Professional Documents
Culture Documents
PSIKIATRI
Buku Acuan :
Kaplan and Saddock’ s
Farmakologi & terapi Ed. 4. (UI)
Maramis
KMB MP Ke-1 (sekarang)
Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
psikotropik
TERAPI DI BIDANG PSIKIATRI
Tujuan terapi : Menghilangkan
penderitaan penderita/masyarakat
kalau mungkin mengembalikan ke
keadaan semula
Dasar terapi : suasana terapi yang
diciptakan oleh dokter dan penderita
hubungan penderita-dokter
Hubungan penderita-dokter khas impati
Dalam Suasana Terapi :
faktor sugesti & persuasi
MANUSIA
1. Phonethiazine:
- R. Aliphatic :
Chlor Promazine (Largatil)
Levomepromazine (Nozinan)
- R. Piperazine :
Perphenazine (Trilafon)
Trifouperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
- R. Piperidine :
Thioridazine (Malleril)
Butyrophenone : Haloperidol (Haldol,
Serenace)
Diphenyl-Buty-piperlidine : Pimozide
(Orap)
Benzamide : Sulpiride (Dogmatil)
Dibenzodiazepine : Clozapine (leponex,
Clozaril)
Benzisoxasole : resperidone (Resperdal)
Obat anti psikosis/neuroleptika :
Dosis efektif tinggi : dengan dosis/takaran tinggi efek
terapeutik
Chorpromazine
Thioridazine
Dosis efektif rendah ; dengan dosis/takaran rendah
efek terapeutik
Trifouperazine
Haloperidol
Gejala sasaran (target syndrome) : syndrome psikosis :
D.E.T. : Gejala Psikomotor
D.E.R. : Gejala Psikotik lain
Hipotesis : Sindrome psikosis aktivitas
neurotransmitter dopamin (hiperaktivitas sistem
dopaminergik sentral)
Mekanisme kerja Neuroleptika :
Blokade Dopamine pada pasca sinaptik
neuron di otak
Terutama pada sistem limbik & sistem
ekstrapiramidal (Dop. D2 receptor
antagonist). Obat Baru : Hambat DOP. D2
Receptor & serotonine 5HT2 Receptor
Efek, Efek Sekunder/Samping
Efek Primer : Perbaiki Sindroma Psikosisnya
(target Syndrome)
Efek Sekunder : Mengatasi Gejala Yang
Menyertainya
Contoh : Psikosis dengan gaduh-gelisah dan sulit
tidur
Tx. Chlorpromazine :
Efek Sekunder sedatif perbaiki tidur
Efek Primer perbaiki gejala psikosis utamanya
Efek sekunder/samping Neuroleptika
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan otonomik : hipotensi, mulut kering,
dsb.
Gangguan ektrapiramidal : Sind. Parkinson,
Akatisa
Gangguan endokrin : Amenorhea,
Gynaecomastia
Metabolik : Jaundice
Hematologik : Agranulocytosis
Tardivedyskinesia : gerakan berulang involunter
pada wajah, lidah mulut, anggota gerak, waktu
tidur (-). (efek samping pemakaian jangka
panjang irreversibel.
Terapi Tardevedyskinesia :
Neureleptika stop
Pertimbangkan :
Onset efek primer : 2-4 minggu
Tindakan :
Gastric Lavage
Diazepam 10 mg/i.m
Monitoring EKG.
Pemilhan Obat Anti Depresi :
Pada dosis eqivalen efek primer sama, efek sekunder/samping
berbeda.
Nama Dosis Anti kho Sedasi Hipotensi Ket
Obat mg/hari linergik ORTH.
Amitryp 75-150 +++ +++ ++ 3+
tiline (berat)
Imipra 75-150 +++ ++ ++
mine
Clomi 75-150 ++ ++ + 2+
pramine (sedang)
Trazodo 100-200 + +++ +++
ne
maproli 75-150 + ++ + 1+
tine (ringan)
Mianse 30-60 + ++ +
rine
Nama Dosis Anti Sedasi Hipotensi Ket.
