You are on page 1of 29

SAFETY

BY:
Ns. RETNO PURWANDARI, M.Kep
DKKD PSIK UNEJ
Preambule..

Kapan kondisi di sebut


aman?????
Kapankah anda merasa
aman?????
Kriteria aman menurut
Anda?????
What is safety????
Definisi keamanan

Safety

free from physical & psikology injury


Safety can reduce:

Injury/illness
Memperpendek hospitalisasi & terapi
Meningkatkan/mempertahankan
status klien
Meningkatkan kesejahteraan klien
Memberikan perlindungan bagi staff
Karakter keamanan:

Pervasiveness (insidensi)
Perception (persepsi)
Management (pengaturan)
Safety influenced by:
Usia
gaya hidup
status mobilisasi
gangguan sensori persepsi
tingkat kesadaran
status emosional
kemampuan komunikasi
pengetahuan pencegahan kecelakaan,
faktor lingkungan
JENIS-JENIS BAHAYA YANG MENGANCAM
KEAMANAN FISIK
Api /kebakaran
Luka bakar (Scalds and burns)
Jatuh
Keracunan
Sengatan listrik
Suara bising
Radiasi
Suffocation (asfiksia) atau Choking
(tersedak)
METODE MENGURANGI BAHAYA FISIK

Menjamin pencahayaan yang


adequate
Mengurangi penghalang fisik
Mengontrol bahaya di kamar mandi
Pengamanan rumah
JENIS KEAMANAN

Community :
KDM tercapai
Bahaya fisik bkurang
Penyebaran pathogen kurang
Polusi terkontrol
Sanitasi dipertahankan
Health care:

Minimal jatuh
Kecelakaan o/ klien
Kecelakaan o/ prosedur
Kecelakaan o/ alat
Control pathogen :

Aseptic medis & bedah


Imunisasi
Sanitasi makanan
Control serangga
Pembuangan sampah
Pasien di RS
Keselamatan pasien di RS
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Depkes RI., 2008; Permenkes RI No. 1691).
Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications)
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
Risk factor (SKP 1)

pasien yang dalam keadaan terbius /


tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar
sepenuhnya;
mungkin bertukar tempat tidur, kamar,
lokasi di dalam rumah sakit;
Mengalami disabilitas sensori; atau
akibat situasi lain
(1)pasien diidentifikasi dengan
menggunakan 2 identitas pasien;
(2)pasien diidentifikasi sebelum
melakukan tindakan, dan;
(3)pasien diidentifikasi sebelum
prosedur diagnostik
(JCI, 2014; Permenkes RI No. 1691).
SKP II

mengembangkan suatu kebijakan


dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan melalui telepon
Komunikasi efektif, yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan
mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien
(1) Pendokumentasian secara lengkap
pesan verbal dan telepon serta
pembacaan kembali oleh penerima
pesan serta konfirmasi dari pemberi
pesan;
(2)pendokumentasian secara lengkap
hasil tes dan pembacaan kembali oleh
penerima pesan serta konfirmasi dari
pemberi pesan
(JCI, 2014; Permenkes RI No. 1691).
SKP III

Mengembangkan suatu pendekatan


untuk memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai (high-
alert) yang di dalam juga terdapat
pengendalian cairan elektrolit pekat.
(1)rumah sakit mempunyai daftar
semua obat yang perlu diwaspadai;
(2)rumah sakit menerapkan strategi
peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, dan;
(3)elektrolit konsentrat yang disimpan
pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat
(JCI, 2014; Permenkes RI No. 1691).
SKP IV
(1) memverifikasi lokasi, prosedur, dan
pasien yang benar;
(2) memastikan bahwa semua dokumen,
foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan
baik, dan dipampang; dan
(3)melakukan verifikasi ketersediaan
peralatan khusus dan/atau implant yang
dibutuhkan
(JCI, 2014; Permenkes RI No. 1691).
SKP V

Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Pengurangan infeksi yang tepat
adalah pelaksanaan prosedur cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat
(Permenkes RI No. 1691).
SKP VI

Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Rumah sakit perlu menerapkan
proses asesmen awal atas pasien
terhadap risiko jatuh, sehingga dapat
ditentukan langkah-langkah yang akan
dilakukan dan dimonitor hasilnya.
Contoh langkah pencegahan pasien jatuh

1.Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2.Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3.Sediakan kursi roda yang terkunci disamping tempat
tidur pasien
4.Pastikan bahwa jalur kekamar kecil bebas dari
hambatan dan terang
5.Pastikan lorong bebas hambatan
6.Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7.Pasang Bedsiderel
8.Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
9.Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran
10.Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman,dan
segera laporkan untuk perbaikan
11.Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di
daerah diagnostik atau terapi
12.Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempattidur,
posisi bedsiderel dalam keadaan terpasang
13.Informasikan dan mendidik pasien dan/atau anggota keluarga
mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh
14.Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan
bantuan yang dibutuhkan
Risiko jatuh terjadi karena
a. Salah memperkirakan jarak dari tempat tidur ke
lantai.
b. Merasa lemah atau pusing pada saat mencoba
untuk bangun.
c. Merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan
keseimbangan ketika mencoba untuk bangun dari
kursi. Hal ini umum terjadi khususnya pada pasien
lanjut usia.
d. Tidak mengenal lingkungan sekelilingnya.
e. Meminum obat yang membuat kesadaran mereka
terhadap lingkungan berkurang.
f. Berada di tempat gelap.
g. Gangguan status mental (misalnya: Bingung atau
disorientasi)
h. Gangguan mobilitas (misalnya: gangguan berjalan,
kelemahan fisik, menurunnya mobilitas tungkai
bawah, gangguan keseimbangan)
i. Riwayat jatuh sebelumnya
j. Obat-obatan (sedatif dan penenang, obat-obatan
yang berlebihan)
k. Berkebutuhan khusus dalam hal toileting
(memerlukan bantuan untuk buang air, mengalami
inkontinensia, diare dan tidak dapat menahan
keinginan buang air)
l. Usia lanjut.
Alhamdulillah

Jangan tunggu sore, apa yang bisa anda


kerjakan di pagi hari dan
jangan tunggu esok apa yang bisa anda
kerjakan hari ini, remember waktu
tidak akan kembali lagi
So
Study hard start from now!!!!!!!!!

You might also like