
Nyeri tenggorokan
Mengorok saat tidur
Mual muntah tiap kali makan
Nafsu makan menurun karena susah menelan
Ditemukan membran putih di tenggorokan saat di RS
Sumenep
Riwayat pemberian ADS dan Penisilin Prokain di RS
Sumenep
Riwayat Imunisasi tidak lengkap.
Problemlist / daftar
masalah
Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring dan tonsil
hiperemi dan ditemukan detritus di bagian tonsil kanan
kiri,
Didapatkan pembesaran kelenjar getah bening
submandibular sinistra, dan colli dextra et sinistra
Laboratorium :
CRP : 40,8 mg/dl ( meningkat )
HCT : 35,3 % ( menurun )
WBC : 12,04 x 10 3/ dl ( meningkat )
Diagnosis
Diagnosa
KN I, KN II, KN III
KN kontak
c. swab nasofaring
Terapi
Inj. IFVD D5 S 1000cc/ 24 jam
inj. Penicillin procaine 2 x 1 juta IM
diet anak 1700 kkal
diet nasi 3 x 1 porsi
diet susu 3 x 250 cc
Monitoring
Tanda tanda obstruksi
Keluhan
VS
EKG
Edukasi
Edukasi pasien mengenai penyakitnya, cara
penularan, perjalanan penyakit, komplikasi dan
prognosis yang mungkin terjadi.
Edukasi pasien mengenai rencana terapi, terapi,
manfaat terapi dan efek samping yang mungkin
terjadi
Edukasi pasien mengenai pentingnya imunisasi dan
cara mengejar cara imunisasi yang terlambat
ANALISIS
Diagnosis difteri harus dibuat atas dasar pemeriksaan klinis oleh
karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa pasien.
Dari anamnesa didapatkan gejala demam sejak 8 hari SMRS, dimana
demam tidak membaik meskipun telah diberi obat penurun panas.
Keluhan panas tersebut disertai dengan keluhan nyeri tenggorokan,
hingga pada akhirnya nafsu makan pasien menurun. Saat pasien
MRS di Sumenep, juga ditemukan adanya bercak putih pada
tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran KGB
submandibula sebelah kiri dengan diameter 1 cm dan pembesaran
KGB coli kanan dan kiri, multiple diameter 1 cm, serta pembesaran
tonsil (T2/T1) yang hiperemis dengan detritus (+), sehingga
diagnosis untuk pasien ini adalah suspek difteri tonsil faring.
Diagnosis pasti untuk dfteri adalah dengan isolasi C. Diphteriae
dengan pembiakan pada media Loeffler, yang dilanjutkan dengan tes
toksigenesitas secara vivo dan vitro.
Pada anamnesa, ditemukan adanya riwayat ngorok saat tidur
(menurut ibu pasien). Hal tersebut memberikan diagnosis banding
yaitu tonsilofaringitis kronik.
TERIMA KASIH