Obat Kholinergik Orth.
Amoxapine 200-300 + + ++
(minimal)
Amineptine 100-200
Mocloberide 300-600 +
Sertraline 50-100
Paroxetine 20-40
Fluvoxamine 50-100
Fluoxetine 20-40
Pemilihan Obat Tergantung :
Toleransi efek samping
Kondisi pasien (usia, penyakit fisik, jenis depresi)
Relaksasi otot
Pengaturan Dosis :
“Steady state” (masuk = keluar) dicapai 5-7 hari
dengan dosis 2-3 X/hari efek klinis tampak
Dosis awal (anjuran) 3-5 hari dosis optimal
(2-3 minggu) 2-4 minggu 1/8 X dosis minimal
(maintenance dose) Bila kambuh naikkan ke
dosis efektif (4-8 minggu) tapering off
Pemberian : 1-3 bulan (100 hari)
Terapi Elektro Konvulsi (T.E.K)
Elektro Convulsive Therapy (E.C.T)
UGD Cerletti (1877-1963) & BINI Tx. Psikosa
Mekanisme kerja belum jelas
Alat T.E.K :
Elektro Kovulsator :
1. Keluarkan Listrik Sinusoid 100-150 , waktu 0,2-
0,3 detik
2. Satu fase aliran dihilangkan 4 J. waktu 2-3 detik
Efek Tx. (+) bila kejang umum
Bila kejang (-) ulang 3 X (-) stop, atau
voltase dinaikkan
Persiapan T.E.K
1. Pemeriksaan fisik, TU, COR, dan paru
2. Puasa cegah muntah aspirasi
3. Kandung seni dan rektum dikosongkan
4. Gigi palsu (bila ada) dilepas
5. Tidurkan telentang:
Tempat tidur datar
Agak keras
Pakaian dilonggarkan
6. Antara Os Frontalis dan Os temporalis:
Dibersihkan dengan alkohol
Dibasahi bahan penghantar listrik
Tempat elektrode ditempel
7. Antara rahang atas dan bawah diberi ganjal yang lunak
8. Dagu ditahan cegah luxatio rahang
9. Lengan dan kaki dipegangi
10. Elektrode ditempatkan dengan tekanan sedang
Reaksi Penderita T.E.K.
Konvulsi Mirip Grandmal Epilepsi
Fase tonik 10 detik
Fase klonik 30-40 detik
Fase relaksasi dengan pernafasan dalam dan keras
kepala dimiringkan
Penderita tak sadar 5 menit
Kesadaran pulih (5-10) terjadi amnesia
Ada yang langsung tidur
Ada yang kebingungan jaga
Frekuensi Dan Banyaknya T.E.K.
1. Secara “blok” : 2-4 hari, 1-2 X/hari
2. 2-3 X/minggu
Retrograde amnesia
Cara-cara :
1. Ventilasi/katarsis
2. Persuasi
3. Sugesti
4. Penjamin kembali (reassurance)
5. Bimbingan dan penyuluhan
6. Terapi kerja
7. Hipnoterapi dan narkoterapi
8. Psikoterapi kelompok
9. Terpai perilaku
Psikoterapi wawasan (Genetik-dinamik)
Reedukatif
Rekonstruktif
I. Psikoterapi reedukatif
Untuk mencapai pengertian konflik dialam sadar
Usaha untuk menyesuaikan diri kembali
Memodifikasi tujuan
Membangkitkan/mengembangkan potensi yang
ada
Cara-cara:
1. Terapi sikap (Attitude therapy)
2. Terapi wawancara (interview therapy)
3. Konseling terapeutik dll.
II. Psikoterapi rekostruktif
Untuk mencapai konflik di alam tak sadar
Mendapatkan perubahan yang luas dari struktur
kepribadian
Perluasan pertumbuhan kepribadian dengan
pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru
Cara-cara :
Psikoanalisa freud
Psikoanalisa Non-freudian
psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalaisa