You are on page 1of 54

ANALISA SWOT MANAJEMEN CDR (CASE DETECTION RATE)TB PARU

DEWASA TANPA KOMPLIKASIDI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2016
Devi Van Mulyadi J510165046
Fitka Romanda J510165093
Kiky Putri Anjany J510165033
Reza Nur Said J510165048
Septa Kristiyan Triani J510165009

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang


disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosa yang dapat menginfeksi organ-organ tubuh
manusia dengan ditularkan melalui udara.
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Perlu
diwaspadai tantangan terbesar yang sering dihadapi
adalah kasus TB hilang atau tidak terlaporkan ke
program.
TB Paru

Peringkat I Asia Peringkat II Dunia

Jawa Tengah (50,4%)

Kabupaten Sukoharjo
CDR 59%

Jumlah mortalitas akibat TB di Indonesia mencapai 7


kasus per jam. Seluruh pasien di Indonesia dari dengan
diagnosis Tb paru, hanya 44% yang menjalankan program
obat. Prevalensi diagnosis TB paru di Jawa Tengah yaitu
0,4%, termasuk dalam 5 besar provinsi terbanyak yang
mengobati TB paru dengan obat program (50,4%).
Prevalensi TB per 100.000 penduduk Provinsi Jawa
Tengah mengalami peningkatan :

2014 116/100.000

2015 117/100.000 (39638 kasus)

Selain itu, total kasus kebal obat TB paru (TB MDR) juga
meningkat mencapai 114 hingga tahun 2015. Sedangkan angka
keberhasilan pengobatan TB paru mengalami penurunan
hampir 20% menjadi sebesar 68,06%.
Angka keberhasilan pengobatan kasus TB paru di Provinsi
JawaTengah mengalami penurunan yang cukup signifikan

Tahun 2013 87,03%


Tahun 2014 68,06%

Angka penemuan kasus baru ini masih jauh di bawah


target yang telah ditentukan sebesar 70%. Hal ini harus
menjadi salah satu prioritas dalam menerapkan strategi
pemberantasan penyakit TB paru.
Berdasarkan data yang di dapat dari laporan triwulan
penemuan pasien TB di Puskesmas Kartasura berhasil
mengidentifikasi suspek TB paru :

Tahun Suspek TB Kasus Gagal Obat


Paru Terdiagnosis

Tahun 2015 193 21 1


Tahun 2016 81 10
B. Rumusan Masalah
Bagaimana usaha pengendalian TB paru yang telah
dilakukan di Puskesmas Kartasura Kabupaten
Sukoharjo hingga tahun 2016?

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa usaha-usaha
yang telah dilakukan untuk mengendalikan persebaran
TB paru yang telah dilakukan di Puskesmas Kartasura
Kabupaten Sukoharjo
D. Manfaat

Bagi Peneliti:
Pembelajaran &
pengalaman

Bagi Puskesmas:
Bahan info u/ Bagi Fakultas
kebijakan Kedokteran:
selanjutnya
Wujud triwulan
perguruan tinggi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKKA
A. Definisi TB Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
B. Epidemiologi

WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar


manusia, sepertiga penduduk dunia ini telah
terinfeksi oleh kuman tuberkulosis.

Di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang


penderita baru per 100.000 penduduk

Survey prevalensi TB di Indonesia menyatakan


prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per
100.000 penduduk
C. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
berbentuk batang lurus
atau sedikitmelengkung,
tidak berspora dan tidak
berkapsul.
Bakteri ini berukuran
lebar 0,3 0,6 m dan
panjang 1 4 m.
Menular melalui droplet
di udara yang dapat
terhirup langsung
D. Cara Penularan

Sumber penularan adalah pada


Pasien TB BTA positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya (65%),
TB BTA negative (26%)

Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup


udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius
tersebut.
Risiko tertular tergantung tingkat pajanan dengan
percikan dahak.
E. Patogenesis

Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
bersarang di jaringan parumembentuk suatu
sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau
afek primer

Tuberkulosis Post-Primer
Dari tuberkulosis primer muncul bertahun-tahun
kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia
15-40 tahun.
F. Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia

1. Paparan: paparan kepada pasien TB menular


merupakan syarat untuk terinfeksi.
2. Infeksi: Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah
6 14 minggu setelah infeksi
3. Sakit TB: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan
menjadi sakit TB.
4. Meninggal dunia: akibat diagnosis yang terlambat atau
pengobatan yang tidak adekuat
G. Gejala Klinis

Gejala Respiratorik Gejala Sistemik


- Batuk 2 minggu - Demam
- Batuk darah - Malaise
- Sesak Napas - Keringat malam
- Nyeri dada - Anoreksia
- Berat badan menurun
H. Penemuan Pasien TB

1. Strategi Penemuan dilakukan


secara intensif
pada kelompok populasi terdampak TB dan
populasi rentan
2. Pemeriksaan dahak 2 kali kunjungan dg metode SPS
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat untuk
menentukan ketahanan M.tb terhadap OAT
I. Diagnosis TB Paru
J. Klasifikasi TB paru

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau


ekstra paru;
2. Bakteriologi BTApositif atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau
berat/lesi minimal atau luas
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru
atau sudah pernah diobati
K. Pengobatan TB Paru

TahapAwal
Pengobatan diberikan setiap hari, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa
adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setalah 2
minggu

Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan dapat dilakukan 3x
dalam seminggu
Jenis OAT
Jenis OAT Sifat Dosis Dosis EfekSamping
(mg/kgbb) (mg/kgbb)
harian 3x seminggu
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10 Flu syndrome, gangguan GIT, urine
(8-12) (8-12) berwarnamerah, ganguanfungsihati,
trombositopeni, demam, skin rash,
sesaknafas, anemia hemolitik

Isoniazid (H) Bakterisid 5 10 Neuropatiperifer, psikosistoksik,


(4-6) (8-12) gangguanfungsihati, kejang

Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35 Gangguan GIT. Gangguanfungsihati,


(20-30) (30-40) GA
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30 Gangguanpenglihatan. Butawarna,
(15 20) (20-35) neuritis perifer
Streptomycin (S) Bakterisid 15 Nyeri di tempatsuntikan,
(12-18) ganguankeseimbangan&pendengara
n, renjatananafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
Paduan Pengobatan OAT

TB paru (kasus baru), BTA (+), atau lesi luas


Paduan obat diberikan2RHZE/4RH
Alternatif 2RHZE/4R3H3 atau 2RHZE/6HE (program P2TB)
TB paru (kasus baru) BTA (-) dengan gambaran radiologi lesi minimal
atau TB diluar paru kasus ringan
Paduan obat 2RHZ/4RH
Alternatif 2RHZ/4R3H3 atau 6RHE
TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT pada
fase intensif selama 3 bulan (bila ada uji resistensi dapat diberikan obat
sesuai hasil uji resistensi) lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau
lebih lama dari pengobatan sebelumnya. Sehingga padian obat yang
diberikan : 3RHZE/ 6RH
Evaluasi Pengobatan

Evaluasi klinik
setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)
Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9)
Evaluasi efek samping secara klinik
Evalusi keteraturan berobat
Evaluasi penderita yang telah sembuh
Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui terjadinya kekambuhan.Yang
dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak dan foto toraks.
Pengawasan langsung menelan obat
(DOT = Directly Observed Treatment)
Persyaratan PMO: dikenal, berdomisili dekat, bersedia membantu, bersedia
dilatih
Siapa yang bisa jadi PMO: nakes, kader, anggota keluarga, tokoh masyarakat
Tugas seorang PMO:
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur, Memberi dorongan kepada
pasien agar mau berobat teratur, Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak
pada waktu yang telah ditentukan, Memberi penyuluhan pada anggota keluarga
pasien TB yang mempunyaigejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri
Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan
kepadapasien dan keluarganya
TB disebabkan kuman, dapat disembuhkan dengan berobat teratur, cara penularan
TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya, cara pemberian
pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan). Pentingnya pengawasan supaya
pasien berobat secara teratur
L. Kebijakan Pengendalian TB

Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program


dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan
komitmen daerah terhadap program pengendalian TB
Pengendalian TB bertujuan memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya TB resistan obat
Penemuan dan pengobatan dalam rangka
pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh Faskes I
Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai
tingkat pelayanan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB
diberikan secara cuma-cuma
M. Pencegahan dan Pemberantasan TB
Pada dasarnya upaya-upaya kesehatan dapat digolongkan
menjadi 4 macam:
1. upaya peningkatan (promotive)
2. upaya pencegahan (preventive)
3. upaya penyembuhan (curative)
4. upaya pemulihan kesehatan (rehabilitative)

Upaya-upaya ini ditujukan terhadap 3 faktor yang


mempengaruhi timbulnya penyakit yaitu:
1. penjamu (host)
2. bibit penyakit (agent)
3. faktor lingkungan (environment).
BAB III

PROFIL PUSKESMAS
A. Letak Geografi

Puskesmas Kartasura merupakan salah satu kecamatan di


lingkungan kabupaten Sukoharjo yang luas wilayahnya terkecil.
Luas wilayah seluruhnya tercatat 17.53 km2 tapi letaknya sangat
strategis karena berbatasan langsung dengan 2 kabupaten, 1
kotamadya dan 1 kecamatan, yaitu:

Sebelah utara : Kecamatan Colomadu Kab. Karanganyar.


Sebelah selatan: Kecamatan Gatak
Sebelah barat : Kecamatan Sawit Kab. Boyolali
Sebelah timur : Kotamadya Surakarta
Penduduk Wilayah kerja Puskesmas Kartasura berjumlah 95.357
yang terbagi dalam10 desa dan 2 kelurahan, yaitu:

Desa Desa Desa Desa


Ngemplak Pucangan Ngabeyan Wirogunan

Desa Desa Desa Desa


Kertonatan Singopuran Gonilan Pabelan

Desa Desa Kelurahan Kelurahan


Gumpang Makam Haji Kartasura Ngadirejo
B. Sarana dan Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas


Kartasura adalah sebagai berikut:
Dokter : 4 Orang.
Dokter Gigi : 3 Orang.
Ness/Perawat : 15 Orang.
Bidan : 20 Orang.
Laborat : 2 Orang.
Apoteker/Assisten Apoteker : 3 Orang.
Perawat Gigi : 3 Orang.
Fisioterapis : 2 Orang.
Dalam hal upaya pengobatan, puskesmas Kartasura memiliki :
1 Puskesmas induk
1 Puskesmas unit
5 Puskesmas pembantu dan keliling
12 Poskesdes / PKD
10 Rawat inap
92 Posyandu
3 Sarana transportasi
Fasilitas Penunjang :
1 Laboratorium
3 Fisioterapi
Data Tenaga Inti Pengendalian TB Paru di Puskesmas Kartasura :
Tenaga Kesehatan Jumlah Terlatih

Kepala Puskesmas 1 Orang

Dokter TB 1 Orang 1 Orang

Petugas TB Puskesmas 1 Orang

Perawat 15 Orang 1 Orang

Bidan / Bidan Desa 20 Orang

Analis 2 Orang 2 Orang

Penyuluh 3 Orang

Sanitarian 3 Orang

RO -

Penjaga Malam 1 Orang

Fisioterapi 2 Orang

Rekam Medis 1 Orang

Gizi 2 Orang
Target TB
No Desa Jml Perkiraan Target BTA + Target Suspek Target Suspek /
Bln
Penduduk BTA +

