You are on page 1of 67

Laporan Kasus

Kejang Demam

Stase Pediatri RS Islam Sukapura

Pembimbing : Dr. Hj Rahmini Shabariah, SpA

Oleh : Astri Kartika Sari


2011730124

S
Identitas Pasien

S Nama : An. KJ

S Usia : 9 bulan

S Jenis kelamin : Perempuan

S Nama Orang Tua : Tn. D

S Alamat : Jl. Tipar Cakung RT/RW 005/ 001, NO. 56. Kel.

Sukapura. Kec. Cilincing, Jakarta Utara

S MRS : 21 Juni 2015

S NO RM : 208861
Anamnesis

Keluhan Utama : Kejang ± 5 menit SMRS

Keluhan Tambahan : Demam sejak 3 hari yang lalu


RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
3HSMRS MRS

• Demam (+) • Kejang (+)


• Batuk (+) • Pasien tidak sadar
• Sesak (+) saat kejang
• Pilek (-) • Setelah kejang pasien
• Mencret (-) menangis
• Demam (+)
• Batuk (+)
• Mual (-)
• Muntah (-)
• Pilek (-)
• Sesak (-)
• Mencret (-)
Riwayat Penyakit Dahulu

S Kejang (-)

S TB Paru (-)

S Campak (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu pasien mempunyai riwayat kejang demam saat kecil.
Epilepsi (-)

Riwayat Alergi :
Alergi makanan (-), alergi obat (-), alergi cuaca (-), alergi debu
(-).

Riwayat pengobatan :
Pasien tidak mengkonsumsi obat jangka panjang
Riwayat Kehamilan Ibu

S Ibu tidak pernah sakit selama masa kehamilan

S Ibu tidak mengkonsumsi obat – obatan selama masa kehamilan

S Ibu melakukan kujungan Antenatal Care teratur di Bidan

S Penyulit kehamilan tidak ada

S Ibu mendapat vaksin toksoid tetanus 2x saat kehamilan


Riwayat Kelahiran

S Pasien lahir di praktek bidan swasta, lahir secara normal, cukup bulan,
langsung menangis, tubuh tidak biru dan tidak kuning, tidak ada cacat
kongenital, di tolong oleh bidan.

S BBL : 3500 gr

S PB : 50 cm

S LK : 43 cm
Riwayat Makanan

S Pasien mendapatkan ASI Ekslusif 0 – 6 bulan, menurut ibu, pasien


diberikan ASI setiap 3 jam.

S Pasien mendapatkan susu formula dan makanan pendamping ASI di


berikan pada usia 7 bulan sampai sekarang.

S Pasien mendapatkan makanan pendamping yang diberikan berupa bubur,


konsumsi buah dan sayur. Anak diberikan makan 4x dalam sehari.
Makanan berupa nasi + lauk seperti ayam/ikan/telur + sayuran seperti
wortel, kentang, bayam yang dihalukan dengan blander.
Riwayat Imunisasi

Kesan : Imunisasi dasar yang belum diberikan adalah campak.


Riwayat Tumbuh Kembang

S Motorik kasar : Anak sudah bisa bangkit sendiri terus duduk kembali.

S Bahasa : Anak sudah memanggil papa mama dengan jelas, sudah bisa

mengoceh.

S Motorik halus : Anak sudah bisa menggenggam mainan dengan ibu jari dan

jari.

S Personal Sosial : Anak sudah bisa dada dengan tangan, bertepuk tangan

apabila mendengarkan lagu dan sudah bisa menyatakan

keinginan.

S Kesan : Perkembangan normal.


Antropometri
Antropometri

S Berat Badan : 7 kg (P 5 NCHS)

S Tinggi Badan : 70 cm (P 50 NCHS)

S Lingkar Kepala : 45 cm (P 75 NCHS)

Status Gizi

S BB/U : 7/8,4 x 100 % = 83 % (Gizi Baik)

S TB/U : 70/70 x 100 % = 100 % (Normal)

S BB/TB : 7/8,4 x 100 % = 83 % (Gizi Kurang)

S Kesan : Gizi Kurang


Pemeriksaan Fisik

S Status pasien

S Keadaan umum : Tampak sakit sedang


S Kesadaran : Compos mentis
S Nadi : 128 x/menit, reguler, isi cukup
S Pernapasan : 38 x/menit, reguler, normal
S Suhu axila : 39,9o C
Status Generalis

Kepala :
Nomocephal, simetris, ubun – ubun belum menutup dan datar, rambut hitam dan
tidak mudah di cabut. Wajah simetris.

Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), refleks pupil (+), isokor kanan-kiri, edema
palpebra (-). Pergerakan bola mata kesegala arah baik.

Telinga :
Normotia, nyeri tekan (-/-), serumen (-/-), darah (-/-), pendengaran baik.
Paru

• Simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat


Inspeksi bernapas, retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)

• Simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra.


Palpasi

• Tidak di lakukan.
Perkusi

Auskulta • Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)


si
Jantung

• Ictus cordis tidak terlihat


Inspeksi

• Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra


Palpasi

• Tidak dilakukan
Perkusi

Auskulta • Bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)


si
Abdomen

• Perut datar, scar (-)


Inspeksi

• Nyeri tekan (-) hepatomegali (-) splenomegali (-)


Palpasi • massa (-)

Auskulta • Bising usus (+) normal


si

• Timpani pada seluruh kuadran abdomen


Perkusi
Status Neurologis

S GCS : 15 S Refleks fisiologis : Biseps (+) triseps


(+) patella (+) achilles (+)
S Tanda rangsang meningeal
S Refleks patologis : Babinski (-)
Kaku kuduk (nuchal rigidity)
S Kekuatan otot normal
negative
S Gerakan motorik normal pada ke
Brudzinski I negative empat esktremitas

Brudzinski II negative S Tidak ada tanda paralisis 12 nervus


cranial
Kernig sign negative
Resume

S An. perempuan, 9 bulan, BB 7 kg, datang dengan keluhan kejang pada jam
08.30 WIB SMRS.

S Kejang diseluruh tubuh, kejang berlangsung 5 menit dan merupakan


kejang yang pertama kali. Kejang tidak berulang.

S Keluhan kejang diawali demam tinggi mendadak dengan suhu 39,9 o C

S Keluhan lain: batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, dahak berwarna kuning.
Diagnosis

Diagnosa berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :

S Kejang demam sederhana

S ISPA

Diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium :

S Anemia
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 9,90 g/dl L = 13,8 – 17,0 P = 11,3 – 15,5

Leukosit 14.800 /ul L = 4,5 – 10,8 P =4,3 – 10,4

Hematokrit 26,7 % L = 42,0 – 5,0 P = 36,0 – 46,0


Trombosit 161.000 /ul L = 185.000 – 402.000 P = 132.000
Rencana pemeriksaan penunjang

S Pemeriksaan cairan otak : LCS

S Gula darah dan Elektrolit


Langkah pertama

A. Airway : Bebaskan jalan napas

B. Breathing : berikan O2 100%

C. Circulation: monitor nadi & tekanan darah

D. Cek gula darah segera, koreksi dg dextrose bila hipoglikemi

E. Establish : akses vena

Investigasi : menentukan etiologi

• Anamnesis dan pemeriksaan neurologi

• Glukosa,Na,K,Ca,Mg,DPL (jika ada indikasi)


Rencana Terapi

S Terapi Cairan :

Perhitungan Cairan BB = 7 kg x 100 cc = 700 cc

Peningkatan suhu tubuh 20 C : 2 x 12% (700) = 168 cc

Total kebutuhan cairan : 700 + 168 = 868 cc

Tetesan infus = 868 cc x 15tts = 10 tpm

24 x 60

Infus RL 10 tpm
Terapi

S Paracetamol Drip 7 kg x 15 mg = 105 mg


S Diazepam oral 7 kg x 0,5 mg = 3,5 mg/hari
3 x 100mg  3x 10cc (sediaan 10mg/ml)
S Amoxicilin sirup 7 kg x 15 ml = 105 mg
 Diberikan jika suhu > 39O C
Syr 125 mg/5ml = 2 x 2/3 cth

S Paracetamol Drop 7 kg x 10 mg = 70 mg S Ambroxol sirup 7 kg x 1,5 mg = 10,5 mg


@100mg/ml  0,7 ml diberikan 3 kali/hari
Syr. 15 mg/5 ml  2x 2/3 cth
Apabila suhu < 38O C
 Imunisasi campak sesegera mungkin (sebelum umur
S Diazepam rectal 12 bulan), apabila sudah lewat 12 bulan imunisasi
dengan MMR
BB < 10 mg  5 mg/kali

BB > 10 mg  10 mg/kali
Resep Obat

R/ Ringer Lactat fl. No. I

∫ i.m.m

R/ Infus set No. I

∫ i.m.m

R/ Abbocath 26 No. I

∫ i.mm

Pro : An. KJ

Umur : 9 bulan
Resep Obat

R/ Parasetamol drip No. I

∫ i.m.m

R/ Diazepam supp. mg.5 No. I

∫ i.m.m

R/ Diazepam tab. mg.2 No. V

m.fla. pulv. dtd No.IX

∫ 2 dd 1 pulv p.r.n

Pro : An. KJ

Umur : 9 bulan
Resep Obat

R/ Amoxicilin syr. mg. 125 No. I

∫ 3 dd 2/3 cth p.c.

