You are on page 1of 96

REFERAT ILMU RADIOLOGI

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF


KRONIK (PPOK)

Oleh :
Nilam Purnama Wardani
201710401011004
Fifa Yuniarmi
201710401011033

Pembimbing :
dr. Tri Listiari, Sp.Rad

SMF RADIOLOGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
DEFINISI

PPOK hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat


progressif non reversibel atau reversibel parsial.

PPOK  bukan penyakit tunggal, tetapi merupakan satu istilah


yang merujuk kepada penyakit paru kronis yang mengakibatkan
gangguan pada sistem pernafasan.

PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan


keduanya

(PDPI, 2003)
Continue...

Bronkitis kronik 
Kelainan saluran nafas
yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun,
sekurang-kurangnya dua
tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit
lainnya
Emfisema  Suatu
kelainan anatomis
paru yang ditandai
oleh pelebaran
rongga udara distal
bronkiolus terminal,
disertai kerusakan
dinding alveoli
EPIDEMIOLOGI

PDPI,2011
RISKESDAS 2007  angka kematian PPOK
peringkat ke-6 dari 10 kematian di indonesia

WHO  tahun 2002 PPOK penyebab utama


kematian kelima di dunia
FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PPOK

Merokok

Hiperesponsif Saluran Nafas

Infeksi

Pemaparan akibat pekerjaan

Polusi Udara

Jenis Kelamin
KONSEP PATOGENESIS PPOK
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama


yaitu:

Bagian konduksi Bagian respirasi atau


• rongga hidung, faring, laring, fungsional
trakea, bronkus, dan • alveoli beserta struktur yang
bronkiolus. berhubungan dengannya yaitu
bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveoli

(Stanley LR, Vinay K, 2005).


Normal kavum pleura  vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernapas bergerak.
Pembuluh
darah pada Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan
paru-paru.
• Fisiologi Paru
• Paru-paru  elastis.
• Dalam keadaan normal terdapat cairan surfaktan di antara
paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan
mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada
ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di
bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu
• untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer
menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida. (West, 2004).
• Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa
yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang
bercabang trachea alveoli (elastis) yang merupakan
kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir.
• Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru
(McArdle, 2006).
• Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat
dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :
• Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara
antara alveoli dan atmosfer
• Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli
dan darah
• Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam
darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
• Pengaturan ventilasi
(Guyton, 2007).
Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke
tekanan rendah.
• Pengangkutan O2 Pertukaran gas antara O2 dengan
CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui
proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan
berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan
dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa
oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut:
• Pengangkutan CO2
• Proses oksidasi/pembakaran dalam sel akan
menghasilkan CO2 sebagai hasil respirasi sel yang
kemudian akan diangkut lewat kapiler vena darah menuju
alveolus. CO2 dalam alvelous ini akan dikeluarkan lewat
paru-paru. Pengangkutan CO2 keluar tubuh umumnya
berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
Kalsifikasi
• Subtipe Morfologis
• Emfisema Centrilobular (Paling Umum)
• Emfisema Panlobular
• Emfisema Paraseptal
• Emfisema Paracicatricial
• Emfisema Lokal
• Idiopatik Emfisema Bulosa Raksasa (Atau Sindrom Paru
Hilang )
• Emfisema Lobus Kongenital
• Emfisema Interstisial Pulmonal
EMPHYSEMA
• subtipe morfologis :
• Emfisema Centrilobular (Paling Umum)
• Emfisema Panlobular
• Emfisema Paraseptal
• Emfisema Paracicatricial
• Emfisema Lokal
• Idiopatik Emfisema Bulosa Raksasa (Atau Sindrom Paru
Hilang )
• Emfisema Lobus Kongenital
• Emfisema Interstisial Pulmonal
centrilobular emphysema


centrilobular emphysema
centrilobular emphysema
Dengan def alfa 1

Emfisema Panlobular


Dengan def alfa 1

Emfisema Panlobular
Dengan def alfa 1

Emfisema Panlobular
Emfisema Paraseptal
Emfisema Paraseptal
Emfisema Paraseptal
idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


idiopathic giant bullous
emphysema (or vanishing lung syndrome)


Emfisema Interstisial Pulmonal


• Tiga subtipe morfologi dari emfisema diberi nama sesuai
dengan hubungannya dengan lobulus paru sekunder .
Emfisema Centrilobular adalah Jenis yang paling
sering ditemui dan mempengaruhi bronkiolus pernapasan
proksimal, terutama di zona atas. Ini
• Emfisema panoramik sebaliknya, mempengaruhi
seluruh lobulus paru sekunder dan lebih jelas di zona
bawah, mencocokkan area aliran darah maksimal. Hal ini
terlihat terutama pada defisiensi alpha-1-
antitrypsin (diperparah oleh merokok) 2-4 , injeksi
intravena methylphenidate ( Ritalin lung) 3 atau Swyer-
James syndrome 4 .

