Professional Documents
Culture Documents
Bella Yuspita
SINDROM NEFROTIK
161 0221 073
Pembimbing :
Letkol CKM. dr. Sugianto, Sp.PD
DEFINISI
Sindrom nefrotik
primer
• Tidak diketahui
Sindrom nefrotik
sekunder
• Infeksi
• Keganasan
• Efek obat dan
toksin
PATOFISIOLOGI
etiologi
Proteinuria masif
Merangsang hati :
Hipoalbuminemia Sintesa protein , lipid dan
gangguan transportasi
partikel lipid dalam sirkulasi
Tekanan onkotik plasma menurun
Edema
Edema
Teori underfilled → ↓tekanan onkotik intravaskular
→ cairan merembes ke ruang interstisial →
dengan ↑permealiblitas kapiler glomerulus →
albumin keluar → albuminuria dan
hipoalbuminemia.
- Hipoalbuminemia → ↓ tekanan onkotik koloid
plasma intravaskular → ↑cairan transudat
melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular
ke ruang interstial → edema.
Teori overfilled : ↑ volume plasma dengan tertekannya
aktivitas renin plasma & kadar aldosteron.
Menurut teori ini : retensi natrium renal & air → karena
mekanisme intrarenal primer dan tidak bergantung pada
stimulasi sistemik perifer.
Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi
volume plasma dan cairan ekstraseluler.
Pembentukan edema → akibat overfilling cairan ke
dalam ruang interstiasial.
Teori overfilled ini dapat menerangkan adanya volume
plasma yang tinggi dengan kadar renin plasma dan
aldosteron menurun sekunder terhadap hipervolemia.
GEJALA KLINIS
Ekspansi otot
Mual, muntah pernapasan tdk
optimal
Nafsu makan
↓ Nafas tdk
adekuat
Ggn pemenuhan
kebutuhan nutrisi Ggn pola
Kondisi tubuh nafas
lemah Daya tahan tubuh ↓
Glomerulonefritis
Edema non-renal
akut
Penatalaksanaan
• Non spesifik:
- Mengurangi proteinuria
- Mengontrol edema
- Obati komplikasi
Medikamentosa
• Kombinasi diuretik: loop diuretic dan tiazid.
Biasanya diberikan 2 kali sehari
• Penghambat ACE atau ARB sebagai anti-
proteniuria; Pemberian ACE-inhibitors
misalnya enalpril, captopril atau lisinopril
untuk menurunkan pembuangan protein
dalam air kemih dan menurunkan
konsentrasi lemak dalam darah.
3. HIPERLIPIDEMIA
• Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-zat tersebut
bersifat sementara dan tidak memberikan implikasi jangka
panjang, maka cukup dengan pengurangan diit lemak. .
• Dapat dipertimbangan pemberian obat penurun lipid seperti
inhibitor HMgCoA reduktase (statin).
4. HIPOKALSEMIA
• Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena: penggunaan steroid
jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia
• Terapi steroid jangka lama (lebih dari 3 bulan) → dianjurkan
pemberian suplementasi kalsium 250-500 mg/hari dan vitamin D
(125-250 IU).
5. HIPOVOLEMIA
• Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps
dapat terjadi hipovolemia dengan gejala hipotensi, takikardia,
ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut.
• Pasien harus segera diberi infus NaCl fisiologis dengan cepat
sebanyak 15-20 mL/kgbb dalam 20-30 menit, dan disusul dengan
albumin 1 g/kgbb atau plasma 20 mL/kgbb (tetesan lambat 10 tetes
per menit)
• Bila hipovolemia telah teratasi dan pasien tetap oliguria, diberikan
furosemid 1-2 mg/kgbb intravena.
6. HIPERTENSI
• Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam
perjalanan penyakit SN akibat toksisitas steroid.
• Pengobatan hipertensi diawali dengan inhibitor ACE (angiotensin
converting enzyme), ARB (angiotensin receptor blocker) calcium
channel blockers, atau antagonis β adrenergik, sampai tekanan
darah di bawah persentil 90.
INDIKASI BIOPSI GINJAL
• Pada presentasi awal
– Sindrom nefrotik terjadi pertama kali pada usia
< 1 tahun atau lebih dari 16 tahun
– Pada pemeriksaan terdapat tanda hematuria
nyata
• Setelah pengobatan inisial
– Sindrom nefrotik resisten steroid
– Sebelum memulai terapi siklosporin
Prognosis
• Prognosis makin baik jika dapat di
diagnosis segera. Pengobatan segera
dapat mengurangi kerusakan glomerolus
lebih lanjut akibat mekanisme kompensasi
ginjal maupun proses autoimun. Prognosis
juga baik bila penyakit memberikan
respons yang baik terhadap kortikosteroid
dan jarang terjadi relaps
`