You are on page 1of 17

AKUT SKROTUM

DISUSUN OLEH:
Safrilia Gandhi Maharani
1710221079

PEMBIMBING :
dr. Bambang, Sp. U

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH


RST DR. SOEDJONO MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 6 AGUSTUS – 13 OKTOBER 2018
DEFINISI
Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya
yang bersifat mendadak serta menimbulkan gejala lokal dan sistemik
ANATOMI
Fisiologi skrotum
 Muskulus kremaster secara refleksif menarik testis ke superior dalam skrotum (respon terhadap
dingin), dan sebaliknya.

 Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresikan
hormon-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual.
DD
Infeksi

• Epididimitis
• Abses skrotum
• Fournier gangrene

Non infeksi

• Torsio testis
• Torsio appendix testis
• Trauma
• Henoch-Schonlein purpura (HSP)
• Hernia
EPIDIDIMITIS
DEFINISI
 Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididymis

ETIOLOGI
 Aliran balik dari urin yang mengandung bakteri  dari uretra pars prostatika  epididimis
 Penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra, adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria 
tekanan tinggi sewaktu miksi  epididymitis
 Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi  faktor resiko epididimitis bakterial.
 Infeksi berawal di kauda epididimis  meluas   orkitis melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang
abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Nyeri mendadak pada Kelembutan dan indurasi Lab
daerah skrotum hingga pada ekor epididymis  • Urinalisis: Piuria atau bakteriuria (50%).
pinggang menyebar
• Hitung darah lengkap: Leukositosis
Bengkak pada kauda positif Prehn sign • Gram stain debit uretra
hingga kaput epididimis. refleks cremasteric • Kultur uretra, hibridisasi asam nukleat, dan
Demam, malaise normal tes amplifikasi asam nukleat (deteksi N
Eritema dan skrotum gonorrhoeae dan C trachomatis)  Tes
selulitis sifilis dan tes HIV pada pasien yang positif
• Penggunaan protein C-reaktif (CRP) dan
Pada anak-anak,
tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) untuk
epididimitis mungkin
membedakan epididimitis dari penyebab
terkait dengan anomali
lain dari akut skrotum
kongenital yang
mendasari saluran
urogenital Radiologi
• Color Doppler Ultrasonography
• Vesicouretrogram (VCUG),
cystourethroscopy, dan USG abdomen
TATALAKSANA

• Antibiotik
Medikamentosa • Analgetik

• Pembedahan  epididimektomi
• Pengurangan aktivitas
Non • Elevasi skrotum  tirah baring total 2 – 3 hari untuk mencegah
medikamentosa regangan berlebihan pada skrotum.
• Kompres es
• Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra
ABSES SKROTUM
DEFINISI
 Abses Skrotum adalah kumpulan purulen pada ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang
berada mengelilingi Testis.

ETIOLOGI
 Infeksi biasanya berasal dari saluran genitourinari, khususnya kandung kemih, uretra, dan prostat.
 Yang paling patogen adalah Neisseria gonorrhea,Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Proteus atau
mirabilis.

PATOGENESIS
 Berawal dari infeksi sebelumnya  epididimitis, orchitis, epididiorchitis dapat menyebabkan akumulasi
abses dalam tunika vaginalis
GEJALA
 Nyeri dan tanda inflamasi pada skrotum
 Demam
 Riwayat penyakit sistemik dan infeksi sebelumnya
 Kesulitan berkemih
 Skrotum teraba lembut/kenyal
 Tampak adanya pus

TATALAKSANA
 Insisi dan drainase bedah
 Suportifsesuai gejala
 Tatalaksana sesuai etiologi
FOURNIER’S GANGRENE
DEFINISI
 Fournier’s gangren merupakan bentuk fasciitis nekrotikans yang progresif di sekitar genital
eksterna.

ETIOLOGI
 Infeksi bakteri aerob dan anaerob seperti E.coli, coliform, Klebsiella spp, Bacteroides spp,
Streptococcus spp, Enterococcus spp, Pseudomonas spp, Proteus spp dan Clostridium spp.

PATOGENESIS
 Mikroorganisme dari daerah kolorektal dan urogenital hasilkan enzim yang menyebabkan
koagulasi PD  Trombosis  suplai darah berkurang  suplai oksigen ke jaringan berkurang
 Hipoksia jaringan  memungkinkan bakteri fakultatif anaerob dan organisme
mikroaerofilik  Enzim dari mikroorganisme (misalnya lesithinase, kolagenase)  kerusakan
dari fasia sehingga memicu perluasan cepat infeksi.
MANIFESTASI KLINIS
 Pembengkakan, nyeri, hiperemi, pruritus, demam, discharge
dengan bau busuk yang muncul setelah gejala berlangsung 2-7
hari
 dapat ditemukan gas dalam jaringan ditunjukan dengan muncul
krepitasi.

TATALAKSANA
 Antibiotik spektrum luas  triple terapi yang direkomendasikan :
sefalosporin generasi ketiga atau aminoglikosida, ditambah
penisilin dan metronidazol.
 Analgetik antipiretik
 Debridemen pada jaringan nekrosis (nekrotomi), dilakukan
perawatan terbuka dan pemasangan pipa drainase jika perlu.
TORSIO TESTIS
DEFINISI
 Keadaan terpuntirnya funikulus spermatikus sehingga mengakibatkan
terhentinya aliran darah yang mendarahi testis
 Banyak terjadi pada anak dan remaja, kadang laki-laki 40-50 th

ETIOLOGI
 Tidak adekuatnya fiksasi tunica vaginalis dari testis dan epididimis ke
skrotum  testis leluasa berotasi  oklusi dan pembengkakan 
nekrosis
 Kontraksi otot kremaster yang berlebihan
 Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah diduga menjadi gen
penyebab munculnya keadaan torsio testis.
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba, bisa saat beraktifitas, istirahat, maupun
setelah trauma
2. Sering disertai nyeri perut dalam mual dan muntah, serta demam.
3. Pada 50% pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang berulang yang
menghilang spontan

USG DOPLER  penurunan atau absen aliran darah

TATALAKSANA
 Detorsi testis baik secara manual maupun operatif
 Tindakan fiksasi testis ke dinding skrotum dengan nonabsorbable sutures,
mencegah kejadian berulang.
TRAUMA TESTIS
Berkisar 1 % dari seluruh kasus kegawatan urologi, Usia 10-30 tahun

Penyebab
 Avulsi, trauma tumpul, trauma tajam  laserasi tunika albuginea  rupture testis

Gejala klinis
 Ada riwayat trauma
 Timbul nyeri hebat setelah terjadinya trauma, disertai mual dan muntah
 Tampak hematom, pembesaran skrotum, hilangnya sebagian kulit, nyeri tekan
 Testis bisa tidak teraba
 testis membesar
 Hematuria
USG  hilangnya homogenitas internal testis

Cedera tumpul dapat mengakibatkan ruptur testis, hematoma


intratesticular, kontusio testis (memar) atau hematokel (pengumpulan
darah di dalam ruang tunika vaginalis). Di antaranya, hanya ruptur
testis yang memerlukan pembedahan. Hematokel  drainase. Untuk
hematoma intratestikuler (tunika albuginea utuh, hematoma lokal
dalam testis yang utuh), kontusio  observasi, istirahat, kompres dingin
dan analgesic

TATALAKSANA
 Konservatif
 Pembedahan
Henoch-Schonlein purpura (HSP)
DEFINISI
 Vaskulitis dinding skrotum  penebalan dan eritema (bukan karena infeksi)

 Gejala klinis :
 Adanya tanda prodormal selama 2-3 minggu
 Adanya rash,nyeri,dan bengkak pada skrotum

You might also like