You are on page 1of 113

Airway Management

Oleh :

Dr. Erawati Prihastiani, Sp. An


TUJUAN PEMBELAJARAN
 Tujuan pembelajaran umum :
Setelah pembelajaran Peserta mampu
melakukan pengelolaan jalan nafas
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu :
 Mendiagnosa sumbatan jalan nafas
 Membebaskan sumbatan jalan nafas (
Menggunakan alat bantu & tanpa alat )
CARA MEMERIKSA ADA /
TIDAKNYA SUMBATAN
 Lihat  ada gerak nafas
 Dengar  ada suara nafas jernih
 Raba  ada hawa ekshalasi

 Kesimpulan :
 Jalan nafas bebas tanpa sumbatan
 Jalan nafas tersumbat ringan / sedang / berat
 Jalan nafas tersumbat total

 Khusus : Chocking
LIHAT – DENGAR- RABA
Kesimpulan Kondisi Jalan Nafas

Jalan nafas bebas Jalan nafas tersumbat Jalan nafas tersumbat Jalan nafas
Partial ringan Partial berat Tersumbat total

Gerakan +++ ++ + -
nafas
Suara +++ ++ + -
nafas Bersih Suara tambahan Suara tambahan
kendor melengking
Hawa +++ ++ + -
nafas
PENGELOLAAN JALAN NAFAS PERLU :
CEPAT, TEPAT, CERMAT

Sumbatan Total :

• FRC (Functional Residual Capacity) : 2500 ml

• Kadar O2 15% x 2500 ml : 375 ml

• Kebutuhan O2 permenit : 250 ml

• Bila ada sumbatan total  O2 dalam paru habis dalam


: 375 / 250 : 1,5 menit
Sumbatan pada jalan nafas bagian
atas oleh karena tersedak (choking)
Dewasa
Tanda-tanda :
 Kesulitan nafas dan
bicara sering berkaitan
dengan makan
 Korban menunjukkan
sikap tercekik
memegangi leher dan
berusaha bicara.
 Muka dan leher sembab
 Panik, distress
 Kulit terlihat abu-abu -
biru.
Tindakan
 Berikan 5 x pukulan mendadak pada
punggung (back blow/ back slaps).
 Anjurkan batuk akan tetapi jangan buang-
buang waktu
 Tahan korban dari belakang. Posisi korban
sedikit condong ke depan. Segera berikan
hentakan pukulan 5 kali pada titik silang garis
imajinasi tulang belakang dengan garis antar
belikat
Tindakan
 Bila kondisi belum membaik, lakukan
pertolongan sebagai berikut :
 Segera penolong berdiri dibelakang korban
satu kaki penolong letakkan diantara kedua
kaki korban. Rangkul korban dari belakang.
Sering dalam kondisi itu korban
sempoyongan.
 Letakkan genggaman (kedua telapak
penolong saling menggenggam) pada titik
hentak yaitu titik yang terletak ditengah-
tengah antara pusar dan ulu hati korban.
Tindakan
 Lakukan hentakan 5 kali dengan cara menarik
mendadak lengan penolong yang merangkul
pinggang korban, ke arah titik hentak
(abdominal thrust.)
 Lakukan bergantian back blow dan abdominal
thrust hingga berhasil atau tidak berhasil dan
korban jatuh tidak sadar.
Kasus Chocking Dewasa
Tindakan
 Lakukan pertolongan dengan posisi
korban terlentang
 Korban terlentang
 Penolong disamping atau di atas korban
(seolah-olah menunggang punggung kuda).
 Lakukan abdominal thrust 5 kali dengan cara
memberikan hentakan mendadak pada titik
hentak.
Kasus Chocking Dewasa
Tindakan
 Segera penolong pindah ke samping korban :
 periksa apakah jalan nafas telah bebas
 lakukan head tilt dan chin lift, lihat dalam mulut
 tiupkan nafas mulut ke mulut
 bila dada korban mengembang artinya jalan naf
telah terbuka.
 sebaliknya bila dada korban tidak mengembang
artinya jalan na-fas masih tersumbat total, segera
lakukan abdominal thrust.
 dst.
 sementara ada yang berusaha memanggil
bantuan/ambulan
Perhatian :
Bila korban jatuh tidak sadar, pikirkan,
siapkan, laksanakan resusitasi.
Korban gemuk atau wanita hamil tidak
dilakukan abdominal thrust melainkan
chest thrust. Dalam hal ini titik hentak
terletak pada pertengahan tulang dada.
CARA MELAKUKAN PERTOLONGAN
MEMBEBASKAN SUMBATAN JALAN NAFAS

