You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN PENYAKIT


JANTUNG REMATIK
Oleh :
kelompok 11
1. Laporan Pendahuluan

 Defenisi

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic


heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama
katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang


mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A (Pusdiknakes, 1993).
 Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah


reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam
reumatik. Infeksi streptococcusβ hemolitikus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik
serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.

Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu


mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi penyakit jantung
rematik terdapat beberapa predisposisi antara lain :

a. Faktor individu b. Faktor lingkungan :

1.Faktor genetik
1. Keadaan sosial
2.Jenis kelamin
ekonomi yang buruk
3.Golongan etnik dan ras

4.Umur
2. Iklim dan geografi

5.Keadaan gizi 3. Cuaca


6.Reaksi autoimun

7.Serangan demam rematik


sebelumnya
Manifestasi klinis

Perjalanan klinis penyakit penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4


stadium.
1. Stadium 1
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan :
Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
 Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara


infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam
reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 – 3 minggu,
kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
 Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat
ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit
jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
 Demam yang tinggi
 Lesu
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Kelihatan pucat
 Epistaksis
 Athralgia
 Rasa sakit disekitar sendi
 Sakit perut
 Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita


demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita
penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa.
Patofisiologi PJR secara spesifik belum ini sarcolemma myocardial dengan akibat

diketahui akan tetapi demam rematik yang terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung

menyebabkan PJR, Menurut hipotesa Kaplan dalam serum penderia demam rematik dan

dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin

rematik terjadi karena terdapatnya proses yang mungkin berperanan dalam kejadian

autoimun atau antigenic similarity antara demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu

jaringan tubuh manusia dan antigen somatic produk extraseluler Streptococcus beta-

streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik

Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara

terhadap antigen asing ini segera terbentuk berbagai antigen somatic streptococcal

reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat menetap untuk waktu singkat dan yang lain

antigen ini sama maka antibody tersebut akan lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum

menyerang juga komponen jaringan tubuh imunologlobulin akan meningkat pada

dalam hal penderita sesudah mendapat radang

streptococcal terutama Ig G dan A.


PENCEGAHAN
• PENYAKIT JANTUNG REMATIK SANGAT MUNGKIN TERJADI DENGAN ADANYA KEJADIAN AWAL YAITU

DEMAM REMATIK (DR). PENCEGAHAN YANG TERBAIK ADALAH BAGAIMANA UPAYA KITA JANGAN

SAMPAI MENGALAMI DEMAM REMATIK (DR) (TERSERANG INFEKSI KUMAN STREPTOCOCCUS BETA

HEMOLYTICUS).

• ADA BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG SESEORANG TERSERANG KUMAN TERSEBUT,

DIANTARANYA FAKTOR LINGKUNGAN SEPERTI KONDISI KEHIDUPAN YANG JELEK, KONDISI TINGGAL

YANG BERDESAKAN DAN AKSES KESEHATAN YANG KURANG MERUPAKAN DETERMINAN YANG

SIGNIFIKAN DALAM DISTRIBUSI PENYAKIT INI. VARIASI CUACA JUGA MEMPUNYAI PERAN YANG BESAR

DALAM TERJADINYA INFEKSI STREPTOKOKKUS UNTUK TERJADI DR.

• SESEORANG YANG TERINFEKSI KUMAN STREPTOCOCCUS BETA HEMOLYTICUS DAN MENGALAMI

DEMAM REMATIK, HARUS DIBERIKAN THERAPY YANG MAKSIMAL DENGAN ANTIBIOTIKNYA. HAL INI

UNTUK MENGHINDARKAN KEMUNGKINAN SERANGAN KEDUA KALINYA ATAU BAHKAN MENYEBABKAN

PENYAKIT JANTUNG REMATIK.


