You are on page 1of 26

PENGAWASAN

KETENAGAKERJAAN PADA
ALIH DAYA

Direktorat Pengawasan Norma Kerja dan Jamsos


Tahun 2018
PENDAHULUAN
 Land:
 Indonesia terdiri lebih dari 17.500 pulau yang terbentang lebih dari 3.200
miles (5.150 kilometers).

 Area:
 Luas area 1.904.569 km2. Greatest distances-east-west, about 5.150 km;
north-south, about 1,930 km. Coastline--36,835 km.

 Indonesia`s Government System:


 Are based on decentralization system which consist of Central
Government, 34 Provinces Government and 514 District/City Government.
LATAR BELAKANG WASNAKER DI
INDONESIA
 Pengawasan Ketenagakerjaan di Indonesia sejak tahun
1948 dengan UU Nomor 23 Tahun 1948 tentang
Pengawasan Perburuhan.
 Sampai saat ini UU tersebut masih berlaku di Indonesia
dengan UU No. 3 Tahun 1951.
 UU Pengawasan Perburuhan tersebut dibuat satu tahun
setelah disetujuinya Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947
mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri
dan Perdagangan dalam Konferensi Perburuhan
Internasional ke- 37 di Jenewa, Swiss.
STRUKTUR ORGANISASI DITJEN. BINWASNAKER & K3

DIREKTUR JENDERAL

SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL

DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT
PENGAWASAN PENGAWASAN DIREKTORAT BINA DIREKTORAT BINA
PENGAWASAN
NORMA KERJA NORMA KESELAMATAN DAN PENEGAKAN HUKUM
NORMA KERJA DAN
PEREMPUAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KETENAGAKERJAAN
JAMINAN SOSIAL
ANAK KESEHATAN KERJA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS


KETENAGAKERJAAN DAN PENGUJI K3
PENGERTIAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

 Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik (negara/pemerintah)


untuk memastikan penerapan perundang-undangan ketenagakerjaan di
perusahaan/tempat kerja.
 Peran utamanya adalah untuk meyakinkan pengusaha untuk mematuhi
undang-undang di tempat kerja, melalui langkah-langkah pencegahan,
penasehatan teknis, dan jika diperlukan penegakan hukum.
 Maksud dan tujuan utama dilaksanakannya pengawasan ketenagakerjaan
adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
ALUR Pengawasan Ketenagakerjaan

OUT BE
PROSES IMPACT
INPUT PUT NEFIT

• Peraturan • Pembinaan Dipatuhinya Ketenangan Bekerja Meningkatnya


Perundangan • Pemeriksaan Perundang-undangan dan Berusaha Kesejahteraan dan
• Personil/SDM • Pengujian Ketenagakerjaan keadilan Masyarakat
• Kelembagaan • Penyidikan (social welfare and
• Tata Cara social justice)
Pelaksanaan
Pengawasan
• Sarana/prasarana

Feed back
DASAR HUKUM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

 Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan di


Industri dan Perdagangan (Raatifikasi dengan UU No. 21 Tahun 2003)
 UU No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang
Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 No. 23 dari Republik Indonesia untuk
seluruh Indonesia
 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
 Permenaker No. 3 Tahun 1984 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu
 Permenaker No 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan
OBYEK UNDANG-UNDANG YANG HARUS DIAWASI

 UU Uap Tahun 1930


 UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

8
 Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan diperush
 UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang PMI
 UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
 UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
KELEMBAGAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
 Pengawasan ketenagakerjaan merupakan sub bidang urusan
pemerintahan bidang tenaga kerja.
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pengawasan
Ketenagakerjaan merupakan urusan pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pengawasan
ketenagakerjaan merupakan urusan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah provinsi (on process perubahan)
 Pemerintah pusat : Kementerian Ketenagakerjaan (Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3).
 Pemerintah Daerah : Dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang tenaga kerja
SUMBER DAYA MANUSIA
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
 Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan
independen guna menjamin pelaksanaan peraturan
perundang- undangan ketenagakerjaan.
 Personil Pengawasan ketenagakerjan:
 Pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan
 Pengawas Ketenagakerjaan
 Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis bidang K3
 Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ketenagakerjaan
 Penyelenggara Administrasi Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan
TATA KELOLA PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
 Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan.
 Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan dalam satu kesatuan
sistem pengawasan ketenagakerjaan yang terpadu,
terkoordinasi, dan terintegrasi yang meliputi :
a. Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan;
b. Pengawas Ketenagakerjaan; dan
c. Tata cara pengawasan ketenagakerjaan
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
 Pengawasan terhadap keseluruhan norma ketenagakerjaan pada
area:
 sebelum bekerja (norma pelatihan kerja dan penempatan kerja),
 selama bekerja (hubungan kerja), dan
 sesudah masa bekerja (pengakhiran hubungan kerja, jaminan sosial).
 Pengawasan terhadap norma keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
 Pengawasan terhadap norma kerja perempuan dan anak
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DAN PENEGAKAN
HUKUM KETENAGAKERJAAN
 Pengawas Ketenagakerjaan mempunyai tugas dan tanggung jawab
mengawasi dan menegakkan (law enforcement) pelaksanaan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
 Kegiatan pengawas ketenagakerjaan terdiri dari:
 Pembinaan ketenagakerjaan kepada pekerja dan pengusaha serta
masyarakat
 Pemeriksaan pelaksanaan norma ketenagakerjaan
 Pengujian dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan
kerja
 Penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
 Pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
TAHAPAN PENEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN:

