You are on page 1of 34

KEL IV

TINGKAT II B
 ABDALISA NOVIANI
SAPUTRI
 ABDUL RAHMAN
 CELIN ANGELINA
MONTUNG Askep Bayi
 GALUH DARMAYANTI dengan kelainan
 MAURY CHAYKIN
FEBRIANTY
Kongenital
 MELLY PUTRI DEMA
 TALIA INKASARI “ATRESIA ANI”
 VENY ANRIANY MARBUN
 SATRIA GUSTIANUR 1 AKPER PEMPROV KALTIM 2017
2 9/9/2018

A. Pengertian
Atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal
(Suriadi & Yuliani, R, 2001).

Atresia ani adlah kelainan bawaan


(kongenital), tidak adnya lubang
atau saluran anus.
(Donna L. Wong, 2013)
3 9/9/2018

B. Klasifikasi atresia ani:


1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran
pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
4 9/9/2018

C. Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal
serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
5 9/9/2018

Terbentuk Fistula (Rektovaginal/ rektovesika)


6 9/9/2018

E. Manifestasi klinis
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran.
2. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau
anus yang salah letaknya.
3. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda
obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
4. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
5. Perut kembung.
7 9/9/2018

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
atresia ani antara lain:
1. Asidosis hiperkioremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa
berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
8 9/9/2018

Komplikasi jangka panjang:


 Eversi mukosa anal
 Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut
dianastomosis)
 Masalah atau kelambatan yang berhubungan
dengan toilet training.
 Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
 Prolaps mukosa anorektal.
 Fistula kambuan (karena ketegangan diare
pembedahan dan infeksi)
9 9/9/2018

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel
dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari
sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama
dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible
seperti obstruksi oleh karena massa tumor
10 9/9/2018

4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari.
7.Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
11 9/9/2018

H. Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Kolostomi
2. Aksisi membran anal (membuat anus
buatan)
3. Fiktusi yaitu dengan melakukan
kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukan korksi sekaligus
(pembuat anus permanen)
12 9/9/2018
13 9/9/2018

ASUHAN
KEPERAWATAN
14 9/9/2018

1. PENGKAJIAN

IDENTITAS PASIEN
 Nama
 Tempat tgl lahir
 Jenis Kelamin
 Alamat
 Agama
 Suku Bangsa
 No. CM
 Tanggal Masuk RS
 Diagnosa Medis
15 9/9/2018

RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau
meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh
angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian
atresia ani
16 9/9/2018

POLA FUNGSI KESEHATAN


 Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara
verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan dan
apa yang diinginkan
 Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun
secara mandiri karena masih bayi
 Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau
kelurga yang lain
 Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
 Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada
mekonium
17 9/9/2018

Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan
pada pasien atresia ani biasanya anus
tampak merah, usus melebar, termometer
yang dimasukkan melalui anus tertahan &
auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam waktu 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.
18 9/9/2018

Diagnosa keperawatan
Pre op:
1. Inkontinentia bowel berhubungan
dengan tidak lengkapnya
pembentukan anus.
2. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah.
19 9/9/2018

Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan insisi
pembedahan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur pembedahan.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kebutuhan
perawatan dirumah.
20 9/9/2018

INTERVENSI KEPERAWATAN

Pre op
1. Inkontinentia bowel b/d tidak lengkapnya
pembentukan anus.
Tujuan : Terjadi peningkatan fungsi usus.
KH :
1.) Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek
2.) Terbentuknya tinja
3.) Tidak ada nyeri saat defekasi
4.) Tidak terjadi perdarahan
21 9/9/2018

Intervensi :
a.) Lakukan dilatasi anal sesuai program.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan pada anak.

b.) Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam.


Rasional : Menyakinkan berfungsinya usus.

c.) Ukur lingkar abdomen klien.


Rasional : Membantu mendeteksi terjadinya distensi.

d.)Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV


sampai fungsi usus normal.
Rasional : Memulihkan dan mengembalikan fungsi
usus
22 9/9/2018

2. Resiko kekurangan volume cairan


berhubungan dengan muntah.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.) Turgor kulit baik dan bibir tidak kering
2.) TTV dalam batas normal
23 9/9/2018

Intervensi :
a.) Awasi masukan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk memberikan informasi
tentang keseimbangan cairan.
b.) Kaji tanda-tanda vital seperti TD, frekuensi
jantung, dan nadi. Rasional : Kekurangan
cairan meningkatkan frekuensi jantung, TD
dan nadi turun.
24 9/9/2018

c.) Observasi tanda-tanda perdarahan yang


terjadi post operasi.
Rasional : Penurunan volume menyebabkan
kekeringan pada jaringan.
d.) Kolaborasi dalam pemberian cairan
elektrolit sesuai indikasi.
Rasional : Untuk pemenuhan cairan yang
hilang.
25 9/9/2018

Post operasi
1. Gangguanrasa nyaman nyeri berhubungan
dengan insisi pembedahan.

Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri


berkurang
Kriteria Hasil :
1.) Klien mengatakan nyeri berkurang
2.) Skala nyeri 0-1
3.) Ekspresi wajah terlihat rileks
26 9/9/2018

Intervensi :
a.) Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi,
dan kualitas nyeri.
Rasional : Bantu klien untuk menilai nyeri dan
sebagai temuan dalam pengkajian.

b.) Ajarkan klien manajemen nyeri dengan


teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Membantu dalam menurukan
atau mengurangi persepsi atau respon
nyeri.
27 9/9/2018

c.) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan


anjurkan klien untuk istirahat.
Rasional : Memberikan kenyamanan untuk
klien agar dapat istirahat.

d.) Kolaborasi untuk pemberian analgetik


sesuai advis dokter.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
28 9/9/2018

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Asupan nutrisi dapat terpenuhi dan


menuunjukkan perbaikan usus.
Kriteria Hasil :
1.) Tidak terjadi penurunan BB.
2.) Klien tidak mual dan muntah
29 9/9/2018

Intervensi :
a.) Kaji kemampuan klien untuk menelan
dan menguyah makanan.
Rasional : Menentukan pemilihan jenis
makanan sehingga mencegah terjadinya
aspirasi.
b.) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keadekuatan
rencana pemenuhan nutrisi.
30 9/9/2018

c.) Jaga keamanan saat memberikan


makan klien seperti kepala sedikit fleksi saat
menelan.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya
aspirasi dan mengurangi rasa nyeri
pada saat menelan.

d.) Berikan makanan lembut dalam porsi


sedikit tapi sering. Rasioanl : Meningkatkan
pemasukan dan menurunkan distress
gaster.
31 9/9/2018

3. Resiko infeksi berhubungan dengan


prosedur pembedahan.
Tujuan : Tidak ditemukannya tanda-tanda
infeksi
Kriteria Hasil :
1.) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2.) Tidak ada peningkatan leukosit pada
pemeriksaan laboratorium
3.) Luka operasi bersih
32 9/9/2018

Interversi :

a.) Pantau suhu tubuh klien (peningkatan suhu).


Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi.

b.)Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan


dengan benar dan menggunakan sabun anti
mikroba.
Rasional :Faktor ini paling sederhana tetapi
paling penting untuk mencegah infeksi di rumah
sakit.
33 9/9/2018

c.) Pertahankan teknik aseptik pada


perawatan luka.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.

d.) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.


Rasional : Mencegah terjadinya infeksi luka.
34 9/9/2018

TERIMA KASIH

You might also like