You are on page 1of 46

MUTHIA NANDA SARI

NIM : I1032141001
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
UCAPAN TERIMAKASIH
KEPADA :

1. Ramadhaniyati, M.Kep., Ners, Sp.Kep.An ( Pembimbing 1)


2. Desy Wulandari, S.Kep, Ns ( Pembimbing 2)
3. Sukarni,S.Kep, Ns.,M.Kep ( Penguji 1 )
4. Suhaimi Fauzan, S.Kep, Ns., M.Kep ( Penguji 2 )
JUDUL PENELITIAN :

“Pengaruh Senam Rematik Terhadap Perubahan Skor Nyeri


Sendi Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arhtritis Di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kelurahan Sungai Jawi Luar
Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak”
KRITERIA INKLUSI &
LATAR BELAKANG
EKSLUSI

RUMUSAN MASALAH KERANGKA KONSEP

TUJUAN & MANFAAT


DEFINISI OPERASIONAL
PENELITIAN

UJI VALIDITAS DAN


KERANGKA TEORI REABILITAS

METODOLOGI
INSTRUMEN PENELITIAN
PENELITIAN
POPULASI DAN PROSEDUR SENAM
SAMPEL REMATIK

BESARAN SAMPEL ANALISA DATA

WAKTU & TEMPAT ETIKA PENELITIAN


PENELITIAN
GAMBARAN UMUM Pengaruh Senam Rematik
PENELITIAN Sebelum dan Sesudah
Intervensi

Analisa Univariat

Implikasi
Keperawatan
Karakteristik
Responden

KESIMPULAN
Analisa Bivariat

Uji Normalitas Data DOKUMENTASI


LATAR BELAKANG

Antara tahun 2015 dan tahun 2050, proporsi dari penduduk


dengan status Lanjut Usia (lansia) diperkirakan dua kali lipat dari 12%
sampai menjadi 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di
duga dari 900 juta menjadi 2 milyar orang dengan usia 60 tahun
(World Health Organization, 2015).

Hasil dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada


tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara
dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014.

Meningkatnya jumlah penduduk lansia berdampak terhadap


meningkatnya permasalahan khusus yang terjadi pada lansia. Dampak
perubahan epidemologis penyakit pada lansia cenderung ke arah penyakit
degeneratif. Salah satu dari penyakit degeneratif. (Smeltzer & Bare, 2009).
LATAR BELAKANG

Diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah


penyakit sendi (52,3%), penyakit-penyakit sendi ini merupakan penyebab
utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat
Jenderal Departemen Kesehatan, 2008).
Salah satu penyakit sendi yang sering di derita pada lansia adalah
Rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi
kronis dan sistemik yang simetris, terutama menyerang sendi perifer dan
otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah disekitarnya yang
mengakibatkan kecacatan (Jaime L Stocklager, 2008)
Jumlah penderita Rheumatoid arthritis didunia saat ini telah
mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita
penyakit rheumatoid arthritis (WHO,2010). Pravalensi Rheumatoid
Artritis di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS,
2013) adalah 24,7%
LATAR BELAKANG

DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK


30,000

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

0
2014 2016 2017 ( JAN-AGT)

RHEUMATOID ARTHRITIS
LATAR BELAKANG

UPTD PUSKESMAS PERUMNAS 1


3500

3000
2.961 3.010
2.783
2500

2000
RHEUMATOID
1500 1.666 ARTHRITIS

1000

500

0
2014 2015 2016 2017
LATAR BELAKANG

Dalam mengurangi rasa nyeri sendi serta mencegah penyakit


rematik menjadi lebih parah, dapat digunakan metode gerak tubuh yang
dikenal dengan senam rematik (Nuhoni 2010).

