Professional Documents
Culture Documents
by Abdul Aziz
17710044
APA ITU MALOKLUSI?
Maloklusi
Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler.
Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang
spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan
gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara
oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis.
APA YANG MENYEBABKAN MALOKLUSI?
Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :
1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari
mandibula.
2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari
posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.
3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang
merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya
penyakit periodontal dan gigi.
6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.
ETIOLOGI : BAGAIMANA BISA TERJADI MALOKLUSI?
ETIOLOGI
1.System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola-
pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.
2.Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan
dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi
ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.
3.Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi
dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan
adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi
merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.
1.Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir
/ mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan
craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam
bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus (
contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial).
3.Trauma; Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.
4.Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran; Hipoplasia dari mandibula. Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau
trauma selama proses kelahiran.
Asymetri; Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.
5.Prostnatal trauma; Retak tulang rahang dan gigi. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
6.Agen Fisik
8.Makanan
9. Mengisap jempol / jari; Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat erupsi.
Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara
otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.
Klasifikasi Maloklusi
Menurut Angel
✤ClassI
Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila,
dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1
permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1
permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.
✤ClassII
Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1
mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1
permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.
✤Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp
mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal
dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2
mandibula.
Class III
Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama maksila
beroklusi pada interdental antara molar pertama dan molar kedua mandibula.
A. True Class III
Maloklusi ini merupakan maloklusi skeletal Klas III yang dikarenakan genetic yang dapat disebabkan karena :
· Mandibula yang sangat besar.
· Mandibula yang terletak lebih ke depan.
· Maksila yang lebih kecil daripada normal.
· Maksila yang retroposisi.
· Kombinasi penyebab diatas.
Pengobatan untuk gangguan ini juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, termasuk:
• kerusakan gigi
• nyeri atau ketidaknyamanan
• iritasi mulut karena penggunaan peralatan, seperti kawat gigi
• kesulitan mengunyah atau berbicara selama pengobatan
OPERASI
OS
MANDIBULA
Kekurangan Klasifikasi Angle
Klasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna, masih terdapat kekurangan-
kekurangan pada system ini, karena Dr.Angle hanya berdasarkan hubungan gigi-gigi saja dan oklusi antara
lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah. Hingga sekarang klasifikasi Dr.Angle masih banyak dipakai.
Selain itu, system ini terbatas dan tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita
tidak dapat memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi. Sebaba diagnose intra oral tidak mencukupi
untuk menentukan suatu anomaly, sebaiknya kita menggunakan ekstra oral dan diagnosis cephalometrik
sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas. Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed
point dalam menentukan klasifikasi dalam maloklusi, maka kita akan kecewa, sebab suatu hubungan mesio-
distal yang normal dari molar-molar. Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang
dinamakan fixed point, khususnya pada masa pertumbuhan. Kita masih menggunakan klasifikasi dari
Dr.Angle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan saja.
Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari maloklusi, maka
kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik. Bukan suatu diagnosis, hanya suatu
penggolongan.