You are on page 1of 119

SISTEM

REPRODUKSI WANITA

1 Prof.Dr.Hj Qomariyah RS MS PKK DK


AIFM
“Dan apabila
hamba-hambaKu bertanya
kepadamu tentang Aku,
maka sesungguhnya Aku dekat,
Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa
apabila ia berdoa kepadaKu.”
[QS. Al-Baqarah: 186]
SISTEM REPRODUKSI WANITA
Sistem reproduksi wanita terdiri
dari alat genitalia eskterna dan
interna. Ovarium, seperti juga
testis, mempunyai fungsi
menghasilkan hormon (estrogen
dan progesteron) dan fungsi
reproduksi yaitu menghasilkan
telur.
4
Dengan tidak adanya testosteron,
maka sistem reproduksi seorang
janin akan berkembang kearah
wanita. Mulai minggu ke-3
kehidupan janin, oogonium akan
berkembang menjadi oogonia.
Pada minggu ke 8-13, oogonia
akan berkembang menjadi oosit
primer dan akan menetap sampai
5
pubertas
Pada waktu lahir, bayi wanita
mengandung 1 juta folikel ovarium
dan tidak dibentuk yang baru lagi.
Setiap bulan setelah pubertas,
seorang wanita akan
mengeluarkan 1 telur. Kira-kira
hanya 400 telur yang akan
dikeluarkan sampai akhir
hidupnya
6
FUNGSI ENDOKRIN OVARIUM
Ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron. Estrogen dihasilkan di
sel-sel granulosa folikel, sel theca
interna dan sel-sel lutein corpus
luteum. Jaringan stroma ovarium juga
dapat menghasilkan androgen dan
estrogen. Sel-sel granulosa hanya
dapat membuat estradiol dari
7
androgen.
Sel-sel theca interna mengandung
banyak reseptor LH, dan LH melalui
AMP siklik akan merangsang
konversi kolesterol menjadi
androstenedion. Sebagian dari
androstenedion akan konversi
menjadi estradiol dan masuk ke
sirkulasi darah. Sel-sel theca interna
juga akan menyalurkan
androstenedion yang dibentuknya ke
8 sel-sel granulosa.
Di sini androstenedion akan
diaromatisasikan menjadi estradiol.
Sel-sel granulosa mengandung
banyak reseptor FSH akan
merangsang sekresi estradiol yakni
dengan merangsang aromatisasi.
Progesteron dibentuk sebagai hasil
antara (lihat bagan 7). Progesteron
juga dibuat di sel-sel Lutein ovarium.
9
Estrogen dan pregesteron pada
kehamilan dihasilkan oleh plasenta.
FUNGSI ENDOKRIN OVARIUM

10
FUNGSI ENDOKRIN OVARIUM

Hampir seluruh estrogen plasma


berasal dari ovarium dan terdapat
2 puncak sekresi, yakni sesaat sebelum
ovulasi dan pada fase midluteal.
Setelah menopause sekresi estrogen
sangat menurun dan mencapai kadar
yang sangat rendah.
11
SIKLUS OVARIUM

Sebelum lahir oosit primer


dikelilingi oleh satu lapis sel
granulosa.

Folikel primordial pada masa


kanak-kanak tidak berkembang,
ovarium tidak aktif sebab hormon
12
gonadotropin tidak disekresi oleh
hipofisis anterior.
SIKLUS OVARIUM

Folikel primordial akan


berkembang menjadi folikel
primer, perkembangan ini dapat
terjadi dibawah pengaruh atau
tanpa pengaruh FSH dan LH.

Setelah pubertas, usia 8 tahun


sekresi hipofisis anterior
13 meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 11-15
tahun (tiap awal siklus),
Ovarium mengalami 2 fase :

Fase folikuler
Fase ini ditandai dengan folikel yang
matur.