R/ Paracetamol drop mg.100 No. I

∫ 2 dd 0,7 ml p.c. p.r.n.

R/ Ambroxol syr. mg.15 No. I

∫ 2 dd ½ cth p.c.

Pro : An. KJ

Umur : 9 bulan
Kebutuhan Kalori

S Kebutuhan kalori = BB ideal (kg) x RDA

S Recommended Daily Allowance

Usia ( Tahun ) Energi ( kkal/kg)


0-1 110-120
1-3 100
4-6 90
Laki-laki Perempuan
7-9 80-90 60-80
10-14 50-70 40-65
14-18 40-50 40
Penentuan Kebutuhan Kalori

Tentukan BB Ideal berdasarkan TB  8,4 Kg

Tentukan usia berdasarkan TB anak actual  9 bulan

Tentukan RDA berdasarkan usia terhadap TB yang di dapat pada


langkah kedua. Lihat table RDA !

Tentukan kebutuhan kalori anak :

BB ideal (8,4 kg) x RDA (110 kkal) = 924 Kkal


Bagaimana memberikan nutrisi
seimbang dan aplikasinya

Harus diketahui

S Berapa banyak kalori yang dibutuhkan?

S Berapa ukuran dan porsinya?

Distribusi Makronutrien (Rekomendasi )

S Anak ≤ 2 tahun : KH 35-55%, Protein 10-20%,


lemak 35-60%

S Anak ≥ 2 tahun : KH 55-60%, Protein 10-20% dan


lemak ≤ 30%
EDUKASI

Prognosis kejang demam umumnya Baik jika


ditangani dengan cepat dan tepat.

Edukasi ke orangtua, cara penanganan kejang :


1. Tidak panik tetap tenang
2. Kendorkan pakaian
3. Posisikan pasien
4. Ukur suhu, observasi lama kejang, jenis kejang
5. Diazepam rektal
6. Bawa ke rumah sakit bila kejang > 5 menit
No S O A P

21-6-15 • Kejang (+) jam T : 38,7 oC Kejang • Infus RA 12 tetes/


08.30 WIB, 5 HR :120x/ menit Demam menit dalam 24 jam
menit, kejang RR : 36x/menit Sederhana • Diazepam 2mg supp
seluruh tubuh. • Diazepam inj 3x1
• Setelah kejang, • Sanmol drip 3x0,8 cc
mata mendelik, • Puyer batuk 2x1
tubuh kaku. • Fentolin 3x/hari
• Batuk (+), sejak 1
minggu
• Mual , muntah (-)

22-6-15 • Kejang (-) T : 37,4o C Kejang • Infus RA 12 tetes/


• Lemas, gelisah. HR : 110x/menit Demam menit dalam 24 jam
• Muntah (-) RR : 32x/ menit sederhana • Diazepam 2mg supp
• BAB 1x, • Diazepam inj 3x1
Konsistensi • Sanmol drip 3x0,8 cc
semisolid. • Puyer batuk 2x1
• Fentolin 3x/hari
No S O A P

23-6-15 • Kejang (-) T : 37,4o C Kejang • Infus RA 12 tetes/ menit


• Muntah (-) HR : 110x/menit Demam dalam 24 jam
• Batuk, kadang – RR : 32x/ menit sederhana • Diazepam 2mg supp
kadang • Diazepam inj 3x1
• Sesak (-) • Sanmol drip 3x0,8 cc
• BAB belum hari • Puyer batuk 2x1
ini • Fentolin 3x/hari

24-6-15 • Kejang (-) T : 37,1 o C Kejang Pasien meminta pulang atas


• Muntah (-) HR :100x/ menit Demam kemauan sendiri.
• Batuk (-) RR : 35x/ menit sederhana
• Sesak (-)
Hasil Hasil Hasil
Pemeriksaan Satuan Nilai Normal
22-06-15 23-06-15 24-06-15