• Paraseptal emphysema mempengaruhi bagian perifer
dari lobus paru sekunder , dan biasanya terletak
berdekatan dengan permukaan pleura (termasuk fisura
pleura ) 3 . Hal ini juga terkait dengan merokok, dan dapat
mengarah pada pembentukan bula subpleural
dan pneumotoraks spontan 3 .
HIPERINFLASI

FITUR RADIOGRAFI
Foto Polos
• hemidiafragma pipih (s) : tanda paling andal
• peningkatan dan biasanya radiolusensi paru-paru yang
tidak teratur
• peningkatan wilayah udara retrosternal
• peningkatan diameter anteroposterior dada
• tulang rusuk yang sangat lebar
• membungkuk sternum
• tenting dari diafragma
• Saber-sheath trachea mengacu pada penyempitan koronal
difus dari bagian intrathoracic dari trakea dengan
pelebaran bersamaan dari diameter sagital. Hal ini tidak
biasa dan bersifat patognomonik untuk penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) 1 .
• The sagital: diameter koronal lebih dari 2: 1 2 dan bagian
ekstra-torakal dari trakea tidak menyempit. Tulang rawan
trakea pendukung biasanya menebal dan padat
terkalsifikasi 4 .

Saber-sheath trachea
Saber-sheath trachea
• Emfisema Centrilobular
• Centrilobular adalah jenis temuan umum pada pasien usia
lanjut tanpa gejala.
• terletak di zona atas setiap lobus (yaitu segmen apikal dan
posterior dari lobus atas, dan segmen superior dari lobus
bawah).
• muncul sebagai lucencies fokus (emphysematous spaces)
yang berdiameter hingga 1 cm, terletak secara terpusat di
dalam lobus pulmonal sekunder , sering dengan titik
pusat atau perifer yang mewakili bundel bronkovaskular
sentral 2-4
• Emfisema Panlobular
• Emfisema Panlobular dominan terletak di lobus bawah,
memiliki distribusi seragam di seluruh bagian lobus paru
sekunder , yang berkurang secara homogen pada
atenuasi 2-4 .
• Emfisema paraseptal
• berdekatan dengan pleura dan garis septum dengan
distribusi perifer dalam lobulus paru sekunder . Lobulus
yang terkena hampir selalu subpleural dan menunjukkan
lumen kecil hingga 10 mm.
• Setiap lucency> 10 mm harus disebut sebagai subpleural
blebs / bullae 3 .
• Dalam semua tiga subtipe, ruang emphysematous tidak
dibatasi oleh dinding yang terlihat 3 .
Bronkitis koronis
Bronkitis koronis
kelainan saluran nafas yang ditandai
oleh batuk kronik berdahak minimal
3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya
Temuan patologis  hipertropi bronkus. sekresi bronkus lebih kental 
gangguan mekanisme transpor mukosiliar dan penyumbatan saluran udara
kecil  suplay O2 jaringan rendah  kompensasi kardiovaskuler  HT
pulmonal  Gagal jantung kana

Peran radiologi  mendeteksi dan menilai komplikasi. Emfisema pulmonal


adalah gangguan tersering dan dapat berkembang menjadi kor pulmonal.

Bronkitis kronik hampir selalu perokok dan biasanya laki-laki


Pathway
komplikasi
bronkitis kronik
Derajat Bronkitis Kronis
Berdasarkan Radiologis :
• Ringan : corakan paru meningkat dibagian
basal
• Sedang : corakan paru meningkat dibagian
basal dan disertai emfisema, terkadang
disertai bronkoektasis diperikardial dextra dan
sinistra
• Berat : didapatkan emfisema, bronkoektasis
dan disertai cor pulmonal sebagai
komplikasinya.
Gambaran radiologi  pada pasien
bronkitis kronik hampir 50%
gambaran X-ray adalah normal. Pada
pasien yang menunjukkan gambaran
abnormal menunjukkan adanya
gambaran emphysema dan gambaran
“ dirty chest “
Gambaran Dirty chest  infeksi berulang disertai terbentuknya jaringan fibrotik
pada bronkus dan percabangannya  corakan bronkovaskular akan terlihat ramai
dan konturnya irregular.
Ini merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering ditemukan
Gambaran tramline maupun tubular
shadow yang tipis lebih mengarah
pada bronkiektasis namun gambaran
ini dapat dialami oleh penderita
bronchitis kronik.
Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan garis-garis
yang paralel keluar dari hilus menuju basal paru dari corakan paru yang
bertambah
Gambaran berupa tramline shadow berupa garis
parallel akibat penebalan dinding bronkus

Gambar Tramline appearance terlihat sepanjang pinggiran bayangan jantung


Corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema

Gambar Foto thoraks laki-laki yang memilki riwayat merokok lama. Terlihat adanya corakan
bronkovaskular ramai disertai emfisema. Volume paru tampak membesar, sela iga melebar, dan
difragma mendatar.
Computed tomography
(CT) scan
Gambaran tremline shadow appearance berupa garis paralel sejajar akibat
penebalan dinding bronkus dan dilatasi bronkus ringan akibat peradangan
bronkus.
Penebalan dinding bronkus akibat bronkitis kronis berdasarkan
gambaran Computed Tomography (CT) scan juga terlihat pada
panah merah dan lendir di dalam bronkus pada panah kuning
Gambaran Gambaran corakan bronkovaskuler meningkat
radiologi
yang Gambaran trains line (seperti rel kereta, yang merupakan
ditemukan gambaran bronkus yang terpotong secara longitudinal)
: Gambaran Air Bronkogram meningkat, dimana merupakan
gambaran bronkus yang terpotong secara transversal.
Gambaran Infiltrat peribronkial positif, dimana diapatkan
infiltrat disekitar bronkus
Gambaran hiperlusensi bilateral, yang merupakan gambaran
tanda-tanda emfisema.
Gambaran diafragma cenderung letak rendah dan cenderung
mendatar
Gambaran jantung tear drop

Spasium interkosta melebar


Diagnosis
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Anamnesa
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang
Anamnesis

• RPD merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa


gejala pernapasan
• RPD terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
• RPK emfisema pada keluarga
• faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas
berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
• Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

• Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup


mencucu)
• Barrel chest (diameter antero - posterior dan
transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu nafas
• Hipertrofi otot bantu nafas
• Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis interna leher dan edema tungkai,
• Penampilan pink puffer atau blue bloater.
Continue...

Palpasi (pada emfisema)

• Fremitus melemah
• Sela iga melebar

Perkusi (pada emfisema)

• Hipersonor dan batas jantung mengecil


• Letak diafragma rendah
• Hepar terdorong ke bawah.
Auskultasi

• Kelemahan saluran nafas, suara nafas


vesikuler normal, atau melemah
• Ronki dan atau mengi pada waktu bernafas
biasa atau pada ekspirasi paksa
• Ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar
jauh
Pemeriksaan Penunjang
Tingkat Nilai FEV1 dan gejala

0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum,


Berisiko dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok,
• Spirometri polusi), spirometri normal

I FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak


Ringan selalu, ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada
tahap ini, pasien biasanya bahkan belum merasa bahwa paru-
parunya bermasalah

II FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, gejala biasanya mulai
Sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
Berat berulang yang mulai
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada tahap ini pasien

• Pemeriksaan Lab
mulai mencari
pengobatan karena mulai dirasakan sesak nafas atau serangan
penyakit
• Pemeriksaan Radiologi
IV FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
Sangat respirasi kronis.
Berat Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1
> 30%, tapi pasien mengalami kegagalan pernafasan atau gagal
jantung kanan/cor pulmonale.
Pada tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan
mungkin
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.

• Pada umumnya normal • Hiperinflasi


• corakan bronkovaskuler • Hiperlusen
bertambah pada 21 % kasus • Iga mendatar, sela iga lebar
• Ruang retrosternal melebar
• diafragma mendatar, jantung
menggantung (jantung
pendulum / tear drop / eye
drop appearance)

Pada bronkitis Pada


kronik emfisema
EMFISEMA
Continue...
Gambar foto toraks PA dan lateral penderita emfisema.

hiperinflasi pada paru , hemidiafragma peningkatan diameter anteroposterior“barrel chest”


yang mendatar karena peningkatan udara di ruang retrosternal
Gambar barrel chest pada CT Scan

Rasio diameter anteroposterior dan transversal normal berkisar antara


0.7-0.75 pada dewasa, pada barrel chest rasio tersebut bisa
meningkat mencapai 0.9
CT-
SCAN

CT-SCAN
TERAPI PPOK
Non Medikamentosa
• Menghentikan Merokok

Medikamentosa (obat-obatan)
• Bronkodilator
• Antiinflamasi
• Antibiotik
• Antioksidan
• Mukolitik
Terapi Oksigen

Ventilasi Mekanik

Nutrisi

Rehabilitasi
DIAGNOSIS BANDING
KOMPLIKASI

Gagal Infeksi
nafas Berulang

Cor
Pulmonale
PROGNOSIS

Indikator tergatung umur dan keparahan

Jika ada hipoksia dan cor pulmonale prognosis Jelek

Dyspnea, obstruksi berat saluran nafas, FEV1 < 0.75 L (20%) angka
kematian meningkat, 50% pasien berisiko meninggal dalam waktu
5 tahun.

You might also like