Fase luteal
Fase ini ditandai dengan
dibentuknya korpus luteum
14
KORELASI ANTARA KADAR HORMON,
SIKLUS OVARIUM DAN PERUBAHAN
UTERUS
Pada fase folikel disekresi estrogen
dibawah pengaruh FSH dan LH.
Kadar estrogen yang rendah tapi terus
meningkat akan menyebabkan umpan
balik negatif terhadap hipofisis
anterior dan hipotalamus sehingga
15 menghambat sekresi FSH.
FSH menurun selama bagian akhir
fase folikuler dan menekan LH,
tetapi tidak seluruhnya sehingga
sekresi LH meningkat terus selama
fase folikuler. Bila kadar estrogen
sudah mencapai puncak, merangsang
sekresi LH dan FSH pada
pertengahan siklus (umpan balik
positif).
16
Kira-kira 18 jam sebelum ovulasi
kadar LH meningkat 6 – 10 kali lipat
dan FSH meningkat 2 kali lipat.
Konsentrasi estrogen plasma yang
tinggi bekerja langsung pada
hipotalamus untuk meningkatkan
frekwensi GnRH sehingga sekresi
FSH dan LH meningkat.
17
Pada awal fase folikel terdapat
banyak pembuluh darah pada
endometrium uterum dan pada
akhir fase folikuler peningkatan
progesteron dan estrogen
membentuk lingkungan yang baik
untuk implantasi (fase sekresi).

18
Peningkatan kadar LH menyebabkan 4 perubahan
dalam folikel
1. Penghentian pembentukan estrogen oleh
sel folikel, sel granulosa mulai
memproduksi progesteron.
2. Perkembangan folikel.
3. Merangsang produksi prostaglandin
lokal, untuk merangsang ovulasi dengan
merusak diding folikel.
4. Terjadi deferensiasi sel folikel menjadi
19 sel luteal.
LH menginduksi perubahan
marfologi sel granulose dan sel
theka menjadi sel luteal.
Pembentukan korpus luteum
selesai ± 5 hari setelah ovulasi
dan umur korpus luteum kira-kira
12-15 hari. Dibawah pengaruh LH
korpus luteum menghasilkan
20
estrogen dan progesteron.
Plasma progesteron meningkat pada
awal fase luteal. Pada folikuler
tidak dibentuk progesteron, oleh
karena itu fase folikuler
didominasi oleh estrogen dan
fase luteal oleh progesteron.
Progensteron menghambat LH
dan FSH sehingga kadarnya
21
terus menurun.
Selama fase luteal korpus luteum
berdegenerasi ± setelah 2
minggu jika tidak terjadi
pembuahan. Bila korpus luteum
berdegenerasi progesteron dan
estrogen dengan nyata
menghilangkan hambatan
terhadap FSH dan LH sehingga
kadar kedua hormon ini
22
meningkat lagi, merangsang
pembentukan folikel kembali.
Pada fase luteal tidak disekresi
inhibin. Penurunan estrogen dan
progesteron menyebabkan
menstruasi.

23
Siklus menstruasi di
endometrium terdiri dari 3 fase :

Fase menstruasi.
Fase proliferatif.
Fase sekresi.
.
24
FASE MENSTRUASI
Menstruasi umumnya berlangsung
selama 3-5 hari (yang terpendek 1 hari
dan yang terpanjang 8 hari) pada
seseorang dengan siklus 28 hari.
Penurunan hormon estrogen dan
progesteron merangsang pengeluaran
prostaglandin uterus dan mencapai
puncaknya pada saat menstruasi.
25
Prostaglandin menyebabkan spasme
pembuluh darah endometrium, pnrnan aliran
darah shgg jaringan yg diperdarahi mjd
nekrosis. Disamping itu dgn menurunnya
estrogen dan progesteron dilepaskan
enzim lisosom yg melisiskan jaringan serta
kontraksi uterus yg ritmik dan ringan dari
miometrium dibwh pengaruh prostaglandin,
maka lapisan endometrium yg mati akan
terlepas bersama darah.
26
Darah menstruasi dilepaskan ke
rongga uterus dan dikeluarkan
melalui vagina. Selama menstruasi
dikeluarkan darah kira-kira 30 ml
(spotting sampai 80 ml). pada keadaan
normal darah menstruasi tidak beku
oleh karena fibrinolisis dikeluarkan
bersama jaringan yang fibrotik.

