You are on page 1of 62

TUTOR MODUL 2 BLOK 22

KELOMPOK 8
VEKTOR MALARIA
(Genus Anopheles)
Taksonomi
• Phylum : Arthropoda
• Klas : Insecta
• Ordo : Diptera
• Famili : Culicidae
• Tribus : Anophelini
• Genus : Anopheles
• Terdapat 430 spesies Anopheles, tetapi hanya
30-40 yang mentransmisikan malaria (vektor)
• Siklus hidup Anopheles : telur, larva, pupa,
dewasa
– Telur-larva-pupa  5-14 hari,
dipengaruhi/tergantung dari spesies dan
temperature lingkungan
– Dewasa : ketika Anopheles menjadi vektor
malaria, dapat hidup <= 1-2 minggu
TELUR
• Betina dewasa : 50-200 telur setiap x
bertelur. Telur diletakan pada air payau,
memiliki pelampung pada kedua sisinya
• Telur tidak tahan terhadap kering dan
menetas dalam 2-3 hari
• Pada iklim yg dingin, dapat menetas hingga
2-3 minggu
LARVA
• Memiliki kepala dengan mouth brushes  untuk makan
• Large thorax
• Segmented abdomen
• No leg
• Bernafas : spirakel pada segmen 8 abdomen  harus sering
ke permukaann  posisi nya paralel dengan permukaan air
• Larva terdiri dari 4 stadium, kemudian ber metamorfosa
menjadi pupa
• Lokasi : clean, unpolluted water, fresh or salt water, rice
fields, edges of river
PUPA
• Berbentuk koma (samping)
• Kepala dan thorax  cephalothorax
• Bernafas seperti larva (muncul ke permukaan),
menggunakann trumpets pada cephalothorax
Dewasa
• 3 Bagian : kepala, thorax, abdomen
• Kepala :
– Untuk menangkap informasi dan untuk makan
– Terdiri dari sepasang mata, antena yang panjang
– Antena untuk mendeteksi bau host
– 2 sensory palps
• Thorax :
– Locomotion
– 3 pasang kaki, sepasang sayap melekat pada abdomen
• Abdomen :
– Untuk
Ciri khas Anopheles
• Warna hitam dan putih • Betina dapat hidup
pada sayap hingga 1 bulan
• Dari cara hinggap : jantan • Pulpa nyamuk anopheles
dan betina istirahat sama panjangnya dengan
dengan abdomen naik ke probocis, baik pada
udara, daripada nyamuk jantan ataupun
sejajar/paralel dengan betina
permukaan
• Jantan : hidup 1 minggu,
dengan makan nektar
atau olahan gula
• Betina : makan darah,
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
VEKTOR FILARIASIS
Siklus hidup wuchereria bancrofti
VEKTOR DENGUE
(Aedes aegypti)
Aedes aegypti
• Betina meletakkan telur pada dinding lembab
yang terdapat air
• Telur menetas akibat meluap nya air (hujan atau
genangan air yand dibuat)
• Larva memakan mikroorganisme dan materi
organik lain, menggugurkan kulitnya 3x, sehingga,
dari tahap 1  4
• Larva  pupa, ketika memiliki energi yg cukup
• Pupa  dewasa
• Total siklus hidupnya 8-10 hari dalam suhu ruang
Filariasis

Permenkes No.5 tahun 2014


INFODATIN FILARIASIS
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/en/
https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/epi.html
Definisi
• Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Epidemiologi
• Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan
iklim sub tropis dan tropis seperti di Indonesia.
• Dunia 120 juta kasus pada daerah tropis dan subtropis
• Indonesia  14.932 kasus kronis tersebar di 418
kabupaten/kota dan 34 provinsi
Etiologi
Disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria:
• Wuchereria bancrofti
• Brugia malayi
• Brugia timori

Vektor  Nyamuk Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan


Armigeres.
Faktor Risiko
• Daerah tropis dan subtropis
• Traveler
Klasifikasi
• Filariasis akut
• Filariasis kronis
Pemeriksaan Penunjang Filariasis

• Identifikasi mikrofilaria dari sediaan darah.


Cacing filaria dpt ditemukan dgn pengambilan darah tebal atau
tipis pada waktu malam hari antara jam 10 malam - jam 2 pagi yg
dipulas dgn pewarnaan Giemsa/Wright.