Secara umum gerakan pada senam rematik dapat meningkatkan


kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobik,
keseimbangan, biomedik sendi dan rasa posisi sendi. Senam ini
konsentrasinya pada gerakan sendi dengan meregangkan ototnya dan
menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk
menopang tubuh. Dengan melakukan senam rematik diharapkan kualitas
hidup lansia meningkat sehingga lansia dapat melakukan Activity of Daily Living
(ADL) dengan maksimal dan tidak menjadi beban bagi orang lain (Candra,
2008).
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik


untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Senam
Rematik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Sendi Lansia
dengan Rheumatoid Artritis di Wilayah Kerja Puskesmasmas
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota
Pontianak “
TUJUAN PENELITIAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

Penelitian ini bertujuan untuk 1. Untuk mengetahui karakteristik


mengetahui bagaimana Pengaruh responden berupa (usia jenis
kelamin& pendidikan)
Senam Rematik Terhadap
2. Untuk mengetahui keefektifan
Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Senam Rematik sebagai penurunan
Pada Lansia Dengan Rheumatoid nyeri sendi Lansia dengan
Arhtritis Di Wilayah Kerja UPTD Rheumatoid.
Puskesmas Kelurahan Sungai Jawi 3. Untuk mengetahui skala nyeri
Luar Kecamatan Pontianak Barat sebelum di lakukan intervensi
senam rematik.
Kota Pontianak. 4. Untuk mengetahui skala nyeri
setelah dilakukan intervensi senam
rematik.
MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Lahan Penelitian 3. Bagi Peneliti


Hasil penelitian ini dapat memberikan Meningkatkan pengetahuan dan
kontribusi bagi Dinas Kesehatan Kota memberikan pengalaman penelitian
Pontianak dan Puskesmas setempat yang tentang pelayanan kesehatan
bisa dipakai sebagai salah satu bahan khususnya pada penyakit rheumatoid
pertimbangan dalam upaya peningkatan arthritis serta sebagai pembanding,
mutu pelayanan kesehatan bagi lansia.
pendukung dan pelengkap untuk
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sabagai masukan data untuk melakukan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
upaya-upaya dalam peningkatan Hasil penelitian ini dapat digunakan
pemberian pengetahuan kepada sebagai data dasar untuk melakukan
mahasiswa-mahasiswi dalam bidang penelitian lebih lanjut yang berkaitan
kesehatan khususnya tentang penyakit dengan reumathoid artritis pada
rematik pada lansia. lansia.
KERANGKA TEORI
LANSIA Penurunan fisiologis lansia :
•Sistem Integumen : DITELITI

•Sistem Muskuloskeletal
•Sistem Neurologis
: TIDAK DITELITI
•Sistem Pernapasan
•Sistem Gastrointestinal
•Sistem Genitourinaria
•Sistem Kardiovaskuler
•Sistem Sensori

NYERI SENDI (RHEUMATOID


FARMAKOLOGI
ARTRITIS)

NON FARMAKOLOGI A.Non opioid dan Obat


Anti Inflamasi Non –Steroid
(OAINS)
B. Analgesik narkotik atau Opioid
C. Obat tambahan (adjuvan) atau
koanalgesik
a.Relaksasi dan imajinasi
terpimpin
SENAM REMATIK
b.Latihan (Senam Rematik)
c.Distraksi
Perubahan Intensitas Nyeri Sendi
d.Stimulasi kutaneus.
e.Hipnotis

Sumber : (Potter&Perry ,2009) , (Damaiyanti&Siska, 2012), (pfizer,2008)


METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


menggunakan metode Pre-eksperimen. Metode ini diberikan
pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding
karena tidak adanya variabel kontrol (Sugiono ,2010:109).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah


one group pretest posttest design. Dalam desain ini, sebelum
diberikan perlakuan terlebih dahulu sampel diberi pretest
(tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi posttest
(tes akhir). Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai yaitu ingin mengetahui perubahan intensitas
nyeri sendi pada lansia dengan rheumatoid artritis setelah
diberikan senam rematik.
POPULASI DAN SAMPEL