27
Pada darah dan jaringan
emdometrium yang rusak dijumpai
sejumlah leukosit untuk pertahanan
endometrium yang terbuka terhadap
infeksi. Bila kadar prostaglandin
berlebihan, kontraksi uterus
meningkat menimbulkan
“dysmenorrhea”.

28
Faktor psikis dapat menyebabkan
gangguan/ketidakteraturan siklus
seksual wanita.

29
FASE PROLIFERATIF
Sesudah menstruasi berhenti,
hanya tinggal satu lapis tipis
stroma endometrium. Dibawah
pengaruh estrogen terjadi
perangsangan proliferasi epitel,
kelenjar dan pembuluh darah di
endometrium yang berlangsung
dengan cepat. Waktu ovulasi
30
tebal endometrium ± 3-4 mm.
Pada fase ini kelenjar serviks
mensekresi mukus yang encer
seperti benang-benang
membentuk saluran untuk
mengarahkan sperma masuk ke
uterus. Fase proliferatif
berlangsung ± 14 hari (dari akhir
menstruasi pertama sampai
terjadi ovulasi).
31
FASE SEKRESI
Setelah ovulasi akan terbentuk
korpus luteum yang mensekresi
sejumlah estrogen dan
progesteron. Progesteron
merangsang perkembangan
sekretorik endometrium, kelenjar
berkelok-kelok dan pertumbuhan
pembuluh darah endometrium.
32
Kelenjar endometrium
mensekresi glikogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan
awal embrio. 3-4 hari sebelum
menstruasi estrogen dan
progesteron menurun dengan
mendadak sehingga terjadi
menstruasi

33
Fase sekresi berlangsung kira-
kira 14 hari yaitu dari ovulasi
sampai menstruasi berikutnya.
Fase sekretorik lamanya selalu
tetap (14 hari), jika siklus
menstruasi berubah, yang
berubah adalah fase proliferatif.

34
FUNGSI ESTROGEN
Fungsi utama yaitu merangsang
proliferasi sel dan pertumbuhan
jaringan organ kelamin dan
jaringan organ lain yang
berhubungan dengan organ
reproduksi. Pada masa kanak-
kanak estrogen disekresi sedikit,
pada pubertas sekresi meningkat
35 sampai 20 kali lipat dibawah
pengaruh hipofisis anterior.
EFEK ESTROGEN
1. Pertumbuhan uterus, vagina,
tuba Falopii, labium mayora
dan lanbium minora
menyerupai dewasa.
2. Pembentukan epitel vagina
dari tipe kuboid menjadi epitel
bertingkat yang lebih tahan
terhadap infeksi dan trauma.
36 3. Kelenjar berproliferasi untuk
memberikan nutrisi kepada
ovum dan uterus.
EFEK ESTROGEN
4. Pembuluh darah dan sel epitel
bersilia yang mengelilingi tuba
Falopii bertambah banyak,
bergerak kearah uterus untuk
mendorong ovum.
5. Pada payudara, pertumbuhan
jaringan stroma,
perkembangan sistem duktus
37 dan penambahan deposit
lemak meningkat.
EFEK ESTROGEN
6. Aktivitas osteoblas meningkat
pada tulang rangka, sehingga
laju pertumbuhan waktu
pubertas meningkat beberapa
tahun, pada wanita lebih cepat
berhenti.
7. Merangsang proliferasi sel
granulosa dan pematangan
38 folikel.
EFEK ESTROGEN
8. Pematangan telur.
9. Meningkatkan transport
sperma dengan merangsang
kontraksi uterus kearah atas
dan kontraksi tuba Falopii.
10.Merangsang pertumbuhan
endometrium dan miometrium.