 Tanpa alat :
 Head Tilt (hati-hati) / Chin Lift / Jaw thrust
 Dengan alat :
 Finger sweep
 Penghisap
 Orofaring / nasofaring / LMA / ETT intubasi
 Krikotiroidotomi / tracheostomi
 Bidai leher + bantal pasir
PENANGANAN AIRWAY TANPA
ALAT
HEAD TILT
 Pasien terlentang
 Letakkan telapak tangan pada dahi, tekan
dan pertahankan
 Pertahankan posisi muka pasien
menghadap ke depan, netral
 Cek apakah jalan nafas sudah bebas
PENANGANAN AIRWAY TANPA
ALAT
CHIN LIFT
 Pasien terlentang
 Gunakan jari telunjuk dan tengah
menahan tulang dagu pasien, tahan dan
sedikit angkat ke depan
 Pertahankan posisi muka pasien
menghadap ke depan netral
 Cek apakan jalan nafas sudah bebas
Head tilt and chin lift
PENANGANAN AIRWAY TANPA
ALAT
JAW THRUST
 Pasien terlentang
 Dorong ramus ventikalis mandibula ke
depan sehingga barisan gigi bawah di
depan barisan gigi atas, dengan demikian
otot-otot penyangga lidah terangkat
 Cek apakah jalan nafas telah bebas
Jaw thrust
FINGER SWEEP
 Miringkan kepala pasien (untuk pasien
bukan trauma) atau lakukan ”log roll”
kemudian dengan jaw thrust dan tekan
dagu ke bawah (bila otot rahang lemas)
sehingga mulut terbuka.

 Gunakan 2 jari telunjuk dan jari tengah


bungkus dengan kassa/kain/sarungtangan
untuk mengorek/mengait/menyapu semua
benda asing dalam mulut dan keluarkan.
Finger Sweep
PENANGANAN AIRWAY
MENGGUNAKAN ALAT
 Penghisap
 Orofaring / nasofaring / LMA / ETT
intubasi
 Krikotiroidotomi / tracheostomi
 Bidai leher + bantal pasir (untuk pasien
trauma, in line position)
Membersihkan jalan nafas
Dengan suction portable / manual.

Suctioning,
menghisap dengan alat penghisap ditujukan
untuk benda – benda cair,
antara lain muntahan, lendir, darah
Oro-pharyngeal tube

Jangan dipasang jika reflex muntah masih (+)


(Derajat A dan V dari AVPU atau GCS > 10)
MEMASANG PIPA OROFARING
 Pasien terlentang
 Pilih ukuran pipa yang tepat (ukuran
antara sudut mulut hingga glotis telinga
pada sisi yang sama) beri pelicin atau
cukup dibasahi
Pasien dewasa
 Buka mulut
 Masukkan ujung pipa oro faring kedalam rongga
mulut dengan lengkung menghadap langit-langit
 Segera putar arah lengkungan pipa sehingga
lengkungan pipa sekarang searah dan
menyusur langit-langit
 Dorong pelan-pelan dan hati-hati hingga berada
dalam rongga mulut, menopang lidah dan
bagian keras pipa di bagian pangkal (life block)
berada diantara kedua barisan gigi atas dan
bawah
 Cek kondisi kondisi jalan nafas – sudah lebar ?
Pasien anak / bayi
 Memasukkan pipa oro faring dengan
bantuan sendok lidah sehingga secara
jelas dapat dilihat laryng.
 Posisi pipa sudah diatur dengan arah
lengkungan pipa searah dan menyusur
langit-langit
Naso-pharyngeal tube

