You are on page 1of 24

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

YEHIEL F. KABANGA
11.2014.240
IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap :Tn.Warga Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Karawang, 15 September 1938 Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Belum Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Petani Pendidikan : SD

Alamat : Jalan singaperbangsa dusun 1 RT 02/02 Masuk RS : 30 Agustus 2015


ANAMNESIS PASIEN

Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 30 agustus 2015 Jam : 11.00 WIB


KU : OS mengeluh sulit BAK sejak 5 hari SMRS
RPS : OS mengeluh sulit BAK sejak 5 hari SMRS. OS sudah merasakan BAK tidak lampias sejak 8 tahun yang lalu
dan OS lebih sering ingin BAK terutama pada malam hari. Nyeri saat BAK tidak ada, hematuri (-), demam (-),
kencing batu (-), hipertensi (-), riwayatDM (-), asam urat (-), riwayat operasi hernia 2 tahun lalu.
RPD: Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Dulu pernah di rawat karena operasi hernia
inguinalis dextra 2 tahun yang lalu.
STATUS GENERALIS

Thorax:

Keadaan Umum: tampak sakit sedang Paru-paru:

Kesadaran: Compos Mentis Inspeksi : pergerakan dada simetris

Tanda-tanda Vital: TD: 120/80 mmHg N: 82 x/menit Suhu: 37,8 C Palpasi: Fremitus kiri dan kanan sama
RR: 22x/menit Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Kepala : Normocephali Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Mata : Pupil isokor, CA -/-, SI -/-
Telinga : Normotia, sekret ( - ) Jantung:
Hidung : luka ( - ), deviasi septum ( - ), nafas cuping hidung ( - ) Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis.
Mulut : oral hygiene baik Palpasi : Teraba iktus cordis
Leher : KGB dan tiroid tidak tampak membesar Perkusi : Bunyi redup
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
STATUS GENERALIS

Abdomen:
Inspeksi : distensi pada regio suprapubic, hiperemi (-
), jejas (-)
Auskultasi : BU (+) normoperistaltik
Alat kelamin dan Colok dubur : pada pemeriksaan colok
Palpasi : Supel, nyeri tekan pada region suprapubic
(+), teraba massa pada regio suprapubic dengan dubur didapatkan pembesaran prostat dan penonjolan
konsistensi keras. prostat ke arah rektum kira-kira 4-5, konsistensi kenyal,
Hati: tidak teraba membesar permukan datar tidak berbenjol-benjol
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : tidak teraba
Perkusi : Timpani pada semua kuadran. CVA (-)
STATUS LOKALIS

Regio Abdomen
Inspeksi : perut tampak distensi pada region suprapubic
Auskultasi : bising usus (+) normoperistaltik
Perkusi : timpani pada semua kuadran
Palpasi : Nyeri tekan pada regio suprapubic (+), Teraba massa pada regio suprapubic dengan konsistensi keras
HASIL USG
Ginjal:
Kedua ginjal :
Ukuran dan ratio kortex dan medula dalam batas normal, sistem pielokalises tidak melebar, batu(-), nodul (-).
Buli-buli:
Mukosa rata, tanda-tanda batu (-), massa (-)
Prostat :
Homogen, tanda-tanda massa/kalsifikasi (-), Volume 83,7 cm3

Kesan : BPH
RESUME
OS mengeluh sulit BAK sejak 5 hari SMRS. OS sudah merasakan BAK tidak lampias sejak 8 tahun yang lalu dan OS lebih
sering ingin BAK terutama pada malam hari. Nyeri saat BAK tidak ada, hematuri (-), demam (-), kencing batu (-),
hipertensi (-), riwayatDM (-), asam urat (-), riwayat operasi hernia 2 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik
Abdomen:
Inspeksi : tampak distensi pada regio suprapubik
Auskultasi : BU (+) normoperistaltik
Palpasi : Supel, nyeri tekan pada regio suprapubic dan teraba massa pada regio suprapubic dengan konsistensi keras.
Perkusi : Timpani pada semua kuadran.
Pemeriksaan Khusus: pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran prostat dan penonjolan prostat
ke arah rektum kira-kira 4-5, konsistensi kenyal, permukan datar tidak berbenjol-benjol

PENDAHULUAN

BPH adalah tumor jinak yang umum terjadi pada pria dan angka kejadian meningkat seiring bertambahnya usia
Salah satu penyebab dari gejala saluran kemih bawah / lower urinary tract symptoms (LUTS).
Gejalanya berhubungan dengan voiding symptoms dan storage symptoms
Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan selama 5 dekade terakhir untuk menjelaskan etiologi dari
perkembangan prostat pada lansia (laki-laki), tetapi hubungan sebab akibat hingga sekarang belum dapat dijelaskan
dengan jelas.
ANAMNESIS