39
EFEK ESTROGEN
11.Merangsang sintesis reseptor
progesteron di endometrium
dan reseptor oksitosin di
miometrium pada kehamilan.
12.Mengontrol sekresi GnRH dan
gonadotropin.
13.Menghambat aksi prolaktin
terhadap sekresi ASI selama
40 kehamilan.
EFEK ESTROGEN
14. Protein total tubuh meningkat,
terjadi keseimbangan nitrogen
tubuh.
15. Deposisi lemak pada subkutan,
payudara dan bokong.
16. Kulit jadi lembut dan halus akibat
peningkatan androgen adrenal,
jumlah keringat meningkat sehingga
timbul akne.
41
17. Retensi air dan natrium di tubulus
ginjal, tetapi jumlahnya kecil.
EFEK
FUNGSI
ESTROGEN
PROGESTERON

1. Merangsang sekretorik pada


endometrium selama setengah
akhir siklus seksual wanita dan
menyiapkan lingkungan yang baik
untuk memberi makan
embrio/fetus yang tumbuh.
2. Merangsang pembentukan mukus
serviks yang kental.
42
3. Menghambat sekresi GnRH dan
gonadotropin.
EFEK
FUNGSI
ESTROGEN
PROGESTERON

4. Merangsang perkembangan
alveolus dan lobuler kelenjar
mammae.
5. Pada tuba Falopii meningkatkan
sekresi untuk nutrisi dari ovum
yang dibuahi.
6. Menghambat aksi prolaktin
terhadap pengeluaran ASI selama
43 kehamilan.
EFEK
FUNGSI
ESTROGEN
PROGESTERON

7. Menghambat kontraksi uterus


selama kehamilan
8. Katabolisme protein yang dialirkan
ke janin.

44
EFEK ESTROGEN
PUBERTAS

Pada usia 8 tahun telah mulai terjadi


kehidupan seksual dan mencapai
puncaknya pada 11-16 tahun. Pada
anak-anak sekresi GnRH, estrogen
dan gonadotropin rendah.
Pubertas dimulai oleh karena
adanya perubahan sensitivitas
hipotalamus terhadap umpan balik
45
negatif estrogen.
EFEK ESTROGEN
PUBERTAS

Akibatnya sekresi GnRH meningkat


demikian juga FSH, LH dan
estrogen. Menarche adalah
menstruasi pertama, biasanya pada
usia 12 tahun, bergantung kepada
beberapa faktor antara lain terutama
jumlah lemak dalam tubuh (body
fat).
46
EFEK
KELAINAN
ESTROGEN
FUNGSI OVARIUM

A. Pubertas prekoksia
a. Pubertas prekoksia sejati
Disebabkan oleh tumor/lesi di
hipotalamus yang menyebabkan
kematangan perkembangan seks sebelum
usia pubertas yang normal. Seks
sekunder adalah wanita. Ovulasi dapat
terjadi pada usia 5½ tahun dan dapat
47 melahirkan bayi sehat dengan sectio
caesaria.
Pubertas prekoksia
b. Pubertas prekoksia tidak sejati
Disebabkan oleh tumor ovarium, tidak
ada stimulasi dari gonadotropin hipofisis
anterior. Estrogen berasal dari kelenjar
adrenal. Di sini tidak terjadi ovulasi.
Tumor ovarium bila menghasilkan
androgen terjadi maskulinisasi, bila
menghasilkan estrogen terjadi
perkembangan seks lebih awal.
48
EFEK
KELAINAN
ESTROGEN
FUNGSI OVARIUM

B. Kelainan menstruasi
1. Siklus anovulatoir (menstruasi
tanpa ovulasi)
Normal dapat terjadi 1-2 tahun
sesudah menarche atau
menjelang menopause. Pada
keadaan patologis disebabkan
oleh kelainan hormonal.
49
2. Amenorrhea

 Amenorrhea primer yaitu belum


pernah menstruasi walau sudah
waktunya, biasanya disertai
dengan tanda seks sekunder
tidak berkembang.

