Professional Documents
Culture Documents
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Permintaan Keterangan Atau Bukti
Dari Pihak-Pihak Yang Terikat Oleh Kewajban Merahasiakan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 235/PMK.03/2016.
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.03/2017 tentang Rincian Jenis Data dan Informasi Serta Tata
Cara Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.
i. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.03/2017 tentang Penetapan Aplikasi, Prosedur Pengajuan,
Tata Naskah Dinas Elektronik, Dan Kode Khusus Naskah Dinas, Usulan pembukaan Rahasia Bank Secara
Elektronik.
j. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/SEOJK.03/2017 tentang Penyampaian Informasi Nasabah
Asing Terkait Perpajakan Dalam Rangka Pertukaran Informasi Secara Otomatis Antarnegara Dengan
Menggunakan Standar Pelaporan Bersama (Common Reporting Standard)
k. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2018 tentang Tata Cara Pendaftaran Bagi Lembaga
Keuangan Dan Penyampaian Laporan Yang Berisi Informasi Laporan Keuangan Secara Otomatis.
l. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2017 tentang Standar Operasional Prosedur Direktorat
Jenderal Pajak.
m. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2017 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi
Berdasarkan Permintaan Dalam Rangka Melaksanakan Perjanjian Internasional.
Gambaran Umum
• Tugas utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai pelaksana kebijakan di bidang perpajakan sesuai
ketentuan perundang-undangan adalah untuk mengumpulkan dan memenuhi target penerimaan pajak.
Pada tahun 2018 salah satu rencana yang menjadi fokus utama DJP dalam pemenuhan target penerimaan
perpajakan yang terus meningkat dari tahun ke tahun adalah melakukan optimalisasi pengelolaan dan
pemanfaatan data perpajakan. Hal ini memang sangat penting karena kunci keberhasilan dalam
pelaksanaan sistem self assessment adalah ketersediaan data pembanding, selain data yang dilaporkan oleh
WP. Terlebih lagi tingkat voluntary compliance WP di Indonesia masih belum dapat diandalkan dalam
menutupi target penerimaan perpajakan.
• Besaran tax ratio terhadap PDB Indonesia mencapai sekitar 11%, angka ini dinilai masih rendah, bahkan
diantara negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi yang menjadi anggota G20 rasio pajak
Indonesia termasuk yang paling rendah. Selain tax ratio yang masih rendah, target penerimaan perpajakan
tidak pernah tercapai sejak tahun 2008.
Gambaran Umum
• Pada tahun 2017, Ibu Menteri Keuangan memberikan arahan pada DJP untuk mengembangkan basis
data perpajakan sebagai instrumen penting dalam optimalisasi penerimaan pajak dan perbaikan tax
ratio yang masih rendah.
• Dalam mewujudkan hal tersebut, Tim Reformasi Perpajakan telah merencanakan redesign proses bisnis
berbasis IT dimana dalam proses bisnis baru tersebut, ketersediaan data memiliki peran yang sangat
penting. Redesign proses bisnis dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
1) Pembenahan Basis Data Perpajakan
2) Modernisasi core tax
3) Big Data Analysis
Gambaran Umum
• Masih rendahnya tax ratio terhadap PDB menunjukkan masih banyaknya potensi perpajakan yang masih
belum dapat dikonversi menjadi penerimaan dan/atau masih belum diketahui. Beberapa hal yang telah
diidentifikasi dapat menjadi penyebab utama terkait hal ini adalah sebagai berikut:
1) Basis data perpajakan yang belum lengkap.
2) Terdapat kendala dalam proses pengolahan data perpajakan.
3) Akses dan pemanfaatan data perpajakan yang masih terbatas dan belum optimal.
Penerimaan Perpajakan dan Tax Ratio
Tahun 2010-2017
1,400 12.00
1,200 11.50
Penerimaan (triliun)
11.00
1,000
10.15 10.14 10.50
800 10.01
9.74 9.76 10.00
600
9.10 9.50
400 8.90
9.00
8.40
200 8.50
0 8.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Penerimaan (T) 649 743 835 916 981 1,060 1,106 1,151
Tax Ratio 9.74 10.01 10.15 10.14 9.76 9.10 8.90 8.40
Data dan
Transaksi Keuangan
Antara lain : data lalu lintas devisa yang dilakukan melalui perbankan/penyedia jasa keuangan
• Saat ini, data yang berasal dari pihak ketiga (data eksternal) masih belum dapat berintegrasi ke dalam
core tax system, sehingga dalam pengolahan dan pendistribusian data pihak ketiga masih terdapat
tenggat waktu. Permasalahan yang terkait dengan pendistribusian data akan berdampak pada
terbatasnya akses kepada data pihak ketiga.
Gambaran Umum: pemanfaatan data pihak ketiga
• Untuk mewujudkan administrasi perpajakan yang berdasarkan IT, DJP harus memiliki infrastruktur IT yang
kuat. Pada tahun 2018, Presiden telah menyetujui dan mengeluarkan peraturan terkait dengan pembaruan
core tax system. Pembangunan dan pengembangan core tax system akan memakan waktu sekitar 7 tahun.