Hemoglobin 10,3 10,4 10,7 g/dl L = 13,8 – 17,0 P = 11,3 – 15,5

Leukosit 13.100 9.500 8.100 /ul L = 4,5 – 10,8 P =4,3 – 10,4

Hematokrit 26,8 28,9 30,7 % L = 42,0 – 5,0 P = 36,0 – 46,0

Trombosit 128.000 156.000 152.000 /ul L = 185.000 – 402.000 P = 132.000


Tinjauan Pustaka

S
Kejang demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang


yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38o C) tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat, gangguan
elektrolit atau metabolik lain.

Kejang demam sederhana : Kejang demam kompleks :


• Kejang yang berlangsung < • Kejang yang berlangsung > 15
15 menit. menit
• Bersifat umum serta tidak • Bersifat fokal atau parsial 1 sisi
berulang dalam 24 jam kejang umum di dahului kejang
• KDS merupakan 80% diantara fokal
seluruh kejang demam. • Berulang atau lebih dari 1 x24
jam
Etiologi

S Infeksi dengan demam (52%) seperti kejang demam, ensefalitis,


meningitis.

S Kelainan susunan saraf pusat (SSP) kronik (39%) seperti


ensefalopati hipoksik iskemik dan serebral palsi.

S Penghentian obat anti kejang (21%)

S Lain-lain (<10%)
PATOFISIOLOGI
Butuh energi untuk
Sel atau
kelangsungan hidup Glukosa
organ otak
(Metabolisme )

Oksidasi
Dikelilingi
membran
limpoid dan CO2 Air
ionik
Normalnya

Membran sel neuron Konsentrasi Kalium


Diluar sel neuron
mudah dilalui ion K+, dan 
terdapat keadaan
sulit dilalui Na+ Konsentrasi Natrium
sebaliknya

Enzim Na-K-ATPase
Patofisiologi

Demam (↑ suhu tubuh 1°C)

Metabolisme basal ↑ Kebutuhan O2 ↑


(10-15%) (20%)

Perubahan keseimbangan
(membran sel neuron)

Difusi melalui membaran


(ion K+ - - - - - - - ion Na+)

Lepas muatan listrik


Neurotransmitter

Kejang
Anamnesis

S Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, frekuensi dalam 24 jam,
interval, keadaan anak pasca kejang

S Suhu sebelum dan saat kejang

S Penyebab demam di luar infeksi SSP ( gejala infeksi saluran napas akut/ISPA,
infeksi saluran kemih/ ISK, otitis media akut/OMA, dll.)

S Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga

S Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang


mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia,
asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
neurologis
Tanda
infeksi di
Tanda luar SSP
peningkatan
Tanda tekanan
rangsang intrakranial
Kesadaran ? meningeal?
Suhu ?
Pemeriksaan Penunjang

S
Pemeriksaan Laboratorium

S Tidak rutin dilakukan

S Untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam

S Darah perifer, elektrolit, gula darah, dll


Pemeriksaan Pungsi Lumbal

S Untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosa meningitis

S Dilakukan pada:

- usia < 12 bulan  sangat dianjurkan

- usia antara 12-18 bulan  dianjurkan

- usia > 18 bulan yang dicurigai meningitis


Pencitraan (CT- scan atau MRI)

S Dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya :

S Kelainan Neurologi fokal yang menetap ( hemiparesis) atau


kemungkinan adanya lesi struktural otak (mikrosefali, spastisitas)

S Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran


menurun, muntah berulang, UUB menonjol, paresis nervus .VI
edema papil.)
Elektroensefalografi (EEG)

S Tidak dapat memprediksi berulangnya kejang

S Tidak dapat memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di


kemudian hari pada pasien kejang demam

S Dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas


seperti kejang demam kompleks pada anak usia > 6 tahun

S EEG pada kejang demam  gambaran berupa perlambatan di


posterior, akan menghilang dalam 7-10 hari
Tatalaksana

1. Pengobatan fase akut

2. Mencari & mengobati penyebab

3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam


Pengobatan Fase Akut

S Semua pakaian yang ketat dibuka

S Penderita dimiringkan untuk cegah aspirasi

S Jalan napas harus bebas, isap lendir, beri O2, jika perlu intubasi

S Awasi keadaan vital: kesadaran, tensi, pernapasan, jantung

S Jika suhu tinggi: kompres, beri antipiretika

S Penghentian kejang tercepat: diazepam (IV atau Intra Rektal)