50
 Amenorrhea sekunder, pernah
menstruasi kemudian berhenti.
Normal bila terjadi kehamilan,
atau bila mengalami stress.
Patologis bila terjadi kelainan
ovarium, penyakit sistemik,
gangguan hipotalamus/hipofisis
51
anterior.
3. Oligomenorrhea yaitu menstruasi
dengan perdarahan sedikit.
4. Menorrhagia (hipermenorea) yaitu
menstruasi dengan perdarahan
banyak.
5. Metrorrghagia, pendarahan
diantara saat-saat menstruasi.
52
6. Dysmenorrhea yaitu nyeri hebat
diwaktu menstruasi.
C. Stein-eventhal Syndrome =
sindroma ovarium polikistik.
Pada keadaan ini kapsul ovarium
menebal, dengan kista-kista
folikuler yang biasanya terdapat
pada kedua ovarium. Tidak terjadi
ovulasi sehingga terjadi infertil dan
dijumpai amenorrhea,
53
maskulinisasi dan hirsutisme.
D. Kelainan sekresi ovarium
Hipogonadisme yaitu sekresi ovarium
menurun yang disebabkan karena
ovarium tidak terbentuk normal. Tidak
terjadi menstruasi selama beberapa
bulan atau amenorrhea.
Enuchisme yaitu keadaan dimana
ovarium tidak terbentuk sejak lahir,
organ seks infantil, pertumbuhan
54 tulang panjang berlebihan.
Menopouse/pengangkatan ovarium,
disini uterus dan vagina mengecil dan
epitel vagina menipis.
Hipersekresi ovarium. Kadar estrogen
meningkat sehingga menekan
hipofisis anterior, sekresinya
menurun. Endometrium menjadi
hipertrofi dan perdarahan tidak
teratur. Penyebab biasanya tumor sel
55 granulosa ovarium.
EFEK ESTROGEN
MENOPAUSE

Wanita usia 45-55 tahun siklus


menstruasi tidak teratur, tidak terjadi
ovulasi karena tidak cukup estrogen
untuk merangsang peningkatan LH.
Pada menopause ovarium mengalami
atrofi, tidak responsif terhadap
gonadotropin
56
Penurunan estrogen menyebabkan
hambatan umpan balik terhadap LH
dan FSH sehingga sekresi LH dan
FSH meningkat.
Rasa panas/hangat yang menjalar
dari dada sampai wajah (hot flushes),
berkeringat malam hari sehingga
menimbulkan rasa letih di pagi hari.

57
 Psikis (gelisah, cemas) bila
hebat diberi estrogen dan
psikoterapi.
 Dorongan seks tidak berkurang,
mungkin meningkat.

58
AKSI SEKSUAL PADA WANITA

Rangsang seksual dapat disebabkan


oleh rangsangan fisik pada daerah
perineum, introitus vagina dan klitoris
atau rangsangan psikis misalnya
fikiran/melihat gambar erotis.
Rangsangan akan melalui
N.pudendus yang dihantarkan ke
sakral.
59
Dari sakral ke serebrum atau melalui
parasimpatis bilateral akan
merangsang sekresi kelenjar bartolini.
Mukus bagian depan introitus vagina
dari mukus epitel vagina. Bila
rangsangan mencapai klimaks akan
timbul reflek :
Kontraksi otot perineal yang ritmik.