1. Gangguan pengeluaran, harus menunggu pada


permulaan miksi (Hesistency)
2. Berupa kelemahan pancaran urine : pancaran miksi
yang lemah (Poor stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of
incomplete bladder emptying).
6. Gangguan penyimpanan, berupa frekuensi, urgensi,
nokturia, dan disuria.
7. Residu urine makin banyak dan terjadi retensi urine
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada regio suprapubik untuk


mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli
Digital rectal examination (DRE)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisis untuk menyingkirkan UTI dan hematuria. Jika pemeriksaan mengunakan dipstik, dapat dilakukan
pemeriksaan leukosit esterase dan nitrit dapat dilakukan untuk mendeteksi pyuria dan bacteriuria dapat
dikerjakan.
Serum kreatinin tidak rutin dilakukan. Tetapi jika ada kenaikan nilai serum kreatinin pada pasien dengan BPH
maka diperlukan pencitraan (biasanya USG) untuk mengevaluasi upper urinary tract.
Serum prostate-spesific antigen (PSA) dilakukan pada pasien yang diidentifikasi kanker setelah mendapatkan
terapi BPH.
USG
EPIDEMIOLOGI

Alkohol dan Sirosis Hepatis Merokok


Alkohol dapat menurunkan level Merokok meningkatkan level testosteron
testosteron plasma dan produksinya dan dan estrogen karena adanya nikotin level
meningkatkan clearance dari testoterone sehingga berimbas pada perkembangan
(Chopra et al, 1973) BPH.
Dari 5 penelitian dalam melihat
hubungan antara sirosis hepatis dan
BPH berdasarkan material autopsi, 4
diantaranya ditemukan adanya
prevalensi rendah adanya BPH pada
pria dengan sirosis.

Hipertensi
Sistem saraf simpatis memegang peranan
melalui serabut dan reseptor -adrenergic
yang memegang peran penting terhadap
Berry and associates (1984) : tidak ada pria hipertensi dan gejala dari BPH.
dibawah umur 30 tahun yang terbukti memiliki BPH
dan prevalensi kejadian naik disetiap kelompok
umur dengan insidens tertinggi 88% pada pria
dikelelompok umur 80 tahun
ETIOLOGI

Histopaologi, BPH berkarakterisktik sebagai peningkatan jumlah sel epitel dan stromal pada area periuretral
prostat dan ini mengarah kepada hyperplasia dan bukan hypertrophy, merujuk kepada istilah di literatur.
Observasi yang dilakukan pada peningkatan jumlah sel disimpulkan bahwa mungkin terjadi disebabkan oleh
proliferasi epitel dan stromal atau impaired progammed cell death yang memicu cellular accumulation.
Beberapa hipotesis yang menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar DHT dan proses aging
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi BPH kompleks.


Hiperplasia prostat meningkatkan resistensi uretra,
mengakibatkan kompensasi pada perubahan dari
bladder function.
Obstruction-induced changes in detrusor function,
ditambah dengan age related changes pada bladder
dan fungsi sistem saraf, memicu adanya urinary
frequency, urgenct, dan nocturia, yang merupakan
keluhan tersering pada penderita BPH.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN

Nonsurgical Therapy

Watchful Waiting atau Self-Help

Medical Therapy

-adrenergic blocker
Androgen Manipulation
Combination therapy with -adrenergic blocker and 5-reductase inhibitors
Anticholinergic (Antimuscarinic) receptor blockers
Phytotherapy

Minimally Invasive and Endoscopic

Lasers Transurethral Ultrasound-Guided Laser-Induced Prostatectomy


Transurethral Resection of the Prostate
Transurethral Incision of the Prostate
NONSURGICAL THERAPY

Watchful Waiting or Self Help


Sekelompok pria dengan LUTS tidak akan memilih intervensi medis atau surgical karena menganggap gejala tidak
begitu mengganggu, komplikasi dari penatalaksanaan yang lebih besar dari ketidaknyamanan gejala yang dialami, dan
adanya keenganan untuk meminum obat sehari-hari karena efek samping dan atau biaya dari terapi tersebut.
TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP)

Sekarang dipilih sebagai gold standart untuk surgical management untuk BPH.
Indikasi absolut: acute urinary retention, recurrent infection, recurrent hematuria, azotemia
TURP
TURP
TURP
TRANSURETHRAL INCISION OF THE PROSTATE (TUIP)

Teknik relatif simple. Menggunakan Collings knife, insisi dibuat pada arah jam 5 dan jam 7 atau hanya pada satu sisi
midline. Dimulai dari distal ke orifisium uretra dan berakhir ke proksimal verumontanum.
Komplikasi : Ejakulasi retrograde 0-37% kasus
TUIP

You might also like