Tatalaksana Kejang

Kejang
Diazepam 0,2-0,5 mg/kg IV,
5 menit Rektal : 5-10 kg : 5 mg, > 10
kg : 10 mg
Diazepam

5 menit
Diazepam

Kejang berhenti Kejang

Kejang berhenti rumatan


Fenitoin bolus IV 15-20
Fenitoin 5-7 mg/kg/hr: 2
Kejang berhenti mg/KgBB
dosis
terapi sesuai etiologi Kec. 25mg/
menit
Fenobarbital IV
Kejang berhenti 15-20 mg/KgBB
Kec. 100mg/
Rumatan Fenobarbital 3- menit
5 mg/kg/hari : 2 dosis
ICU
ICU

Tambahkan fenobarbital 10-


15 mg/kg IV
atau
Midazolam bolus 0.15
mg/kg dilanjutkan
2 g/kg/menit infus drip

Masih kejang:
Naikkan dosis 2
Kejang (-) dalam 24 jam: g/kg/menit selama 5 menit
turunkan midazolam 1 sampai dosis max 24
g/kg/menit tiap 15 menit g/kg/menit
Bolus midazolam 0.15
mg/kg bila perlu
Pengobatan Profilaksis

Profilaksis intermitten : (suhu > 38,5oC)


S Diazepam
S Oral 0,5 mg/kgBB : 3 dosis
S Rektal : 5 mg  BB < 10 kg
10 mg  BB > 10 kg
S Mortinez dkk :
S Klonazepam 0,03 mg/kgBB/kali tiap 8 jam

S Tachibana, dkk :
S Kloralhidrasi supositonia (suhu > 38oC)
S 250 mg  BB < 15 kg
S 500 mg  BB > 15 kg
Profilaksis terus menerus

S Indikasi
S Kel.neurologis (+) sebelum kejang
S Riw.kejang tanpa demam pada orang tua/ saudara kandung
S Kejang > 15 menit, fokal atau diikusi kel. neurologis
S Usia < 12 bulan atau kejang multipel dalam 1 episode demam
S Obat
S Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari
S Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari
S Lama pengobatan: 1-2 th setelah kejang terakhir
Kriteria Kejang Demam Sederhana menurut
Livingston

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.

7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4x.


Faktor risiko berulangnya kejang demam
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Usia kurang dari 12 bulan
• Temperatur yang rendah saat kejang
• Cepatnya kejang setelah demam

Faktor risiko menjadi epilepsi

• Kelainan neurologis atau perkembangan yang abnormal sebelum kejang demam


pertama
• Kejang demam kompleks
• Riwayat keluarga dengan epilepsi
Prognosis

Baik jika ditangani dengan cepat dan tepat.

Jika tidak, KD dapat berkembang menjadi:

- KD berulang

- Epilepsi

- Kelainan motorik

- Gangguan mental dan belajar


“Sungguh .. atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah”
(QS. Al – Kahfi :39)
REFERENSI
S Hirtz GH. Febrile Seizure. Pediatric Rev 1997; 1 (180): 5-8.

S Holmes GL. Epilepsy and Other Seizure Disorders. In: Bruce O. Berg, penyunting Principles of
Child Neurology; edisi ke-1. New York: McGraw-Hill, 1996. Hal: 221-33.

S Gonzales Del Rey JA. Febrile Seizure. In: Barkin RM, penyunting Pediatric Emergency
Medicine: Concepts and Clinical Practice; edisi ke-2 St Louis: Mosby, 1997. Hal: 1017-19.

S Camfield RP and Camfield SC. Management and Treatment of Febrile Seizure. Curr Prob
Pediatri 1997; 27:6-13.

S Hara M, Seki T. Clinical Aspect of Febrile Convulsion. Asian Med. J 1995; 36 (10): 553-43.

S Aicardi J. Febrile Convulsion. In: Aicardi J, penyunting Epilepsy in Children; edisi ke-2 New
York: Raven Press 1994. Hal: 253-75.

S Nelson. K, Ellenberg JH. Predictors of Epilepsy in Children Who Have Experience Febrile Seizure.
N Eng J. Med 1976; 259: 1029-33.

S Kuteree M, Emoto SE, Sofijanov N, dkk. Febrile Seizure, is the EEG a useful predictor of
recurrences? Clin Pediatric 1997; 31-6.

You might also like