60
Gerakan uterus dan tuba Falopii
meningkat, agar sperma mudah
mencapai ovum.
Kanalis servikalis mjd lebar selama
1½ jam, agar sperma mdh masuk.
Ketegangan otot tbh meningkat,
mencapai kepuasan. Stlh beberapa
menit tjd relaksasi dan resolusi
(orgasmus = klimaks pada wanita, pd
61 pria disbt ejakulasi).
MASA SUBUR

Umur ovum ± 24 jam, sperma dapat


tahan dalam saluran reproduksi
selama 72 jam. Bila ingin hamil, maka
hubungan seksual dilakukan 1 hari
sebelum, saat ovulasi dan 1 hari
sesudah ovulasi.

62
KEHAMILAN

Hanya satu sperma yang dapat


membuahi ovum. Pembuahan terjadi
di 1/3 luar (lateral) tuba Falopii,
setelah ovum dibuahi akan
membentuk dinding yang dapat
ditembus sperma lain. Zigot (ovum
yang telah dibuahi) akan bergerak ke
uterus.
63
Zigot berada di ampula ± 1-3 hari,
sambil terjadi mitosis dan terbentuk
morula yang kemudian didorong ke
uterus. 4-3 hari setelah ovulasi,
korpus luteum mensekresi
progesteron merelaksasikan tuba
sehingga morula dengan cepat
didorong ke uterus.

64
Fertilisasi harus terjadi dalam waktu
24 jam setelah ovulasi, sedangkan
sperma dapat hidup 53-72 jam
setelah diejakulasikan ke dalam
vagina.

65
Zygote berada di ampula kira-kira 1-3
hari, sambil terjadi mitosis dan
terbentuk morula 3-4 hari setelah
ovulasi korpus luteum sudah cukup
mensekresikan progesteron yang
dapat merelaksasikan tuba sehingga
morula dengan cepat didorong ke
dalam uterus oleh gelombang
peristaltik tuba.
66
Nidasi terjadi pada hari ke 6-7
sesudah ovulasi dan pada saat itu
endometrium sudah siap untuk
terjadinya implantasi dan waktu itu
morula sudah berproliferasi dan
berdegenerasi menjadi blastosit.

67
Nidasi di mulai saat sel trofoblas dari
blastosit mengeluarkan enzim
proteolitik dan mencerna
endometrium tempat blastosit melekat
sehingga memberi jalan untuk taju-
taju jaringan trofoblas menembus
endometrium.

68
Sel endometrium yang berhubungan
dengan trofoblas akan berubah
menjadi sel desidua dan kaya dengan
makanan. Blastosit akan tenggelam
dalam sel desidua dan sel trofoblas
terus mencerna sel desidua
sekitarnya untuk menyediakan
makanan bagi embrio sampai
trofoblas terbentuk.
69
Pada hari ke-12 lapisan trofoblas
terdiri dari 2 lapisan sel yang tebal
yang disebut korion. Korion
mengeluarkan enzim dan terus
melakukan ekspansi dan akan
terbentuk rongga dalam desidua.
Rongga akan terisi darah ibu yang
juga tidak membeku oleh karena
adanya antikoagulans yang disekresi
70 oleh korion.
Taju-taju korion akan masuk kedalam
rongga yang berisi darah ibu tersebut
dan dalam perkembangan
selanjutnya akan menjadi vili-vili
plasenta yang kaya dengan jaringan
kapiler.

71
Plasenta terbentuk dengan baik pada
minggu ke-5 setelah implantasi dan
pada saat ini jantung bayi juga sudah
berkembang dan memompakan
darah ke dalam plasenta. Selama
kehamilan plasenta berfungsi sebagai
sistem pencernaan, sistem respirasi
dan ginjal bagi janin.

72
Zat nutrisi dan O² dari darah ibu
berdifusi melalui barier plasenta yang
masuk ke sirkulasi janin, sedang CO²
dan zat-zat sampah dari janin
ditransfer ke darah ibu.