• Pemeriksaan darah tepi  Leukositosis dengan eosinofilia


sampai 10-30%. Dgn pemeriksaan sediaan darah jari yg
diambil pukul mulai 20.00 malam waktu setempat

• Bila sgt diperlukan  Diethylcarbamazine provocative test


PATOGENESIS DENGUE
Gejala Klinik Demam Dengue
• Nyeri kepala
• Nyeri retro orbital
• Myalgia
• Arthralgia
• Nausea dan vomitus
• Ruam kulit
• Lemah dan lesu
• Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
• Leukopenia (leukosit < 5000)
• Trombosit < 150.000
• Hematokrit naik 5-10 %
Gejala Klinik Demam Berdarah
Dengue
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
– Uji bendung positif
– Petekie, ekimosis, atau purpura
– Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain
– Hematemesis atau melena
• Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut :
– Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin
• Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
• Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia
Pathogenesis & Pathophysiology
Malaria
Faktor Host
• Endemisitas daerah Faktor Parasit
• Genetik • Intensitas transmisi
• Usia • Densitas
• Nutrisi • Virulensi parasit
• Imunologi

Nyamuk
mencucuk dan
injeksikan
sporozoit
Sporozoit Bersirkulasi
dalam darah

Parasit
Hepatome
menginfeksi hepar
gali
(stadium
eksoeritrositer)
Skizon Tua (Penuh
merozoit)
Kompensasi
Merozoit masuk
Splenomeg dari Eritrosit
ke sel RES di Lien
ali Lisis
Filtrasi &
fagositosis

Merozoit lolos  invasi


eritrosit

Reproduksi
aseksusal
(Skizogoni)

Eitrosit berparasit (EP)

Stadium cincin

Ekspresikan Ag RESA
(Ring-Erythrocyte
Surface Antigen)
Knob dibentuk karena Stadium Matur
adanya PfHRP2 (P. PfEMP1 berikatan
falciparum histidine knob molekul adhesif endotel
rich protein 2) (CD-36, trombospondin,
PfHRP2 ICAM-1,VCAM-1
PfHRP2 PfEMP1 berikatan molekul adhesif
endotel
Melepaskan toksin Rosetting (EP
Sitoadheren
malaria (GPI, LPS) Pansitop matur diselubungi
dengan endotel
enia 10/> eritrosit non-
vaskuler
Pelepasan sitokin parasit)
EP matur tidak
dari endotel,
beredar kembali
makrofag dan
ke dalam sirkulasi Obstruksi aliran
monosit seperti
(Sekustrasi) darah
TNF-alpha, IL-1, IL-
3, IL-6, INF-gamma Malaria otak & Kebocoran kapiler,
sindroma distres edem, anoksia
Febris respirasi jaringan
Set point
Hipothalam
us
TNF
alpha
Lisis
eritrosit
TNF Glycosylphosphatidyl
alpha inositol
Stadium Matur

Eritrosit pecah
(Hemolisis)

Defek
Anemia hemolitik
⇡ Retikulosit ⇡ Destruksi Produksi
normokromik
(eritropoesis
Hem Hemoglobin ) Jumlah
Hem emia ↓
Redukta
se Biliverdi Hemoglobin
n uria
Biliverdi
Black water
n
fever
Redukta
se Unconjuga
ted
Bilirubin

Jaundice
PENATALAKSANAAN

Menurut PERMENKES
PENATALAKSANAAN
FILARIASIS
TUJUAN
• Cegah/perbaiki perjalanan penyakit
NON-FARKO
• Memelihara kebersihan kulit
• Fisioterapi kadang diperlukan pd penderita
limfedema kronis
• Konseling & edukasi:
 Penyakit filariasis, t.u. dampak akibat penyakit dan cara
penularan
 Pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini
melalui pemberantasan nyamuk dewasa, jentik
nyamuk, dan cegah gigitan nyamuk
FARKO
Diethyl carbamazine citrate (DEC)
Membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa

Dosis
• 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari pc, selama 12 hari
• Pd Tropical Pulmonary Eosinophylia (TPE)
terapi diberi 3 minggu
Cont.
Efek samping
Bisa terjadi akibat reaksi thd DEC atau thd pelepasan
protein oleh cacing dewasa yg mati
• ES DEC lbh berat pd penderita onchorcerciasis shg obat
tdk diberi dlm program terapi masal di daerah endemis
filariasis dgn ko-endemis Onchorcercia valvulus
• Sistemik : febris, cephalgia, nyeri badan, vertigo,
anorexia, malaise, vomittus  bhub dgn intensitas
infeksi
• Lokal : limfadenitis, abses, transien
limfedema  tjadi lambat tp blangsung lbh lama
Cont.
Ivermektin
Antimikrofilaria kuat namun tdk memiliki efek
makrofilarisida
Efektif thd penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti
Pd filariasis e.c. Brugia spp. penurunan bsifat gradual

