You are on page 1of 19

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan


kornea sampai lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus kornea dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan
penglihatan.

Sebagian besar gangguan penglihatan dapat dicegah, namun


hanya bila diagnosis penyebabnya dapat ditetapkan secara dini.
1.2 Batasan Masalah

Hal yang dibahas adalah definisi, epidemiologi, etiologi,


klasifikasi, gambaran klinis, penatalaksanaan,
komplikasi, dan prognosis ulkus kornea

1.3 Tujuan Penulisan

Menambah pengetahuan penulisan mengenai ulkus


kornea

1.4 Metode Penulisan

Tinjauan kepustakaan merujuk pada berbagai literatur


TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi kornea :

 Media refraksi cahaya

 Transmisi cahaya

 Penyokong dan proteksi bola mata


Gambar 2. Lapisan Kornea
DEFINISI

Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrasi
supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas
jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma
EPIDEMIOLOGI

Keratomikosis  ↗
Indonesia
penggunaan KS topikal, obat
1993  5,3/100.000
imunosupresif, lensa kontak

Predisposisi
Amerika
Trauma, pemakaian lensa
Laki-laki >> (71%)
kontak, idiopatik
ETIOLOGI
INFEKSI

 Disebabkan oleh bakteri, jamur, achantamoeba, dan virus


 Bakteri P. aeruginosa, Streptococcus pneumoniae, Moraxella >>
 Manifestasi klinis tidak khas;
 Sekret mukopurulen  infeksi P.aeruginosa
ETIOLOGI
INFEKSI

 Etiologi jamur  Candida, Fusarium, Aspergillus,


Cephalosporium, mikosis fungoides
 Etiologi virus  herpes simpleks >>, varicella-zoster, variola,
vacinia
Manifestasi klinis: dendrit diikuti vesikel-vesikel kecil di lapisan
epitel ; bila pecah  ulkus
ETIOLOGI
INFEKSI

 Infeksi achantamoeba
Akibat penggunaan lensa kontak, khususnya bila memakai
larutan garam buatan sendiri, terpapar air atau tanha yang
tercemar
ETIOLOGI
NON INFEKSI
 Bahan kimia (asam atau basa)
 Radiasi atau suhu
 Sindrom Sjorgen
 Defisiensi vitamin A
 Obat-obatan
 Neurotropik
ETIOLOGI
SISTEM IMUN

 Granulomatosa wagener
 Rheumatoid arthritis
Ulkus Kornea Virus
Herpes Zoster

 Usia tua >>


Risiko keterlibatan mata 15% dari kasus herpes zoster
(↗ keterlibatan n. eksternal nasal, n. maksilaris,
peningkatan usia

 Morfologi mirip dengan herpes simpleks


 Kerusakan mata akibat infeksi langsung dan
inflamasi sekunder akibat mekanisme autoimun
 Terdapat 3 fase, yakni:
 Fase akut
Gejala flu, demam dan sakit kepala seminggu sebelum
tanda kemerahan, neuralgia preherpetik, keratitis
 Fase kronik
Keratitis numular berbulan-bulan, keratitis disciform,
keratitis neutrofik, keratitis plak mukus
 Fase relapse
Dapat timbul hingga 10 tahun setelah fase akut. Lesi
yang terjadi episkleritis, skleritis, iritis, glaukoma,
keratitis numular, disciform atau plak mukus
Herpes Simpleks
 Sekitar 90% populasi seropositif terhadap ab HSV-1
 HSV-1 biasanya menginfeksi bagian di atas pinggang dan HSV-2
di bawah pinggang
 HSV-2 ditransmisikan melalui sekret genital yang terinfeksi
dan persalinan pervaginam

Manifestasi Klinis
 Vesikel di kulit (alis dan preorbital), sel epitelial pola punctata,
deskuamasi sentral dengan lesi garis linear bercabang
(dendritik), menurunnya refleks kornea, infiltrat anterior
stromal, perluasan sentrifugal progresif
 Dendrit berbentuk kecil, ulseratif, pewarnaan fluorescent
dengan benjolan di ujungnya
A. Keratitis epitelial
punctata
B. Ulserasi epitelial
mikrodendritik
C. Keratitis numular
D. Keratitis disciform

You might also like