You are on page 1of 30

Standar Pelayanan

Minimal
(indikator kinerja)
Puskesmas
Bahasan
 Pengertian standar
 Latar Belakang perlunya menyusun SPM

 Manfaat SPM

 Pengertian SPM, Pengertian Indikator, Jenis-jenis


indikator
 Latihan penyusunan indikator SPM
Pengertian standar
 Oxford dictionary:
 Standar adalah tingkat keprimaan, dan digunakan
sebagai dasar perbandingan
 Standar adalah tingkat minimum yang jika dicapai
masyarakat kemungkinan besar akan puas
 Donabedian:
 Variasi yang dapat diterima dari suatu norma atau kriteria
 Kriteria yang ditetapkan dan digunakan untuk mebandingkan
aspek-aspek pelayanan; atau
 norma yang digunakan untuk menilai kinerja pelayanan
Pengertian standar
 Katz & Green:
 Pernyataan tertulis tentang harapan spesifik
 Standar dibedakan dalam tiga domain: standar tata kelola,
standar praktik, and standar pelayanan
 Meissenheimer:
 Ukuran baku terhadap kuantitas, kualitas, nilai/manfaat,
 Tingkat kinerja yang diharapkan atau disepakati bersama
 Batasan yang dapat diterima akan adanya variasi terhadap
norma atau kriteria

Pengertian standar
 WHO:
 Kaji banding (benchmark) terhadap pencapaian yang
didasarkan pada tingkat terbaik yang diinginkan
 Standar menjadi model untuk dicontoh dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pembandingan
 PP 102/2000:
 Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan
syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Dapat disimpulkan
beberapa pengertian standar
 Standar diartikan sebagai kewenangan wajib
 Standar diartikan sebagai batasan nilai yang harus
dicapai
 Standar diartikan sebagai tolok ukur (indikator)
 Standar diartikan sebagai prosedur
 Standar diartikan sebagai persyaratan (requirement)
 Standar diartikan sebagai standar teknis (practice
guidelines)
 Bermacam pengertian standar tidaklah masalah !
Yang penting konsistensi dalam penggunaan
pengertian istilah yang dipakai.
Latar belakang diperlukan SPM
 Diatur oleh peraturan perundahan:
 Ps 51 UU Kesehatan No 36/2009
 (1) Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat.
 (2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)didasarkan pada standar
pelayanan minimal kesehatan.
 Permenkes 741/2008: SPM Dinas Kesehatan Kabupaten
 Permenkes 129/2008: SPM Rumahsakit
 Sebagai wujud akuntabilitas (pertanggung jawaban)
terhadap pemerintah dan masyarakat
 Sebagai ukuran kinerja untuk melakukan perbaikan
 Sebagai alat kajibanding kinerja antar sarana pelayanan
kesehatan
Tinjauan dari sudut pandang peraturan
perundangan
Instruksi Presiden No 7/1999
UU 22/99 Pemerintahan Daerah
Instruksi Presiden
UU 32/2004, No 5/2004
UU 14/2008
UU 33/2004 Keterbukaan.
Percepatan Pembrtsn
Perpu 3/2005 Inform.publik Korupsi

Otonomi UU 25/2009
daerah KepMenPan
Pelayanan akuntabilitas
publik 26/2004
PP 8/2003 Akuntabilitas
PP 38 & 41/2007 Kewenangan Pelay. publik
Pedoman organisasi wajib Permendagri
Standar
PP 84/2000 Perangkat Daerah No 79/2007
Pelayanan
pedoman Minimal
PP 65/2005
Permen
KepMenKes 1747/ Dagri
UU No 14/2008 PP 6/2008 6/2007
2000: Bid. Kes
Keterbukaan KepMenKesKepMenKes Kepmenkes KepMenKes
Informasi Pedoman 1457/2003 741/2008 828/2008
KepMenKes 129/2008
Publik Ev. Penyel.pemda 228/2002: RS
Masyarakat

Tenaga
Profesi SPM Organisasi

Ukuran kinerja

Wujud
akuntabilitas

Pemerintah
Mengapa indikator kinerja (SPM)
itu perlu ?
 Memberikan jaminan keamanan
 Memberi tanda adanya masalah
 Menilai apakah proses sesuai standar
 Menilai keberhasilan
 Agar tidak melanggar aturan
 Mencari peluang perbaikan
 Menilai apa dampak dari suatu intervensi
 Untuk membandingkan (benchmarking)
 Mengganti intuisi dengan fakta