Tidak merangsang muntah


Hati-hati pasien dengan fraktura basis cranii
U/ dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan
MEMASANG PIPA NASOFARING
 Pasien terlentang
 Pilih ukuran yang tepat (sebesar jari kelingking pasien
panjang dapat diukur antara lubang hidung hingga
trachus telinga), beri pelicin
 Masukkan tegak lurus melalui salah satu lubang hidung
dengan arah irisan ujung pipa menghadap ke sekat
hidung
 Dorong pelan-pelan sehingga seluruh pipa telah ke
dalam rongga hidung
 Cek kondisi jalan nafas – sudah bebas ?
 Perhatikan pada kasus-kasus maksilo fasial adanya
trauma kepala perlu dikaji ulang atau dilakukan dengan
sangat hati-hati.
Pasang Pipa Nasofaring
Laryngeal Mask Airway
dipasang tanpa laringoskopi
MELAKUKAN KRIKOTIROTOMI
 Alat dan obat
 Jarum infus nomer 14 – 16
 Pisau kecil
 Klem arteri
 Konektor
 Alat dan obat desinfeksi
 Pasien terlentang
 Tentukan celah krikotiroid
 Tusukkan jarum infus menembus membrane krikotiroid
ke arah distal
 Cabut mandrin jarum
 Berikan oksigen
Atau dengan cara
 Pasien terlentang
 Tentukan celah krikotiroid
 Tusukkan ujung pisau kecil – irisan kecil
 Perlebar irisan , masukkan pipa
 Berikan oksigen
 Segera siapkan trakeostomi
Breathing Management
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Tujuan pembelajaran umum :
Peserta mampu melakukan pengelolaan
gangguan nafas / ventilasi.
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu :
 Mendiagnosa gangguan nafas
 Memberikan bantuan nafas (dengan alat dan
tanpa alat)
 Memberikan terapi oksigen.
Pernafasan
Periksa pasien dengan cara : Lihat, Dengar, Raba
Yang dinilai :
 Ada / tidak
 Frekwensi
 Keteraturan – ritme
 Besar / kecil – amplitudo
 Nafas dada / perut – fase
 Gerak cuping hidung
 Ketegangan obat bantu nafas
 Cekungan antar iga
 Gerak paradoxal
 Cyanosis
Pernafasan
 Kesimpulan
 Ada nafas normal / adekuat
 Ada nafas tidak normal / tidak adekuat /
tersengal-sengal
 Tidak ada nafas – berhenti / arrest
 Khusus :
 Pneumothorak
 Hemothorak
 Flail chest
CARA MEMERIKSA TANDA – TANDA
GANGGUAN PERNAFASAN
 Lihat :
Ada tidak pernafsan, status mental, warna, distensi vena leher,
jejas thorak
Bila ada nafas, hitung frekwensi pernafasan & keteraturannya
Besar kecil volume / pengembangan dada / Simetris ?
Adakah gerak cuping hidung, tegangnya otot-otot bantu nafas
serta tarikan / cekungan antar iga ?
 Dengar :
Keluhan dan suara pernafasan, adakah Stridor, Wheezing,
Ronchi
 Raba :
Adakah hawa ekshalasi dari lubang hidung/mulut/trakheostomi
atau
pipa endotrakheal
Adakah empisema subkutis
Adakah krepitasi / nyeri tekan pada thorak
Adakah deviasi trakhea
BILA ADA ALAT-ALAT
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
 Pulse oximeter untuk SaO2
 Capnograph untuk deteksi CO2 ( End tidal
CO2)
 Pemeriksaan gas darah untuk PH, PaO2,
PaCO2 dan BE
 Foto thorak untuk kondisi jalan nafas,
paru, ronngga pleura, sinus
prenicocostalis, diafragma, tulang dinding
dada, jantung, mediastinum
KESIMPULAN KONDISI FUNGSI
PERNAFASAN
 Fungsi pernafasan ada dan adekuat
 Fungsi pernafasan ada namun tidak
adekuat
 Fungsi pernafasan berhenti
PENGELOLAAN FUNGSI
PERNAFASAN
 Pada fungsi pernafasan yang adekuat
lakukan monitoring ketat, jaga jangan
sampai mengalami gangguan.
 Pada fungsi pernafasan yang tidak
adekuat, penderita masih bernafas maka
pengelolaan dapat berupa bantuan
oksigenasi menggunakan alat-alat bantu
untuk terapi oksigen.
Terapi Oksigen
 Kanula oksigen : dengan flow oksigen 2 –
3 liter / menit konsentrasi 30%
 Sungkup sederhana : dengan flow oksigen
6 – 8 liter / menit konsentrasi 60%
 Sungkup berbalon / Jackson Rees :
dengan flow oksigen > 10 liter / menit
konsentrasi 100%
 Penggunaan venturi : dengan flow oksigen
> 10 liter / menit konsentrasi dapat diatur
sesuai dengan alat venturi yang
digunakan
Nasal Kanula Tambahan oksigen dengan kanula.
Pasien napas spontan