73
Beberapa zat dapat menembus
barrier plasenta dengan sistem
transpor khusus dan ada yang dapat
berdifusi secara sederhana.
Beberapa zat kimia seperti aspirin,
alkohol, zat terdapat dalam asap
rokok dan mungkin juga
organisme/virus seperti virus AIDS
dapat menembus barrier plasenta.
74
Plasenta berfungsi sebagai barrier
untuk menjaga embrio dari reaksi
penolakan ibu secara imunologik.
Embrio walau bagaimanapun
dianggap sebagai benda asing, oleh
karena secara genetik mengandung
faktor dari orang lain (ayah). Selain itu
plasenta juga berfungsi sebagai
organ endokrin.
75
ENDOKRINOLOGI KEHAMILAN

Saat terjadi kehamilan, HCG (Human


Chorionic Gonadotropin) akan
mempertahankan korpus luteum
sampai ± 10 minggu karena LH yang
mempertahankan korpus luteum pada
fase luteal ditekan oleh peningkatan
progesteron (umpan balik negatif).
76
Plasenta pada awalnya belum dapat
mensekresi estrogen dan progesteron
karena tidak mempunyai enzim yang
lengkap.

77
78
Setelah 8 minggu kehamilan, fungsi
korpus luteum menurun, tetapi akan
tetap dipertahankan selama
kehamilan disebut “Corpus Luteum of
Pregnancy”. Sekresi HCG menurun
setelah mencapai puncaknya pada
hari ke-60 kehamilan, tetapi estrogen
dan progesteron meningkat sampai
waktu mendekati kelahiran.
79
HCG dapat dideteksi pada urin wanita
hamil dan akan memberikan hasil
positif setelah 2 minggu amenore.
Plasenta menghasilkan estrogen,
progesteron dan human chorionic
somatomamotropin.
Morning sickness dapat terjadi pada
ibu hamil muda karena peningkatan
HCG yang merangsang
chemoreceptor trigger zone.
80
HORMON PADA KEHAMILAN
Pada kehamilan ditemukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Sekresi hipofisis anterior meningkat,
prolaktin dan ACTH meningkat,
tetapi sekresi LH dan FSH menurun
oleh karena hambatan dari estrogen
dan progesteron.
2. Korteks adrenal, sekresi aldosteron
81
dan kortisol meningkat.
3. Plasenta, mensekresi estrogen,
progesteron dan HCG.
4. Neurohipofisis, sekresi vasopressin
meningkat.
5. Ginjal, sekresi renin meningkat.
6. Kelenjar tiroid, sekresi tiroksin
meningkat. Hormon tiroid
diperlukan mulai dari kehidupan
janin, setelah lahir kadarnya
meningkat sampai 6 tahun.
82
Setelah usia 6 tahun kadarnya
menurun dan berhenti (sangat
menurun) pada usia ± 20 tahun.
7. Paratiroid, sekresi parathormon
meningkat untuk mempertahankan
kadar calsium dalam cairan
esktraseluler dalam batas normal.

83
8. BMR meningkat, glukosa plasma
meningkat, glukoneogenesis,
mobilisasi lemak meningkat oleh
karena respons terhadap insulin
menurun oleh efek antagonis
insulin.

84
HORMON PLASENTA DAN
FUNGSINYA

1. Estrogen, merangsang
pertumbuhan dan kekuatan
uterus.
2. Progesteron
 Mencegah uterus tidak
berkontraksi pada waktu
kehamilan.
85
 Merangsang pembentukan
lobus alveoli kelenjar mammae.
 Mempersiapkan kelenjar
mammae untuk laktasi.
 Merangsang sintesis reseptor
oksitosin pada akhir kehamilan.
 Membentuk mukus serviks yang
kental untuk mencegah infeksi.

86
3. Human chorionic
somatomamotropin (HCS) =
laktogen plasenta
o Merangsang enzim untuk
pembentukan ASI.
o mengurangi utilisasi glukosa ibu,
sehingga lebih banyak glukosa
yang digunakan janin.
o Mempertahankan
87 keseimbangan protein.
3. Human chorionic
somatomamotropin (HCS) =
laktogen plasenta
o Merangsang enzim untuk
pembentukan ASI.
o mengurangi utilisasi glukosa ibu,
sehingga lebih banyak glukosa
yang digunakan janin.
o Mempertahankan
88 keseimbangan protein.
4. Relaksin, melemaskan serviks dan
ligamen uterus pada saat
melahirkan.