Wettstein, T., Kueng, P., A Maturity Model for Performance Measurement Systems, at www.measure.ch/docs/wetkue2002.pdf
SPM
Standar Pelayanan Minimal
 Menurut Permendagri No 6/2007: Ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal
 Menurut Permenkes No 741/2008 : Tolok ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang diselenggarakah Daerah
Kabupaten/Kota
 Menurut Permenkes No 129/2008: juga merupakan
spesifikasi teknis ttg tolok ukur pelayanan minimum
yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat
Ruang lingkup penyusunan dan penetapan SPM oleh
Menteri/Lembaga Pemerintah Non-Departemen
meliputi:

 jenis pelayanan dasar;


 indikator dan nilai SPM;
 batas waktu pencapaian SPM; dan
 pengorganisasian penyelenggaraan SPM.
Acuan dalam Penentuan nilai SPM

 Penentuan nilai SPM mempertimbangkan :


 Konsensus nasional
 Standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai dalam bidang pelayanan yang
disediakan, dan dengan melihat kemampuan yang ada akan ditingkatkan nilainya
menjadi berapa.
 pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan yang telah terbukti
dapat menghasilkan mutu pelayanan yang hendak dicapai,
 serta keterkaitannya dengan SPM dalam suatu bidang pelayanan yang sama
dan dengan SPM dalam bidang pelayanan yang lain;
 Kemampuan/ketersediaan anggaran yang dialokasikan ke puskesmas
 Kemampuan struktur yang dimiliki: SDM, bangunan fisik, peralatan, dsb
 Variasi kondisi daerah, termasuk kondisi geografisnya.
Batas waktu pencapaian SPM
 Batas waktu pencapaian SPM adalah kurun waktu
yang ditentukan untuk mencapai SPM secara nasional.
 Dalam menentukan batas waktu pencapaian SPM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan:
 status jenis pelayanan dasar yang bersangkutan pada saat
ditetapkan;
 sasaran dan tingkat pelayanan dasar yang hendak dicapai;
 variasi daerah: faktor komunikasi, demografi dan geografi
daerah;
 kemampuan, potensi, serta prioritas nasional dan daerah.
Prinsip dalam menyusun dan
menetapkan SPM
 konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen
atau unit-unit kerja yang ada pada departemen/Lembaga Pemerintah
Non-Departemen yang bersangkutan;
 sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami;
 nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau
prosedur teknis;
 terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa;
 terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan
masyarakat;
 terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan
dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana
yang tersedia;
 akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada publik; dan
 bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan
kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil dalam pencapaian
SPM.
Pengertian
INDIKATOR
NILAI
BATAS WAKTU
INDIKATOR
 Adalah variabel ukuran atau tolok ukur untuk
mengetahui adanya
perubahan/penyimpangan yang dikaitkan
dengan target/standar/nilai yang telah
ditentukan
 Indikator harus sensitif dan spesifik
 Indikator biasanya digunakan dalam
mengukur keberhasilan kinerja seseorang atau
kelompok atau organisasi tertentu
 Indikator dapat mengukur kinerja misi,
sasaran, program dan kegiatan
Jenis Jenis Indikator

INPUT
Berkaitan dengan Man, Money, Material, Methode, manajemen
misalnya jumlah dokter yang melayani, bahan habis pakai yang
digunakan,, metode pelayanan dll

PROSES
Berkaitan dengan proses apa yang dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu baik barang maupun jasa. Misalnya cara
memberikan pelayanan, cara membuat barang dll.

OUTPUT
Adalah sesuatu yang dihasilkan bisa dalam bentuk barang
ataupun selesainya pekerjaan jasa. Misalnya jumlah pasien
yang dioperasi, jumlah pelayanan rawat jalan

OUTCOME
Adaklah ukuran sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan. Atau
konsumen. Bisanya merupakan persepsi pelanggan terhadap
pemanfaatan layanan

BENEFIT
Adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun bagi
pemberi pelayanan

IMPACT
Adalah ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan
biasanya jangka panjang
Cara menetapkan threshold (nilai)
(Katz & Green, 1997)
 Sentinel event (kejadian luar biasa, a serious, undesirable, and
often avoidable process or outcome) indicator: target = 0,
misalnya pembedahan pada sisi yang salah
 Rate based indicator:
 Kumpulkan data untuk periode waktu tertentu
 Hitung mean dan standard deviasi
 Tetapkan simpangan yang bisa diterima
 Ingat rate-based indicator tidak pernah 100 %
 Rujukan (referensi) sebagai konsensus nasional atau konsensus
profesi
 Jika rate based indicator belum dapat ditentukan, dapat
ditetapkan threshold secara konsensus pada tahun pertama.
 Adakalanya threshold tidak dapat ditetapkan, penilaian terhadap
indikator berdasarkan trend naik atau turun.
Contoh indikator SPM
untuk IGD
Di Puskesmas
Kriteria Indikator Nilai
INPUT Ketersediaan tenaga dokter yang telah ≥ 80 %
ATLS/ACLS
Ketersediaan perawat yang telah PPGD ≥ 80 %