Tambahan oksigen dengan sungkup berbalon


Sungkup Berbalon Pasien napas spontan

Sungkup Sederhana Tambahan oksigen dengan sungkup sederhana


Pasien napas spontan
Pengelolaan Fungsi Pernafasan
 Tambah oksigen, nafas spontan, dihirup
sendiri
 Tambah oksigen, nafas spontan, dibantu
 Tambah oksigen, tidak bernafas,
dikendalikan
Alat
 Kanula O2 2-3 L 30% O2
 Sungkup sederhana 68 L  40 – 60% O2
 Sungkup berbalon > 10 L  90 – 100 % O2
 Jacson rees
 BVM untuk membantu & mengendalikan
 BVM tanpa O2  21 % O2
 BVM dengan O2 tanpa reservoir  40 % O2
 BVM dengan O2 dengan reservoir  100 % O2
 Mulut ke mulut 16 % O2
 Mulut ke sungkup 16 % O2
 Dekompresi pneumothoraks  jarum, chest tube, WSD
 Drainage hemohtorak  chest tube, WSD
 Plester lebar pada flail chest
Tidak ada nafas
Pada penderita dimana fungsi pernafasan tidak ada lagi – henti nafas
segera lakukan nafas buatan.

Nafas buatan tanpa alat bantu :


 Mulut ke mulut :
 Pasien terlentang
 Bebaskan jalan nafasnya
 Buka mulut penolong lebar-lebar, tarik nafas dalam-dalam
 Katupkan mulut ke mulut pasien, tutup hidung pasien, tiupkan hawa ke
mulut pasien.
 Perhatikan dada pasien mengembang.
 Bila pasien hanya perlu nafas buatan saja, lakukan nafas buatan
tersebut dengan frekwensi 10 – 20 x / menit.
 Mulut ke hidung :
Pada saat meniupkan hawa ke lubang hidung tutup mulut pasien
rapat – rapat
NAFAS BUATAN DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT BANTU
 MULUT KE SUNGKUP
Hembuskan udara ekshalasi penolong melalui sungkup yang cocok
menutup lubang hidung dan mulut pasien memberikan konsentrasi
O2 16%
 MENGGUNAKAN BAG VALVE MASK (BVM)
Hanya digunakan untuk membantu atau membuatkan pernafasan
artinya
oksigen berada dalam balonnya harus ditekan akan masuk ke paru-
paru pasien
Cek BVM lengkap, ada sungkup yang sesuai
 Katup pengatur kelebihan tekanan
 Balon tidak bocor
 Katup masuk oksigen atau udara yang umumnya berada
dibagian belakang balon
 Pipa atau balon cadangan oksigen yang dihubungkan
dibelakang balon ambu
MENGGUNAKAN BAG VALVE
MASK (BVM)
Pasien terlentang yakinkan jalan nafas bebas dan
pernafasannya perlu dibantu atau dibuatkan
Pilih sungkup yang sesuai, dapat menutup rapat hidung,
mulut bagian atas dagu, tidak terlalu keras menekan
muka pasien
Perhatikan pernafasan pasien, dada mengembang ?
Penggunaan BVM tanpa oxygen memberikan
konsentrasi O2 21%
Penggunaan BVM dengan oxygen flow ≥ 10 L/M tanpa
pipa reservoir atau balon reservoir memberikan
konsentrasi O2 40%
Penggunaan BVM dengan oksigen flow ≥ 10 L/M
dilengkapi dengan pipa reservoir atau balon reservoir
memberikan konsentrasi O2 90 – 100%
MENGGUNAKAN JACKSON
REES
Perlu oksigen flow ≥ 10 L / menit
memberikan konsentrasi O2 100%
Bila ada perlengkapan yang mendukung
boleh digunakan ventilator
Napas buatan dari mulut ke mulut Napas buatan dari alat (pocket mask) ke mulut