Oleh karena itu, bersamaan dengan modernisasi core tax system, DJP perlu memperhatikan langkah-
langkah agar pemeliharaan, pengolahan, dan pemanfaatan basis data perpajakan pihak ketiga dapat
optimal sembari menunggu selesainya pembuatan dan pengembangan core tax system.
Pemanfaatan
• Proses pemanfaatan merupakan proses akhir dan sangat menentukan. Dalam proses akhir ini, segala
permasalahan yang terjadi pada proses sebelumnya akan berdampak pada tidak optimalnya pemanfaatan.
Proses ini dimulai dari distribusi data kepada unit/kantor yang membutuhkan hingga kepada end user
seperti Account Representative, Fungsional Pemeriksa, dan Juru Sita. Setelah data diterima oleh end user,
efektivitas pemanfaatan data perlu dinilai untuk menentukan peranan data pihak ketiga sebagai instrumen
penting dalam optimalisasi pengumpulan penerimaan perpajakan dan untuk mendukung redesain proses
bisnis perpajakan yang berdasarkan basis data yang kuat.
1) Pada umumnya, pemanfaatan data perpajakan dari pihak ketiga digunakan untuk:
2) Penggalian potensi perpajakan.
3) Sebagai data pembanding dalam pemeriksaan perpajakan.
4) Perluasan basis data perpajakan.
5) Ekstensifikasi perpajakan.
6) Asset tracing
Indikasi Permasalahan
• Akses untuk pemanfaatan data bagi unit/kantor yang membutuhkan masih terbatas, hal ini dapat
disebabkan oleh transfer/cascading data dari pusat ke daerah dan/atau proses cleansing data yang masih
belum optimal. Ketika hal ini terjadi, akan menghambat kinerja Account Representative dan Fungsional
Pemeriksa yang memiliki peran utama dalam mengumpulkan penerimaan perpajakan.
• Pengolahan data yang dilakukan terpisah pada satu kantor/unit tertentu masih belum dapat digunakan
diintegrasikan dengan kantor lain sehingga hasil pengolahan data masih belum dapat dimanfaatkan oleh
unit/kantor lain.
• Pada tahun 2018, Presiden telah menyetujui dan mengeluarkan peraturan terkait dengan pembaruan core
tax system. Pembangunan dan pengembangan core tax system akan memakan waktu sekitar 7 tahun.
Bersamaan dengan modernisasi tersebut, data dari pihak ketiga yang telah didapatkan sebelumnya yang
bersumber dari pengumpulan yang sudah dilakukan, pelaksanaan tax amnesty, pelaporan informasi
keuangan dari bank, dan data yang akan didapatkan dari pelaksanaan AEoI perlu diperhatikan bagaimana
penyimpanan, maintenance, distribusi, dan pemanfaatannya sembari menunggu pembuatan dan
pengembangan core tax system.
• Data untuk kepentingan perpajakan yang ada dalam administrasi pemerintah di Indonesia masih tersekat,
dan belum ada alat untuk menyambungkan data, misal NIK/NPWP.
Alternatif Solusi
• Melakukan gap analysis untuk mencari perbedaan antara dasar hukum yang telah disetujui dengan sistem,
prosedur praktek yang dilakukan dilapangan.
• Melakukan identifikasi dan analisis pada dasar hukum, implementasi dan permasalahan yang ditemukan di
lapangan untuk menemukan indikator-indikator yang dapat menjadi standar bagaimana manajemen data
pihak ketiga dapat di laksanakan dengan seoptimal mungkin.
• Menyelaraskan manajemen data yang sekarang berlaku (existing) dengan pembangunan dan
pengembangan core tax system.
Tujuan Kajian
• Mengetahui bagaimana manajemen data pihak ketiga dilakukan terkait dengan:
1) Mekanisme pengumpulan data
2) Koordinasi antar tim DJP dalam rangka pengumpulan data
3) Proses bisnis pengumpulan data pihak ketiga
4) Pengawasan dan mitigasi risiko
5) Data storage dan infrastruktur IT
6) Cleansing data
7) Distribusi data
8) Langkah-langkah pemanfaatan data
9) Efektivitas pemanfaatan data
• Menentukan bagaimana manajemen data pihak ketiga dapat dilakukan dengan efektif dan efisien untuk
mendorong penerimaan perpajakan ditengah persiapan dan pelaksanaan modernisasi core tax system.
• Mengidentifikasi dan menetapkan indikator-indikator yang dapat menjadi standar best practice bagaimana
manajemen data pihak ketiga dapat di laksanakan dengan seoptimal mungkin.
• Menghasilkan saran/rekomendasi tertulis kepada stakeholders terkait manajemen data pihak ketiga yang
dapat menjadi langkah optimalisasi penerimaan pajak.
Konseptual Desain Penelitian