Ketersediaan SOP IGD 100 %


PROSES Ketepatan response time ≤ 5 menit ≥90 %

Compliance rate terhadap triase ≥90 %

Ketepatan keputusan rujukan ≥ 90 %

OUTPUT Tidak terjadinya kematian di IGD 100 %


Puskesmas
Tidak adanya kesalahan tujuan rujukan 100 %

OUTCOME Kepuasan pelanggan ≥ 80 %


Contoh indikator SPM
untuk kesehatan ibu
dan anak
No Jenis Kriteria Indikator Nilai Batas
Pelayanan Waktu
1 KIA Input Ketersediaan tenaga bidan ≥80 % 2 tahun
yang sesuai kompetensi
Ketersediaan tenaga bidan ≥80 % 2 tahun
yang sudah pelatihan APN
Proses Compliance rate APN ≥80 % 1 tahun

Penggunaan partograf ≥80 % 1 tahun

Tidak terjadinya kesalahan 100 % 1 tahun


tertukarnya bayi
Ketepatan keputusan ≥80 % 1 tahun
rujukan
Output K4 ≥90 % 2 tahun
Pertolongan nakes ≥80 % 2 tahun
Outcome Kepuasan pasien ≥80 % 1 tahun
Langkah penyusunan
SPM/indikator kinerja
 Bentuk tim penyusun indikator kinerja
 Minilokakarya sosialisasi indikator kinerja
 Bentuk tim kecil sesuai dengan unit/jenis pelayanan
 Tim kecil menyusun bersama dengan unit pelayanan untuk jenis
pelayanan dimaksud
 Minilokakarya membahas hasil tim kecil
 Revisi oleh tim kecil
 Finalisasi indikator kinerja
 Penilaian kinerja dengan indikator kinerja yang disusun
 Penyiapan hasil penilaian kinerja untuk penyusunan PTP atau
untuk rencana perbaikan di masing-masing unit pelayanan
Format SPM

No Jenis Indikator Nilai Batas waktu Penang- Keterangan


pelayanan/ pencapaian gung
upaya jawab
Format rincian tiap
indikator SPM
Rincian indikator
Indikator Diisi dengan nama indikator

Definisi Diisi dengan pengertian-pengertian yang perlu dijelaskan


operasional

Pembilang Diisi dengan pembilang dari indikator yang disusun

Penyebut Diisi dengan pembagi dari indikator yang disusun

Nilai yang akan Diisi dengan nilai yang akan dicapai berdasar konsensus nasional,
dicapai penghitungan dari data yang ada, atau konsensus lokal

Sumber data Diisi dengan sumber data baik pembilang maupun penyebut
Daftar bacaan
Bapelkes Gombong (2000), Laporan Evaluasi Pasca Pelatihan Jaminan Mutu, Gombong.
Katz, J.M., Green, E.,(1997) Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance
Management in Health Care, 2nd ed, Mosby, St Louis: 24-32
Meisenheimer, C.G., (1997) Improving Quality: A guide to Effective Programs, 2nd ed, Aspen,
Maryland:33-44.
Mohr, J.J., Batalden, P.B., (2002), Improving Safety on the front lines: the role of clinical
microsystems, Qual Saf Health Care: 11:45-50.
Morris, A.H., Decision support and safety of clinical environment, Qual Saf Health Care. 11:69-
75.
Moss, F., Barach, P., (2002), Quality and Safety in Health Care: a time of transition,
Qual Saf Health Care, 11:1.
NHMRC (National Health and Medical Research Council), 1998, A guide to development,
implementation, and evaluation of clinical practice guidelines, Canberra.
Pusdiklat DepKes RI, (1996) Modul Pelatihan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas, Jakarta
Reason, J., Combating omission errors through task analysis and good reminders,
Qual Saf Health Care, 11:40-44.
Schroeder, P., (1994), Improving Quality and Performance: Concepts, Programs, and
Technioques, Mosby, St Louis: 9-11
Swage, T., (2000), Clinical Governance in Health Care Practice, Butterworth Heinemann,
Oxford: 197.
WHO, Division of Strengthening of Health Services District Health System, The Contemporary
use of Standards in Health Care, 1993.

You might also like