1 Ngemplak 3.415 4 3 30 3

2 Pucangan 13.570 14 10 100 8

3 Kartasura 15.329 17 12 120 10


4 Ngabeyan 4.379 5 4 40 3

5 Wirogunan 4.063 4 4 40 3

6 Kertonatan 3.480 4 3 30 3

7 Makamhaji 15.958 17 12 120 10

8 Gumpang 7.404 8 6 60 5

9 Ngadirejo 9.661 10 7 70 6

10 Pabelan 6.779 7 5 50 4

11 Gonilan 4.673 5 4 40 3

12 Singopuran 6.643 7 5 50 4

JUMLAH 95.357 102 71 710 59


PENCAPAIAN SUSPEK PER DESA Bulan Januari - Juli
No Desa Target Hasil % Target Hasil %
Suspek BTA +
Suspek BTA +
1 Ngemplak 30 3 10 3 1 33
2 Pucangan 100 39 39 10 2 20

3 Kartasura 120 51 43 12 4 33

4 Ngabeyan 40 9 23 4 1 25

5 Wirogunan 40 7 18 4 0 0

6 Kertonatan 30 4 13 3 2 67

7 Makam haji 120 11 9 12 3 25

8 Gumpang 60 8 13 6 1 17

9 Ngadirejo 70 14 20 7 1 14

10 Pabelan 50 12 24 5 2 40

11 Gonilan 40 6 15 4 1 25

12 Singopuran 50 14 28 5 1 20

13 Luar Wil 1

JUMLAH 710 179 25 71 18 25


C. Indikator Keberhasilan Program TB Paru

Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2 yaitu:

Angka penemuan pasien baru TB BTA positif


(Case Detection Rate/CDR)

Angka keberhasilan pengobatan


(Succes Rate/SR)
Kegiatan penanggulangan TB Paru yang meliputi pencegahan,
penemuan kasus dan pengobatan, dapat dijabarkan indikator
keberhasilan program TB Paru :
1. Angka Penjaringan Suspek
2. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang
diperiksa dahaknya
3. Proporsi Pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB
Paru
4. Angka Koversi (Conversion Rate)
5. Angka Kesembuhan (Cure Rate)
6. Kesalahan Laboratorium
7. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)
8. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
9. Angka Keberhasilan Pengobatan
D. Kegiatan pengendalian TB

1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS


yang bermutu.
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak
dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan
lainnya.
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah,
masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui
pendekatan Public-Private Mix dan menjamin
kepatuhan terhadap International Standards for TB
Care.
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem
kesehatan dan manajemen program pengendalian
TB.
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan
daerah terhadap program TB.
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan informasi strategi.
BAB IV

HASIL DAN ANALISA SWOT


A. Hasil Dan Analisa Swot Pengendalian Tb Paru
Dewasa Tanpa Komplikasi

Strength

Weakness

Opportunity

Threat
Strength

Sumber daya untuk program pengendalian TB Paru


dewasa tanpa komplikasi memiliki tenaga kesehatan yang
terlatih serta fasilitas penunjang Puskesmas (Ruang Inap
dan Laboratorium)

Adanya komitmen petugas puskesmas dalam


menjalankan program pengendalian penyakit menular
langsung

Terdapat kepatuhan petugas kesehatan dalam


menjalankan program pengendalian TB Paru dan
melakukan penjaringan dengan baik.

Secara geografis puskesmas Kartasura mudah dijangkau


oleh masyarakat sekitar
Weakness

Kurangnya petugas kesehatan yang ikut serta dalam


program pengendalian TB, seperti pada saat penjaringan
TB Paru.

Dana puskesmas belum mencakup semua aspek


pendanaan untuk program TB.

Beban kerja yang tinggi petugas pengendalian TB di


puskesmas

Tenaga kesehatan yang kurang maksimal dalam


penyampaian cara mengeluarkan dahak yang benar
Opportunity

Adanya dukungan dari kepala desa setempat untuk


mendukung kegiatan pengendalian program TB.