Napas buatan dg bag-valve-mask (BVM) Napas buatan dg Jackson Rees


ke mulut ke mulut
Kasus Trauma berdampak pada fungsi
pernafasan
Ada pneumotoraks tension?
 Diagnosis harus ditegakkan secara klinis
 Lihat dan palpasi toraks  gerak sisi sakit
tertinggal
 Palpasi trachea  terdorong ke sisi sehat
 Ketuk toraks  sisi sakit hipersonor (suara
rongga)
 Dengar suara nafas  sisi sakit menghilang
 Lakukan punksi (needle thoracostomy)
tanpa tunggu foto sinar-X
Tanda lain pneumotoraks

Pergeseran letak trachea


(raba di sternal notch)
Lebih curiga bila ada
- Patah tulang iga
- Emfisema subkutan
Dengarkan
(pakai stetoskop)

Suara nafas menurun di sisi sakit


Suara jantung bergeser
Suara usus
(usus masuk rongga dada)
Lakukan punksi segera
(dekompresi)

 Jarum besar (#14, 16)


 Sela iga ke dua (ICS 2)
 Garis tengah selangka
(mid clavicular line)
 Drain thorax dipasang
kemudian
Ada emfisema (sub) kutis ?
teraba seperti plastik tipis yang diremas

Em

Fr

Fr

Paling sering disebabkan oleh pneumothorax


Punksi pleura untuk dugaan
pneumotoraks
(cara jarum + spuit + air)

Jika keluar gelembung


= ada pneumotoraks
air Jarum jangan dicabut
sampai drain terpasang

Jika air terhisap masuk


masuk
= tak ada pne-toraks
5 cm
Jarum segera dicabut
sebelum air habis
1

Ada hemotoraks?
Patah iga ganda / ada Flail Chest ?

Inspirasi Expirasi

Perhatikan gerak dada waktu bernafas


Untuk pneumotoraks

Water-sealed
drainage Water-sealed
2 cm bawah air drainage
UNTUK HEMOTHORAX
Tidak ada pompa hisap / suction

Penampung Water seal


darah 3
1 2
UNTUK HEMOTHORAX

Thoracic / Bulleau drainage

-Ada botol khusus penampung


(#1)
-Ada botol pembatas tekanan hisap
(#3)
-Ada botol pengaman jika pompa
hisap berhenti (#2)
3
1 2
Circulation Management
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Tujuan pembelajaran umum :
Peserta mampu melakukan melakukan
pengelolaan sirkulasi
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti sesi ini, peserta
mampu:
 Mendiagnosa gangguan sirkulasi
 Melakukan penanganan gangguan sirkulasi
Periksa pasien dengan cara : Lihat,
dengar, raba
Yang dinilai :
 Nadi : radialis, cubiti / femoralis, karotis
 Ada / tidak
 Frekwensi
 Keteraturan
 Pengisian
 Kekuatan
 Perfusi :
 Hangat / dingin
 Kering / basah
 Merah/ pucat
 Waktu pengisian ulang kapiler / regulary refilling time
Kesimpulan
 Ada normal / adekuat
 Ada tidak normal / tidak adekuat / shock
 Tidak ada denyut karotis / cardiac arrest
 Perfusi perifer  hangat,
kering
 Warna akral  pink / merah
muda
 Capillary refil  < 2 detik,
bandingkan tangan pemeriksa