Dosis
150 μg/kgBB SD, tiap 6 bulan/12 bulan (untuk menjaga
agar derajat mikrofilaremia tetap rendah)
Cont.
Efek samping
Sama spt DEC

Kontraindikasi
• Perempuan hamil
• Anak < 5 tahun
Cont.
Obat lain:
1. Antibiotik Mengurangi serangan
2. Antifungi berulang shg cegah
terjadinya limfedema
3. Antihistamin kronis
Atasi ES
4. Kortikosteroid terapi
5. Analgetik  prn
Cont.
Terapi lain:
• Kadang hidrokel kronik perlu tindakan
operatif, juga pd chyluria yg tdk membaik dgn
terapi konservatif
RENCANA TINDAK LANJUT
Setelah terapi, lakukan kontrol thd gejala dan
mikrofilaria. Bila msh ada gejala dan mikrofilaria
pd pemeriksaan darah  ulang terapi 6 bulan
kemudian
KRITERIA RUJUK
• Butuh tindakan operatif
• Gejala tdk membaik dgn pengobatan
konservatif
PENATALAKSANAAN DENGUE
Penatalaksanaan
• Tujuan: mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan memberikan terapi
substitusi komponen darah bila diperlukan.
• Non-Farmakologi:
- Tirah Baring (pada trombositopenia berat)
- pemberian makanan dengan kandung-an
gizi yang cukup, lunak dan tidak
mengandung zat atau bumbu yang
mengiritasi saluaran cerna
• Farmakologi
- Simptomatis:
Antipiretik PCT Dewasa: 3x500-1000mg

anak : 10-15mg/kgbb/kali 3x
• Protokol pemberian cairan sebagai
komponen utama penatalaksanaan DBD
dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu
pada protokol WHO. Protokol ini terbagi
dalam 5 kategori, sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
(gambar4).
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD
dewasa di ruang rawat (gambar 5).
3. Penatalaksanaan DBD dengan
peningkatan hematokrit>20% (gambar 6).
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan
pada DBD dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada
dewasa (gambar 7).
• Kriteria rujukan
1. Perdarahan asif (hematemesis, melena)
2. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai
15ml/kg/jam kondisi belummembaik
3. Terjadi komplikasi atau ekadaan klinis yang
tidak lazim, seperti kejang penurunan
kesadaran, dan lainnya
Penatalaksanaan
• Yang digunakan program nasional adalah derivat
artemisinin dengan gol. Aminokuinolin, yaitu :
• Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC)
terdiri dari Dihydroartemisinin dan Piperakuin
(DHP)
– 1 tablet FDC mengandung 40mg dihydroartemisinin
dan 320mg piperakuin.
– Diberikan PO 3 hari dgn range dosis tunggal harian :
DHA 2-4mg/kgBB ; DHP 16-32mg/kgBB
• Artesunat – Amodiakuin
– Dengan 3 blister, terdiri dari 4 tablet artesunat 50mg
dan 4 tablet amodiakuin 150mg
Pengobatan M.falsiparum dan
M.vivaks
• Lini pertama
– ACT + Primakuin

• DHA = 2-4mg/kgBB
• DHP = 16-32mg/kgBB
• Primakuin = 0,75mg/kgBB (falsiparum untuk hari 1)
• Primakuin = 0,25mg/kgBB (vivax 14 hari)
– Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin
• Amodiakuin basa = 10mg/kgBB
• Artesunat = 4mg/kgBB
• Primakuin = 0,75mg/kgBB (falsiparum untuk hari 1)
• Primakuin = 0,25mg/kgBB (vivax 14 hari)
• Lini kedua Malaria Falsiparum
– Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

• Kina (3x10mg/kgBB/hari)
• Doksisiklin 3,5 mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari (≥ 15 tahun)
• Doksisiklin 2,2mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari (8-14 tahun)
• Tetrasiklin 4mg/kgBB/ kali diberikan 4x sehari ( tidak untuk <8
tahun)
Tetrasiklin 4mg/kgBB/ kali diberikan 4x sehari ( tidak untuk <8
tahun)
• Lini kedua Malaria Vivaks
– Kina + Primakuin
• Pengobatan Malaria Ovale
– Lini pertama
• ACT atau artesunat + amodiakuin
– Lini kedua
• Sama seperti m.vivaks
• Pengobatan Malaria malariae
– ACT 1x/hari selama 3 hari dosis sama spt yg
lainnya, tanpa piperakuin
• Pengobatan infeksi campur falsiparum +
malariae
– ACT 3 hari + Primakuin pd hari 1
• Pengobatan infeksi campur
falsiparum+vivaks/ovale
– ACT 3 hari + Primakuin 0,25mg/kgBB/hari
selama 14 hari

You might also like