Dinas Kesehatan turut aktif dalam mengevaluasi


program pengendalian TB Paru di puskesmas
Kartasura.

Banyak instansi-instansi pelayanan kesehatan


swasta/non-pemerintah yang telah dipercaya
masyarakat memberikan pelayanan kesehatan.

Adanya target program Indonesia Bebas Tuberkulosis


2050.
Threat

Masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan sehingga


masih belum menyadari tentang pentingnya deteksi dan
pengobatan dini TB.

Masih banyak masyarakat kecamatan Kartasura yang belum


aktif dalam menyukseskan progam pengendalianTB Paru.

Masyarakat cenderung lebih memilih berobat ke fasilitas


pelayanan kesehatan swasta dibandingkan di puskesmas.

Kurangnya kesadaran untuk memeriksakan diri bila


mengalami sakit.
B. Skoring Swot
Strength Weakness Opportunity Threat
Poin Skor Poin Skor Poin Skor Poin Skor
Nomer Nomer Nomer Nomer
1 4 1 2 1 2 1 1

2 4 2 3 2 3 2 3

3 3 3 3 3 4 3 2

4 3 4 2 4 4 4 3

Total 14 Total 10 Total 13 Total 9


Hasil :
Presentase Daya Dorong : 27 x 100% = 58 %
46

Presentase Daya Hambat : 19 x 100% = 42 %


46

Hasil skor SWOT


Hasil :

Selisih Total Kekuatan Total Kelemahan =SW=x


= 14 10 = 4

Selisih Total Peluang Total Tantangan =OT=y


= 13 9 = 4
Grafik Hasil skor SWOT
C. Pembahasan Isu Strategis

Melihat hasil analisis SWOT diatas, dapat


disimpulkan bahwa daya dorong dan daya hambat
terhadap progam pengendalian TB di puskesmas
Kartasura dalam kondisi sub kondusif, tetapi pencapaian
masih kurang memenuhi target.
Isu strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keberhasilan program Pengendalian TB Paru
dengan melakukan penyuluhan. Langkah awal dengan
memaksimalkan kader dan bidan desa dengan cara
membekali pengetahuan APD dan sputum pot.
Penyuluhan terhadap masyarakat mengenai TB paru
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
tindakan pencegahan dan pengobatan TB paru sangat
dibutuhkan. Komitmen bersama antara petugas dengan
masyarakat, petugas dengan pemerintah, dan petugas
puskesmas sendiri untuk dapat diperkuat.
Strategi ini berdasarkan analisis SWOT dianggap
paling realistis, mengingat terhadap masyarakat mengenai
TB paru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai tindakan pencegahan dan pengobatan TB paru.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa SWOT didapatkan hasil presentase


daya dorong sebesar 58% dan daya hambat sebesar 42%. Hal
ini berarti bahwa daya dorong dan daya hambat terhadap
program pengendalian TB Paru di Puskesmas Kartasura dalam
kondisi sub kondusif. Dari 70% target Angka Penemuan Kasus
TB Paru di Puskesmas Kartasura, yang telah tercapai adalah
sebesar 25%. Beberapa penduduk kecamatan Kartasura tidak
melakukan pengobatan dan pemeriksaan dini pada Pusat
pelayanan Primer karena kurangnya kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya deteksi dini, pencegahan, dan
pengobatan TB Paru.
B. Saran
1) Perlu dilakukan penyuluhan atau pengetahuan mengenai TB
Paru pada masyarakat yang berada di wilayah Puskemas
Kartasura tentang deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan
TB Paru., sehingga program PengendalianTB Paru dapat
tercapai sesuai target dan dapat mencegah terjadinya kejadian
luar biasa TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kartasura.
2) Perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan secara
berkala.
3) Pemberian sarana transportasi pada petugas kesehatan agar
lebih optimal.
4) Penambahan tenaga kesehatan di bidang Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.
5) Melakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan lingkungan
agar lebih fokus dalam pengendalian suatu penyakit.

You might also like