SIRKULASI NORMAL

•Denyut nadi < 100


•Tekanan darah > 90-100
•Produksi urine 1 ml/kg/jam
Pengelolaan Fungsi Sirkulasi
 Posisi shock, papan alas tungkai
 Hentikan perdarahan, bebat tekan
 Patah tulang, bidai
 Pasang infus :
 Jarum, infus set, cairan
 Tiang infus, plester
Hipovolemia
 Kehilangan cairan – dehidrasi pada muntaber
 Kehilangan darah – hipovolemia pada perdarahan
 Kehilangan serum – luka bakar
 Cairan resusitasi
 Cepat
 Lambat
 Cairan rumatan
 Defibrilasi pada CA – shockable – obat – obatan
 BLS – ALS – Obat – obatan
ANGKAT
KEDUA
TUNGKAI

300 - 500 cc darah


dari kaki pindah ke
sirkulasi sentral

Posisi shock

naik
Tata-laksana mengatasi
perdarahan
 Airway (+ lindungi C-spine)
 Breathing (+ Oxygen jika ada)
 Circulation + kendalikan
perdarahan

 Posisi shock
 Ganti kehilangan darah
 Hentikan perdarahan
Tangani Airway – Ventilasi – Posisi Shock – Pasang Infus
Bebat Tekan
Untuk menghentikan perdarahan eksternal
Pasang Infus Vena Perifer
Intraoseus
MACAM – MACAM SHOCK
Penggolongan jenis shock
 Shock Hipovolemik, Shock Kardiogenik,
Shock Septik, Shock Neurogenik
 Shock Hipovolemik, Shock Kardiogenik,
Shock Obstruktif, Shock Distributif
 Shock Hemoragik, Shock Non Hemoragik
1. SHOCK HYPOVOLEMIK
Penyebab :
 muntah , diare yang sering
 dehidrasi karena berbagai sebab
 luka bakar grade II – III yang luas
 trauma dengan perdarahan
 perdarahan masif karena sebab lain
Diagnosa
 perubahan pada perfusi ekstremitas :
dingin,basah dan pucat
 takhikardia
 pada keadaan lanjut:
* takhipneu
* penurunan tekanan darah
* penurunan produksi urine
* tampak pucat,lemah,apatis
Tindakan :
● Pemasangan 2 jalur intravena dengan
jarum besar dan diberikan infus cairan
kristaloid.

● Untuk perdarahan dengan shock


kelas III – IV selain diberikan infus
kristaloid sebaiknya disiapkan transfusi
darah segerav setelah sumber perdarahan
dihentikan
KLASIFIKASI SHOCK DAN CARA PENANGANAN
A. Shock Hipovolemik Karena Dehidrasi

klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolahan


Dehidrasi ringan : Selaput lendir kering, nadi normal Penggantian volume cairan
Kehilangan cairan tubuh atau nadi sedikit meningkat yang hilang dengan cairan
sekitar 5% BB kristaloid (NaCl 0,9% atau
RL)
Dehidrasi sedang : Selaput lendir sangat kering, status Penggantian cairan yang
Kehilangan cairan tubuh mental tampak lesu nadi cepat, hilang dengan cairan
sekitar 8% BB tekanan darah mulai menurun, kristaloid NaCl 0,9% atau RL)
oliguria.
Dehidrasi berat : Selaput lendir pecah – pecah, Penggantian cairan yang
Kehilangan cairan tubuh pasien tidak sadar, tekanan darah hilang dengan cairan
lebih dari 10% BB tak terukur, nadi tidak teraba, kristaloid dan koloid
ankuria
B. Shock Hipovolemik Karena Perdarahan
Prinsip :
- Penggantian Volume yang hilang untuk mempertahankan
- Kecukupan oksigenasi jaringan
- EBV = 70 cc/kgBB
klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolahan
Kelas I : Hanya takikardi minimal <100 x/menit Tak perlu penggantian volume
Kehilangan volume darah <
15% EBV
Kelas II : Takikhardia (100 – 120 x/menit), Penggantian volume darah yang
Kehilangan volume darah takipnea (20 – 30 x/menit), penurunan hilang dengan cairan kristaloid
15 – 30% EBV pulse pressure, penurunan produksi (sejumlah 2 – 4 kali volume darah
urine (20 – 30 cc/jam) yang hilang)
Kelas III : Takikhardia (>120x/menit), takipnea (30 Penggantian volume darah yang
Kehilangan volume darah – 40 x/menit), perubahan status mental hilang dengan cairan kristaloid,
30 – 40% EBV (confused) penurunan produksi urine (5 koloid dan darah
– 15 cc/jam)
Kelas IV : Takikhardia (140x/menit), takipnea (30 – Penggantian volume darah yang
Kehilangan volume > 40% 40 x/menit), perfusi pucat, dingin, basah, hilang dengan cairan kristaloid,
EBV perubahan status mental (confused, dan koloid dan darah
lethargic), bila kehilangan volume > 50% Estimated Blood Volume
pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama EBV = 70 cc/kg.BB
dengan diastolic, produksi urine minimal
atau tidak keluar
Catatan :
a. Menilai respon pola pada penggantian volume adalah penting,
bila respons minimal kemungkinan adanya sumber perdarahan
aktif harus dihentikan, segera lakukan pemeriksaan golongan
darah dan cross matched, konsultasi dengan ahli bedah,
hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada
ekstremitas)
b. Pemasangan monitor CVP di anjurkan (bila memungkinkan,
mampu melakukan) pada perdarahan hebat.
c. Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (whole
blood) atau komponen darah (packed red cell), yang harus
diingat jangan berikan transfusi darah yang dingin karena akan
memperburuk keadaan (hipotermi), bahkan bila mungkin untuk
mencegah hipotermi berikan kristaloid yang dihangatkan.
2. Shock Kardiogenik
Penyebab :
Dapat terjadi pada keadaan – keadaan
antara lain :
 Kontusio jantung
 Tamponade jantung
 Tension pneumothoraks
Diagnosa :
 Hipotensi disertai gangguan irama jantung
 Mungkin terdapat peninggihan tekanan vena
jugularis (JVP)
 Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada
tamponade jantung (bunyi jantung menjauh,
redup), pada tension pneumotoraks (hipersonor
dan pergeseran trakea)
Tindakan :
 Pemasangan jalur intravena dan pemberian
infus kristaloid ( hati – hati dengan jumlah
cairan)
 Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat
inotropik.
 Perikardiosentesis untk tamponade jantung
dengan monitoring EKG
 Pemasangan jarum torakostomi pada ICSH
untuk mengurangi udara dalam rongga pleura.
3. Shock Septik
Penyebab :
Karena proses infeksi berlanjut.
Diagnosa :
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi
b. Fase lanjut tanda klinis dingin,
vasokontriksi.
Tindakan :
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg
(Mean arterial pressure 60 mmHg)
 Tindakan awal
Infus cairan kristaloid, pemberian antibiotik sesuai
dengan hasil kultur, membuang sumber infeksi
(pembedahan).
 Tindakan Lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik menggunakan
vasopresor (dopamin)
4. Shock Anafilaktik
Penyebab :
Reaksi anafilaktik berat
Diagnosa :
Tanda – tanda Shock (penurunan
tekanan darah tiba – tiba) dengan
riwayat adanya alergi (makanan, dll)
atau setelah pemberian obat – obatan.
Tindakan :
Resusitasi cairan dan pemberian dan
epinefril subkuntan, steroid, antihistamin,
bronkodilator bila terjadi bronko spasme
5. Shock Neurogenik
Penyebab :
Gangguan perfusi jaringan yang disebabkan
karena disfungsi sistem saraf simpatis sehingga
terjadi vasodilatasi. (misal : trauma pada tulang
belakang spinal shock, atau anestesi yang
terlalu dalam.