89
PERSALINAN

Kehamilan berlangsung ± 270 hari


(40 minggu) bila dihitung dari
pembuahan, atau 284 hari bila
dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir. Pada akhir kehamilan terjadi
penurunan rasio progesteron dan
estrogen dalam plasma, hal ini akan
merangsang sensitivitas miometrium
90
terhadap oksitosin yang selanjutnya
terhadap oksitosin yang selanjutnya
merangsang sekresi prostaglandin di
uterus sehingga kontraksi uterus
meningkat. Serviks pada akhir
kehamilan menjadi lembut dan
dilatasi karena pengaruh hormone
relaksin.

91
terhadap oksitosin yang selanjutnya
merangsang sekresi prostaglandin di
uterus sehingga kontraksi uterus
meningkat. Serviks pada akhir
kehamilan menjadi lembut dan
dilatasi karena pengaruh hormone
relaksin.

92
PERSALINAN

93
PENGARUH LAKTASI

1. Menghambat sekresi FSH dan LH


melalui GnRH yang menekan
siklus menstruasi.
2. Mencegah ovulasi.
3. Mencegah kehamilan.

94
KONTRASEPSI PADA WANITA
A. Menghambat transport sperma
ke ovum
1. Pantang berkala
Tdk mengadakan hbgn
seks 3 hr sblm dan 3 hari
sesudah ovulasi. Cara ini sering
gagal sebab antara lain lama
siklus menstruasi yg tdk
95 lengkap, shg perkiraan
ovulasi tdk tepat.
2. Zat kimia
Berupa spermicidal yaitu suatu
zat yang toksik terhadap
sperma yang berlangsung kira-
kira 1 jam (jelly atau cream).
3. Metode barier
Wanita memakai diafragma
yang menutupi serviks, alat ini
terus dipakai selama 6 jam
96 sesudah hubungan seks.
Diafragma sering dikombinasi
dengan spermicidal.
4. Tubektomi pada wanita, tuba
diikat kemudian dipotong.
5. “Coitus interruptus”
mengeluarkan penis dari vagina
sebelum ejakulasi.

97
KONTRASEPSI PADA WANITA

B. Mencegah ovulasi (Hormonal)

Dasar metode ini ialah menekan


sekresi gonadotropin yang
menghambat sekresi LH dan FSH
sehingga tidak terjadi pematangan
folikel.
98
1. Pil
Berisi estrogen dan progesteron,
cara kerja menekan ovulasi
Minipil, berisi progesteron dosis
kecil, tidak menekan ovulasi, tetapi
menyebabkan sekret serviks
menjadi kental dan menghambat
fase proliferasi endometrium.

99
2. Suntikan
Berisi progesteron dosis besar,
mencegah ovulasi. Dapat
diberikan tiap 3 atau 2 bulan.
3. Implantasi
Berisi derivat progesteron,
mencegah ovulasi. Susuk diganti
tiap 5 tahun.

100
KONTRASEPSI PADA WANITA

C. Alat kontrasepsi dalam rahim


(AKDR = IUD)

Cara kerja dengan merangsang


respon inflamasi lokal untuk
mencegah implantasi ovum yang
sudah dibuahi.
101
102
103
104
105
+ -
Hypothalamu
s
GnRH
+ +
-
Anterior pituitary

LH
+
Ovary
Corpus luteum

106
Moderate levels High levels of
of Estrogen progesteron
107
108
Ya Tuhanku,
Berilah kami kebaikan di Dunia
Dan Kebaikan di Akhirat,
Serta selamatkan kami
Dari Siksa Api Neraka.
( QS. Al-Baqarah : 201 )
119

You might also like