POPULASI SAMPEL

Populasi adalah keseluruhan Dalam penelitian ini, teknik


subjek penelitian. Populasi sampling yang digunakan secara
Probability sampling (sampel
dalam penelitian ini adalah
acak/random). Pada Probability
setiap subjek yang memenuhi sampling peneliti melakukan
kriteria inklusi di wilayah kerja pengambilan sampel dilakukan
puskesmas UPTD Perumnas I secara random yang akan
Kelurahan Sungai Jawi Luar memberikan kesempatan peluang
Kecamatan Pontianak Barat yang sama kepada setiap individu
Kota Pontianak yang dalam populasi tersebut untuk
menjadi sampel penelitian, dengan
berjumlah 101 orang.
metode Simple Random Sampling
BESARAN SAMPEL
Menurut Nursalam (2017) Adapun pengambilan sample pada penelitian jika jumlah
populasi >1000 maka dapat menggunakan :
WAKTU DAN TEMPAT
PENELITIAN

TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas perumnas I di
kelurahan sungai jawi luar kecamatan pontianak barat kota
pontianak
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSLUSI

Kriteria Inklusi
1. Responden yang dapat berbahasa Indonesia
2. Dapat membaca dan menulis
3. Bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan
(informed consent).
4. Pasien yang terdiagnosis rheumatoid artritis.
5. Pasien berusia 60-74 tahun.
Kriteria Eksklusi
1. Pasien rheumatoid artritis yang memiliki komplikasi penyakit (stroke
& gangguan kejiwaan berat ).
2. Skala Nyeri (7- 10)
3. Penderita reumathoid arthritis dengan gejala inflamasi dan
deformitas
Kriteria Drop Out
1. Tidak mengikuti senam < 6 kali
KERANGKA KONSEP
DEFINISI OPERASIONAL
UJI VALIDITAS DAN
RELIABILITAS

Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Kanya Wati (2014)


mengenai hasil uji reliabilitas dengan menggunakan t-retest
didapatkan hasil r= 0,86 (r>0,70). Nilai r>0,70 pada pada uji
reliabilitas menunjukan bahwa NVPSR (Non Verbal Pain Scale
Revised ) merupakan instrumen yang reliable.
Dengan demikian pada penelitian ini tidak dilakukan uji
validitas dan reliabilitas kembali.
INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengukuran Observasi
Pengukuran observasi dilakukan melalui lembar
observasi.Penurunan rasa nyeri menggunakan lembar observasi
nyeri dengan NVPSR (Non Verbal Pain Scale Revised ).
intensitas nyeri numberik ( 0 – 10 ).

2. Alat tulis ( Kertas, Pulpen, Pensil dan lainya), Kursi, Matras


senam, Tape recorder,Rubber band
PROSEDUR SENAM
REMATIK

Sebelumnya peneliti melakukan persiapan tempat dan


alat untuk melakukan senam. Kemudian Peneliti melakukan
enam tahapan senam rematik ± 45 menit sebanyak enam kali
dalam dua minggu terhadap responden. Sebelum pelaksanaan
senam dilakukan penilaian skor nyeri dan akan kembali di catat
pada saat post test senam rematik di minggu terkahir.
Penilaian yang didapat dari pretest dan posttest kemudian
dibandingkan apakah terdapat perubahan intensitas nyeri pada
saat dilakukan pre test dan post test senam rematik.
ANALISA DATA

Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian
menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti.
Karakteristik responden yang dianalisis meliputi kelompok umur
dan jenis kelamin. Karakteristik nyeri sendi lansia dianalisis
meliputi skala nyeri sebelum dan sesudah senam rematik.
Analisa Bivariat
Setelah data-data tersebut ditabulasi, maka dilakukan interpretasi
terhadap data yang terkumpul dengan menggunakan
komputerisasi. Rumus statistik yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu uji Wilcoxon signed ranks.
ETIKA PENELITIAN