Tindakan :
Normalisasi pemberian cairan intravaskuler,
inotropik
Khusus
Hipovolemia
 Kehilangan cairan – dehidrasi pada muntaber
 Kehilangan darah – hipovolemia pada perdarahan
 Kehilangan serum – luka bakar
 Cairan resusitasi :
 Cepat
 Lambat
 Cairan rumatan :
 Air
 Elektrolit
 Kalori
Kasus Hipovolemik karena
muntaber
 Tentukan derajat dehidrasi :
 Derajat ringan :5–8%
 Derajat sedang : 8 – 10 %
 Derajat berat : > 10 %
 Cairan pengganti :
 RL / NaCl
Cara pemberian
Untuk shock berat :
Berat 10 kg dehidrasi 10 % diperlukan cairan
resusitasi 10 % x 10 kg = 1 kg = 1000 cc.
Atasi shock 20 cc/kg dalam waktu 10 – 20 menit
(dewasa), 30 – 60 menit (anak)
Bila evaluasi masih shock berikan dosis yang sama
sampai shock teratasi.

Misalnya sampai jumlah x cc


Sisa cairan resusitasi : 1000 – x cc,
Berikan ½ x ( 1000 – x ) cc dalam 8 jam pertama.
½ x ( 1000 – x ) cc dalam 16 jam berikutnya
Tambahkan cairan rumatan.
Kasus Hipovolemik karena perdarahan

Pasien berdarah
perkirakan volume yang hilang
|
posisi shock
pasang infus jarum besar
ambil sample darah u/ cari donor
|
infusi RL 1000 (+ 1000 lagi)

Perfusi HKM Perfusi jelek,


nadi < 100 nadi >100, T-sist <100
T-sist > 100 |
| tambah RL lagi
Lambatkan infusi sampai 2-4 x vol. perdarahan
Infusi cairan
 Cairan kristaloid atau koloid
 Kristaloid
 RL, NaCl 0.9%, RA  2-4x EBL
 NaCl 5% atau 7.5%  1/3 - 1/5x EBL
 Koloid
 gelatin  2x EBL
 dextran, HES  1x EBL
Hasil terapi infus
 Sirkulasi membaik lalu stabil
 good response, normovolemia
 Sirkulasi membaik lalu merosot lagi
 transient response, masih hipovolemia, ada
perdarahan berlanjut
 Sirkulasi tidak membaik
 no response, masih tetap hipovolemia
Lokasi & Estimasi Perdarahan
 Fr. Femur tertutup 1.5-2 liter
 Fr.Tibia tertutup 0.5 liter
 Fr. Pelvis 3 liter
 Hemothorax 2 liter
 Fr. Iga (tiap satu) 150 ml
 Luka sekepal tangan 500 ml
 Bekuan darah sekepal 500 ml
TRANSFUSI DARAH
Pertimbangkan bila
 Hemodinamik tidak stabil meski
pemberian cairan sudah cukup banyak
 Hemoglobin < 7 g/dl dan pasien masih
berdarah
Kasus Hipovolemik karena luka bakar

Luas luka bakar


9
RULE OF NINES

Kepala dan leher 9%


Ekstremitas atas 9%x2 36

Tubuh depan 18 %
Punggung 18 %
Ekstremitas bawah 18% x 2
Perineum 1%
Sirkulasi  hipovolemia
cairan untuk 24 jam pertama
 RL / RA / NaCl 0.9%
 2 - 4 ml / kg / % luka bakar
 1/2 volume dalam 8 jam sejak kejadian
 1/2 volume dalam 16 jam berikutnya
 Penggantian cairan dihitung sejak kejadian
terbakar
 Pertahankan urine 0.5-1.0 ml/kg/jam
 Rehidrasi oral dapat diberikan u/ luka bakar
ringan
Fluid Replacement
RL : 4 ml x Burn Area x BB

BB : 50 Kg
Burn : 60 %
~ Deficit : 4 x 60 x 50 ml
= 12.000 ml RL

50% deficit 50% deficit


= 6000 ml = 6000 ml
8 jam 16 jam
pertama berikutnya
Tidak ada denyut karotis / cardiac
arrest
30 2
DEFIBRILLATION

You might also like