 Preventif Edukatif
 merupakan upaya pencegahan melalui penyebarluasan norma, penasihatan
teknis, dan pendampingan
 Represif Non Yustisia
 merupakan upaya paksa diluar lembaga pengadilan untuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk nota pemeriksaan
dan/atau surat pernyataan kesanggupan pemenuhan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Represif Yustisia
 merupakan upaya paksa melalui lembaga pengadilan dengan melakukan
proses penyidikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan selaku Penyidik
Pegawai Negeri Sipil
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

 Pengawas ketenagakerjaan melalui Nota Pemeriksaan


menegaskan bahwa “menurut (demi) hukum” :
 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak
memenuhi ketentuan pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
 Persyaratanpemborongan pekerjaan sebagaimana
dimaksud ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka
demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh
dengan perusahaan penerima pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi pekerjaan.
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

 Persyaratan penyerahan sebagian pelaksanaan


pekerjaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3)
tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja
antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi
pekerjaan.
PUTUSAN MK 07/2014
 Frasa “demi hukum” Pasal 59 ayat (7), Pasal 65 ayat (8)
danPasal 66 ayat (4) :
a. Bertentangan dengan UUD 1945
b. Tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
 Sepanjang tidak dimaknai pekerja/buruh dapat
meminta pengesahan nota pemeriksaan pegawai
pengawas ketenagakerjaan pada Pengadilan Negeri
setempat dengan syarat:
 Telah dilaksanakan perundingan bipartit namun perundingan
bipartit tersebut tidak mencapai kesepakatan atau salah satu
pihak menolaku ntuk berunding; dan
 Telah
dilakukan pemeriksaan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan berdasarkan peraturan perundang-
undangan”;
PUTUSAN MK 07/2014
 Putusan tersebut memperkuat kedudukan nota
pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan untuk
dilaksanakan oleh pengusaha
 Pekerja/buruh dapat meminta pengesahan Nota
pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan tersebut
kepada Pengadilan Negeri setempat.
 Pengusaha tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan
isi nota pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan terkait
dengan frasa “demi hukum” dalam pasal 59 ayat (7),
Pasal 65 ayat (8) danPasal 66 ayat (4).
1. Wajib dibuat paling lama 3 hari kerja sejak
pemeriksaan selesai.
2. Wajib disampaikan paling lama 3 hari kerja
sejak ditandatangani wasnaker dan pimpinan unit
kerja wasnaker
JANGKA WAKTU NOTA PEMERIKSAAN

1. Batas waktu pemenuhan Nota Riksa I paling lama 30 hari


sejak Nota Riksa I diterima
2. Batas waktu pemenuhan Nota Riksa II paling lama 14 hari
sejak Nota Riksa I diterima
3. Apabila Nota Riksa II tidak dilaksanakan, wasnaker
mealporkan kepada Pimpinan Unit Kerja wasnaker untuk:
a. memerintahkan melakukan tindakan penyidikan, dalam hal ketidakpatuhan yang diancam sanksi pidana;
b. mengambil tindakan hukum sesuai kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. menerbitkan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang untuk mengambil tindakan hukum sesuai
peraturan perundang-undangan.
NOTA PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Hanya memuat perjanjian kerja waktu tertentu


dan/atau penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada Perusahaan lain.
2. Dibuat berdasarkan pemeriksaan khusus
terhadap norma kerja perjanjian kerja waktu
tertentu dan/atau penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan lain.
3. Menyampaikan informasi secara tertulis hasil
penanganan kepada Pekerja/Buruh paling lama
7 (tujuh) hari kerja sejak dikeluarkannya Nota
Pemeriksaan Khusus.
PENGESAHAN NOTA PEMERIKSAAN
KHUSUS
HAKEKAT FRASA “DEMI HUKUM”

 Frasa “DEMI HUKUM” dlm pasal pasal tersebut


diartikan otomatis menurut hukum terjadi peralihan
status PKWT menjadi PKWTT atau hubungan kerja
antara pekerja/buruh dengan penerima pekerjaan demi
hukum beralih kepada pemberi pekerjaan.
 Putusan MK 07/2014 pekerja/buruh dapat minta
pengesahan Nota Pemeriksaan Pengawas
Ketenagakerjaan kepada Pengadilan Negeri setempat
untuk memperkuat Nota Riksa tersebut.
KECENDERUNGAN TEMUAN
 PKWT
 Badan hukum
 Hak tidak terpenuhi THR, penyesuaian upah
 Upah lembur
 Perjanjian kerja tidak dicatatkan
 Alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai
 Kerancuan penggunaan perjanjian kerjasama antara pemborongan pekerjaan
dengan penyediaan jasa pekerja/buruh yang berimbas pada ketidaksesuaian
syarat-syarat yang harus dipenuhi..\kajian\checklist riksa norma OS doc.doc
pencegahan
 Bekerjasama dengan pihak yang
professional, memiliki kompetensi
dibidangnya
 Supervisi
dari pihak perusahaan pemberi
pekerjaan kepada pihak perusahaan
penerima pekerjaan
 Menjagakomitmen dengan pihak
perusahaan penerima pekerjaan
 Comply with regulations
.

You might also like