PENATALAKSANAAN
• PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK AKTIF ATAU REAKTIVASI
KEMBALI DIANTARANYA ADALAH :
1. TIRAH BARING DAN MOBILISASI (KEMBALI KEAKTIVITAS
NORMAL) SECARA BERTAHAP
2. PEMBERANTASAN TERHADAP KUMAN STREPTOKOKKUS
DENGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIC PENISILIN ATAU
ERITROMISIN. UNTUK PROFILAKSIS ATAU PENCEGAHAN
DAPAT DIBERIKAN ANTIBIOTIC PENISILIN BENZATIN ATAU
SULFADIAZINE
3. ANTIINFLAMASI (ANTIPERADANGAN). ANTIPERADANGAN
SEPERTI SALISILAT DAPAT DIPAKAI PADA DEMAM REUMATIK
TANPA KARDITIS (PERADANGAN PADA JANTUNG)
KARENA DEMAM REMATIK BERHUBUNGAN ERAT
DENGAN RADANG STREPTOCOCCUS BETA-
HEMOLYTICUS GRUP A, MAKA PEMBERANTASAN DAN
PENCEGAHAN DITUJUKAN PADA RADANG TERSEBUT. INI
DAPAT BERUPA :

• ERADIKASI KUMAN STREPTOCOCCUS BETA-


HEMOLYTICUS GRUP A

• OBAT ANTI REMATIK


• DIET
• ISTIRAHAT
• OBAT-OBAT LAIN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3. RADIOLOGI
1.PEMERIKSAAN DARAH
PADA PEMERIKSAAN FOTO THORAKS
• LED TINGGI SEKALI MENUNJUKAN TERJADINYA
PEMBESARAN PADA JANTUNG.
• LEKOSITOSIS
4. PEMERIKSAAN ECHOKARDIOGRAM
• NILAI HEMOGLOBIN DAPAT
RENDAH MENUNJUKAN PEMBESARAN PADA
JANTUNG DAN TERDAPAT LESI
2. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
5. PEMERIKSAAN
• BIAKAN HAPUS ELEKTROKARDIOGRAM
TENGGOROKAN UNTUK MENUNJUKAN INTERVAL P-R
MEMBUKTIKAN ADANYA MEMANJANG.
STREPTOCOCCUS.
BUKTI-BUKTI INFEKSI STREPTOCOCCUS :
• PEMERIKSAAN SEROLOGI. • KULTUR POSITIF
DIUKUR TITER ASTO,
ASTISTREPTOKINASE, ANTI
• RUAM SKARLATINA
HYALURONIDASE. • PENINGKATAN ANTIBODI
STREPTOCOCCUS YANG MENINGKAT
PADA UMUMNYA PAYAH JANTUNG PADA

• DEKOMPENSASI CORDIS
ANAK DIOBATI SECARA KLASIK YAITU

PERISTIWA DEKOMPENSASI CORDIS PADA BAYI DENGAN DIGITALIS DAN OBAT-OBAT

DIURETIKA. TUJUAN PENGOBATAN IALAH


DAN ANAK MENGGAMBARKAN

MENGHILANGKAN GEJALA (SIMPTOMATIK)


TERDAPATNYA SINDROMA KLINIK AKIBAT
DAN YANG PALING PENTING MENGOBATI
MYOCARDIUM TIDAK MAMPU MEMENUHI
PENYAKIT PRIMER.

KEPERLUAN METABOLIC TERMASUK


• PERICARDITIS
PERTUMBUHAN. KEADAAN INI TIMBUL
PERADANGAN PADA PERICARD VISCERALIS
KARENA KERJA OTOT JANTUNG YANG
DAN PARIETALIS YANG BERVARIASI DARI

BERLEBIHAN, BIASANYA KARENA KELAINAN


REAKSI RADANG YANG RINGAN SAMPAI

STRUKTUR JANTUNG, KELAINAN OTOT


TERTIMBUNNNYA CAIRAN DALAM CAVUM

KOMPLIKASI
JANTUNG SENDIRI SEPERTI PROSES INFLAMASI PERICARD.

ATAU GABUNGAN KEDUA FAKTOR TERSEBUT.


2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA ANAK
DENGAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR)

1. PENGKAJIAN

LAKUKAN PENGKAJIAN FISIK RUTIN. DAPATKAN


RIWAYAT KESEHATAN, KHUSUSNYA MENGENAI

BUKTI-BUKTI INFEKSI STREPTOKOKUS ANTESENDEN.

