Professional Documents
Culture Documents
By : CUT ELFIZAHARA
1. Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk
batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3
bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun
berturut – turut.
2. Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang
ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar
3. Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap
reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh
peyempitan yang menyeluruh dari saluran
nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b. Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4. Gambaran Klinis
a. Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan
bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi
dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi
kardi dan takipnea.
Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan
hiperkapnia
2.Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma
normal/mendatar
3.Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital
(VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan
volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal
atau sedikit meningkat.
4.Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit
meningkat
ASTMA
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Juga cuaca yang lain seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. (serbuk bunga dan debu).
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Klasifikasi Asthma
• Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial
dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.Ekstrinsik (alergik)
2.Intrinsik (non alergik)
3.Asthma gabungan Bentuk asma yang paling
umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
EMFISEMA
Pengertian Emfisema
Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi
abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal
dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner &
Suddarth, 2002)
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak
langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida
mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam
darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.
• Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi ketika ujung saraf pada jalan
nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi
yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap
respon parasimpatis.
• Selain itu, reseptor a- dan b-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki.
Ketika reseptor a adrenergik dirangsang , terjadi bronkokonstriksi; bronkodilatasi terjadi
ketika reseptor b-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor a- dan b-
adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor
-alfa mengakibatkan penurunan c-AMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi
yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi respon beta- mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan b-adrenergik terjadi pada
individu dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
kimiawi dan konstriksi otot polos
PATFIS ASMA
Tanda dan Gejala Asma
• Batuk
• Dispnea
• Mengi
• Hipoksia
• Takikardi
• Berkeringat
• Pelebaran tekanan nadi
Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada : hiperinflasi dan pendataran
diafragma
2. Pemeriksaan sputum dan darah : eosinofilia
(kenaikan kadar eosinofil). Peningkatan kadar
serum Ig E pada asma alergik
3. AGD : hipoksi selama serangan akut
4. Fungsi pulmonari :
• Biasanya normal
• Serangan akut : Peningkatan TLC dan FRV; FEV
dan FVC agak menurun
Asuhan Keperawatan PPOM
Pengkajian
1. Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang
gejala-gejala terakhir juga manifestasi penyakit
sebelumnya. Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa
digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat
kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
2. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan
pernapasan ?
3. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas
apa?
4. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
5. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan
sesak napas?
6. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
7. Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?
Data tambahan dikumpulkan melalui
observasi dan pemeriksaan;
1. Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
2. Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?
3. Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
4. Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernapasan selama
pernapasan?
5. Apakah tampak sianosis?
6. Apakah vena leher pasien tampak membesar?
7. Apakah pasien mengalami edema perifer?
8. Apakah pasien batuk?
9. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?
10.Bagaimana status sensorium pasien?
11.Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?
Diagnosa Keperawatan
a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan
dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan
mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidaksamaan ventilasi-perfusi
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek
samping obat, kelemahan, dispnea
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya imunitas, malnutrisi
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan
berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi PPOM
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk
tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
• Auskultasi bunyi nafas
• Kaji frekuensi pernapasan
• Kaji adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan dan
penggunaan otot bantu pernapasan
• Berikan posisi yang nyaman pada pasien : peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
• Hindarkan dari polusi lingkungan misal : asap, debu, bulu bantal
• Dorong latihan napas abdomen
• Observasi karakteristik batuk misalnya : menetap, batuk pendek,
basah
• Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi
jantung
• Berikan air hangat
SEKIAN