Telah lolos kaji etik No : 3893 /UN22.9/DL/2018


GAMBARAN UMUM
PENELITIAN

28 JUNI-
Pukul. 5.30
7 JULI 2018
80 LANSIA

PRETEST
SENAM POSTEST
(Hari
REMATIK (HARI-KE 6)
Pertama)
ANALISA UNIVARIAT

Analisa Univariat yang dilakukan terhadap data


karakteristik responden penelitian terdiri dari
karakteristik responden penelitian dan karakteristik
nyeri responden. Adapun karakteristik responden
dalam penelitian ini meliputi kelompok umur, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan responden.
Karakteristik nyeri sendi meliputi skala nyeri sendi
sebelum senam rematik dan skala nyeri sendi sesudah
senam rematik.
KARAKTERISTIK
RESPONDEN

karakteristik usia responden terbanyak pada kelompok perlakuan


adalah kelompok umur 60-65 tahun yang memiliki persentase
sebesar 63,8%
Pembahasan Umur

Dalam penelitian ini dapat membuktikan kebenaran teori yang menyatakan


bahwa rheumatoid artritis yang menyatakan bahwa nyeri sendi dapat
disesbabkan oleh proses degenaratif. Hasil ini didukung oleh Kemenkes
(2008), yang mengatakan bahwa usia adalah salah satu dari faktor resiko
rheumatoid artritis yang tidak dapat direkayasa. Teori Brunner &
Sudarth, 2013 menyatakan, usia 60 tahun terjadi kehilangan kekuatan otot
total sebesar 10-20% dari kekuatan yang dimiliki pada umur 30 tahunan.
Pemerosotan ini dimulai sekitar umur 40 tahun, dan semakin dipercepat di
tahun ke-60 usia seseorang. Penurunan kekuatan otot – otot pada tungkai
bawah dapat dilihat pada orangtua ketika sedang melakukan gerakan aktifitas
naik tangga (kesulitan dalam melakukannya), kekakuan tungkai pada saat
berlari-lari. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Pinggang, lutut
dan jari- jari pergelangan terbatas dan persendian membesar dan menjadi
kaku.
KARAKTERISTIK
RESPONDEN

tingkat pendidikan yang menjadi mayoritas yaitu SMP (Sekolah Menengah


Pertama) berjumlah 39 orang dengan persentase sebesar (48,8%).
PEMBAHASAN JENIS
KELAMIN

Jumlah reponden jenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan


dengan jumlah responden jenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan teori
Migliaccio dan Malavolta (2008), yang mengatakan Jenis
Kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya rheumatoid
artritis. Menurut teori Dugowson (2009), dalam penelitian Nugraha
(2017), wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
rheumatoid artritis. Laki-laki dan perempuan mempunyai kekuatan
atau kemampuan yang berbeda dalam menghadapi penyakit,
khususnya penyakit reumatoid artritis wanita 2–3 kali lipat menderita
reumatoid artritis dibanding laki-laki. Hasil distribusi data tentang
jenis kelamin lansia penderita reumatik di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo diketahui bahwa sebagian
besar berjenis kelamin perempuan (55,4%).
KARAKTERISTIK
RESPONDEN
PEMBAHASAN TINGKAT
PENDIDIKAN

Berdasarkan Nainggolan (2009), dengan tingkat


pendidikan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan sikap lansia dalam menerima dan
memahami tentang penyakit rheumatoid artritis. Responden
dengan pendidikan rendah mempunyai risiko rheumatoid
artritis dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi. Responden dengan
tingkat pendidikan menengah juga mempunyai risiko rematik
lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai
pendidikan tinggi. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
lebih baik tentu akan mempunyai pengetahuan yang lebih
baik dan dapat menyerap semua informasi untuk perbaikan
kualitas hidupnya .
KARAKTERISTIK
RESPONDEN
PEMBAHASAN SKOR NYERI SENDI
RESPONDEN SEBELUM DAN
SESUDAH SENAM REMATIK