OBSERVASI ADANYA MANIFESTASI DEMAM REMATIK.


• A. AKTIVITAS/ISTRAHAT
• GEJALA : KELELAHAN, KELEMAHAN.
• TANDA : TAKIKARDIA, PENURUNAN TD, DISPNEA DENGAN
AKTIVITAS.


• B. SIRKULASI
• GEJALA : RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL, IM,
BEDAH JANTUNG. PALPITASI, JATUH PINGSAN.

• TANDA : TAKIKARDIA, DISRITMIA, PERPINDAHAN TIM KIRI


DAN INFERIOR, FRICTION RUB, MURMUR, EDEMA, PETEKIE,
HEMORAGI SPLINTER.


• C. ELIMINASI
• GEJALA : RIWAYAT PENYAKIT GINJAL, PENURUNAN
FREKUENSI/JUMLAH URINE.

• TANDA : URINE PEKAT GELAP.


• D. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
• GEJALA : NYERI PADA DADA ANTERIOR YANG DIPERBERAT
OLEH INSPIRASI, BATUK, GERAKAN MENELAN, BERBARING; NYERI
DADA/PUNGGUNG/ SENDI.

• TANDA : PERILAKU DISTRAKSI, MIS: GELISAH.



• E. PERNAPASAN
• GEJALA : DISPNEA, BATUK MENETAP ATAU NOKTURNAL
(SPUTUM MUNGKIN/TIDAK PRODUKTIF).
• TANDA : TAKIPNEA, BUNYI NAFAS ADVENTISIUS (KREKELS DAN
MENGI), SPUTUM BANYAK DAN BERBERCAK DARAH (EDEMA
PULMONAL).


• F. KEAMANAN
• GEJALA : RIWAYAT INFEKSI VIRUS, BAKTERI, JAMUR,
PENURUNAN SISTEM IMUN.

• TANDA : DEMAM.
1. RESIKO TINGGI PENURUNAN CURAH JANTUNG
BERHUBUNGAN DENGAN DISFUNGSI MYOCARDIUM

2. PENINGKATAN SUHU TUBUH (HIPERTERMIA)


BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INFEKSI PENYAKIT.

3. NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN BERHUBUNGAN


DENGAN MUAL, MUNTAH, ANOREKSIA.

4. NYERI BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INFLAMASI.


INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardium

Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.

 Intervensi Rasional :

1. Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk

mencegah toksisitas.

2. Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia)

3. Seringkali diambil strip irama EKG

4. Jamin masukan kalium yang adekuat

5. Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia

6. Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi Dapat meningkatkan curah jantung.

Untuk mencegah terjadinya toksisitas


Dx 2 : Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
infeksi penyakit.

 Tujuan : Suhu tubuh normal (36 — 37 C)

 Intervensi Rasional :
1. Kaji saat timbulnya demam
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
4. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
5. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut
tidak dilakukan
6. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 — 3 liter/hari dan
jelaskan manfaatnya
7. Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
8. Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi pola/tingkat
demam

9. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klien

10. Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi
kecemasan klien dan keluarga

11. Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih
kooperatif

12. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RS

13. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat


sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

14. Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan
dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh

15. Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu


tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal
Dx 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan
yang telah disediakan.

 Intervensi Rasional :

1. Kaji faktor-faktor penyebab

2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup

3. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah
teruskan Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah

4. Ukur BB setiap hari

5. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien


6. Berikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa tingkat
nyeri yang dialami

7. Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factor


begitupun juga respon individu terhadap nyeri berbeda dan bervariasi

8. Mengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternal

9. Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan perhatiannya


terhadap nyeri yang dialami

10. Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat pasien


gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri

11. Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik


6. Penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan
selanjutnya

7. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien


termotivasi untuk mengkonsumsi makanan

8. Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan

9. Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah

10. BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi

11. Mengetahui jumlah asupan/pemenuhan nutrisi klien


Dx 4 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi Rasional :

1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeri (1-10), tetapkan tipe nyeri
dan respon pasien terhadap nyeri yang dialami

2. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri

3. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang

4. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari rasa nyeri (libatkan
keluarga)

5. Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/ orang terdekat
Thank You

You might also like