Nyeri sendi yang di alami oleh mayoritas reponden terletak pada jari-jari tangan
sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Tobon G.J., P.Youinou, A. Saraux
(2010), bahwa reumathoid Artritis pada umumnya sering terjadi di persendian
tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung dalam waktu terus-menerus dan
semakin lama gejala keluhannya akan semakin berat. Selain nyeri sendi, lansia juga
mengatakan pada pagi hari mengalami kaku pada sendi yang bertambah pada saat
pagi hari, penemuan ini diperkuat oleh manifestasi klinis yang ditentukan oleh I
Nyoman Suarjana (2015), untuk rheumatoid arthritis klien dapat merasakan
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Sesudah dilakukan senam
rematik, hasil pengukuran skor nyeri sendi posttest sebanyak 51 orang dengan
persentase (64,0%) mengalami nyeri ringan dengan rentang (1-3) dan sebanyak 29
orang dengan persentase (36%) yang tidak merasakan nyeri lagi. Berdasarkan hasil
analisa data didapati perubahan skala nyeri sendi berupa penurunan skala nyeri.
Adapun hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ridhyalla
Afnuhazi tahun 2018. Hasil penelitian univariat didapatkan hasil tentang pelaksanaan
senam rematik sebanyak 16 orang responden bahwa rerata nyeri pada pretest adalah
4.27 dan pada posttest 3.05.
Analisa Bivariat

Hasil analisa bivariat terdiri dari uji normalitas dan uji


wilcoxon untuk menganalisis pengaruh senam rematik
terhadap perubahan skor nyeri sendi lanjut usia
dengan rheumatoid artritis.
UJI NORMALITAS

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai sig yang sama untuk skala
nyeri pretest dan posttest yaitu 0.000. keseluruhan nilai signifikasi pada
masing-masing data menunjukan hasil dengan nilai signifikansi atau p
value <0,05 yang berarti data tidak nornal. Distribusi data yang tidak
normal tersebut menunjukan bahwa uji analisa data yang dapat
digunakan untuk menganalisis perubahan antara skor nyeri pretest
posttest menggunakan wilcoxon.
PENGARUH SENAM REMATIK
SEBELUM DAN SESUDAH
INTERVENSI
PENGARUH SENAM REMATIK
SEBELUM DAN SESUDAH
INTERVENSI

Berdasarkan di atas hasil uji hipotesis diperoleh p value pada


pretest adalah 0,000 dan pada posttest 0,000. Karena p value <
0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat
perubahan skor nyeri sendi sebelum dan sesudah intervensi
senam rematik. Untuk nilai p value sebesar 0,000 menunjukan
mean skor nyeri sendi sebelum dan sesudah intervensi dengan
senam rematik adalah signifikan. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh pemberian senam rematik terhadap
skor nyeri sendi pada lansia dengan rheumatoid arhtritis terbukti
dengan adanya perubahan skor nyeri yang signifikan sebelum dan
sesudah pemberian senam rematik. perubahan yang terjadi pada
skor nyeri sendi lansia yaitu penurunan skor nyeri sendi.
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Perawat sebagai peneliti dapat memberikan tambahan


pengetahuan dan pengajaran dalam melakukaan senam rematik
bagi lansia dengan nyeri sendi rheumatoid artritis sebagai salah
satu intervensi untuk membantu menurunkan nyeri sendi lansia
KESIMPULAN

1. Karakteristik responden dalam penelitian ini berada dalam rentang 60-74


tahun yang di kategorikan dalam lanjut usia/elderly. Dengan kelompok paling
banyak dengan rentang usia 60-65 tahun. Jenis kelamin didominasi oleh
perempuan (92,5%) dan tingkat pendidikan responden tertinggi adalah SMP
(48,8%)
2. Rata-rata skala nyeri sendi lansia sebelum dilakukan pemberian senam
rematik yaitu 3.05. kor nyeri pretest memiliki kategori nyeri sedang.
3. Rata-rata skala nyeri sendi lansia sesudah dilakukan pemberian terapi
senam rematik sebasar 0.93. Sedangkan pada skor nyeri posttest tidak
memiliki skor nyeri sedang.
4. Wilcoxon-Smirnov menunjukan nilai p value = 0.000 (p<0,05) sehingga ada
pengaruh senam rematik terhadap perubahan skor nyeri sendi lanjut usia
dengan rheumatoid artritis sebelum dan sesudah senam rematik di UPTD
Puskesmas Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota
Pontianak.

You might also like