You are on page 1of 87

FARING

Disusun oleh:
Bima Bayu Putra
Fachru Riza A

Kepaniteraan Klinik Ilmu THT-KL


RSUD Tugurejo Semarang
Universitas Muhammadiyah Semarang
2018
FARING
ANATOMI : Nasofaring
Orofaring
Laringofaring
Palatum molle
Ruang Faringeal
FARING
Bagian atas traktus digestivus
Kantong Fibromuskuler
Batas: atas : basis kranii
bawah : tepi bawah epiglotis
Panjang dinding belakang kl 14 cm, kebawah
meneruskan sbg esofagus setinggi V.Cervikalis 6
Susunan dinding dari dalam keluar:
- selaput mukosa
- fasia faringo basiler
- fasia buko faringeal
Faring dibagi dalam 3 bagian:
1. Nasofaring = epifaring =
rhinofaring
2. Orofaring = mesofaring
3. Laringofaring = hipofaring

NASOFARING
Bagian faring dengan batas
palatum molle keatas smp basis
kranii
Struktur yang penting diketahui:
- Atas : + Foramen Jugulare, dilewati N
IX ,X,XI serta V. Jugulare
+ Foramen Lacerum
+ Pars Petrosus Os Temporalis
- Depan : Koane
- Lateral: +Torus tubarius: lipatan mukosa
faring pd tonjolan kartilago ---
ostium tuba Eustachius
+Resesus Faringeal = fosa
Rosenmulleri dg jar limfe
- Belakang: adenoid
OROFARING
Adalah bagian tengah faring dari batas
palatum molle kebawah sampai tepi atas
epiglotis
* Belakang terdapat vertebra
Cervikalis
* Depan ada kavum oris yang
dibatasi oleh
- Palatum molle dan uvula
- Arkus anterior dan posterior
- Lidah
Struktur yang perlu diketahui:
1. Dinding belakang orofaring
* Banyak kelenjar getah bening
shg sering terlibat
- Radang akut/ kronis
- Abses retrofaring
* Pd bag lateral diblk arkus posterior
terdapat kelompok kel getah bening
yang disebut Lateral Band
* Otot2 dinding belakang dipersarafi
oleh N.Vagus ( X ).
2. Dinding lateral terdapat:
* Fosa tonsilaris dengan batas-batas:
- depan dan belakang arkus anterior
dan posterior
- lateral m. konstriktor faringeus
superior
Fosa tonsilaris ini diliputi oleh fasia
yang mrpk bag. dr fasia bukofaringeal.
Pd bag atas (pool atas) terdapat jar
ikat longgar yaitu fosa supra
tonsilaris, tempat terjadinya abses,
biasanya pecah.
* Tonsila palatina: tdp di fosa tonsilaris.
Merupakan masa jar limfoid dengan jar
ikat longgar dan terdapat kripte.
- dikutub atas sering ada celah intra
tonsil
- dikutub bawah melekat pada radix
lingue
- epitel yg menutupi tonsil epitel
squamosa
- pada permukaan medial tonsil sering
ada celah = kripte yang berisi detritus
yi tumpukan lekosit, limfosit, epitel
yg lepas, sisa makanan dan bakteri.
- Pada permukaan lateral tonsil melekat
pada fasia faring yg membentuk kapsul
tonsil, yg melekat tidak erat pd faring.
* Pada dinding depan terdapat:
- Tonsila lingualis: terdapat pada radix
lingua.
- Di garis tengah radix lingua terdapat
foramen caecum, disini kadang
terdapat sisa dari duktus thireo
glosus, shg klinis penting:
- bisa ada sisa masa thiroid
- kiste duktus thireoglosus
LARINGOFARING
- adalah bagian faring mulai dari tepi
atas epiglotis sampai ke laring.
UNSUR- UNSUR FARING
1. mukosa dengan palut lendir
2. otot-otot
Mukosa faring:
a. Pada nasofaring:
* epitel toraks berlapis, bersilia
* mukosa mengandungsel goblet
* terdapat palut lendir diatas
silia, bergerak sesuai grk silia.
Fungsi palut lendir:
- menangkap partikel-partikel
- mengandung enzym lisosym
sebagai proteksi.
b. Pada orofaring dan laringofaring
* Epitel gepeng berlapis, tidak bersilia
* Disepanjang faring bnyk jar limfoid,
mrpk daerah pertahanan terdepan.
Otot-otot faring
Tersusun dlm 2 lap - luar (circuler) dan
- dalam (longitudinal)
1. Lapisan luar – melingkar – circuler
Yaitu m. konstriktor faring sup, media
dan inferior:
* bentuk seperti kipas
* bag bwh menutupi bag diatasnya
* didepan, otot2 ini saling bertemu
* dibelakang bertemu pd jaringan
ikat = raphe faring
Kerjanya mengecilkan lumen faring
Inervasi N.Vagus (X)
2. Lap dalam – memanjang – longitudinal
* m. Stilofaring: dari prosesus
stiloideus kedepan m.konstriktor
faring medius.
Fungsi: melebarkan faring dan
menarik laring.
Inervasi: N.IX
* m. Palatofaring:
origo: melebar di submukosa dd blk
laringofaring tepi belakang
lamina kartilago thireoid.
insertio: - sebagian ke palatum
- sebagian ke hamulus pterygoidea
- sebagian sbg m.salfingofaringea
(plika salfingofaringea)melanjut ke
ujung bawah lamina medialis
cartilago tuba eustachius.
Fungsi: mempertemukan isthmus
orofaring dan mengangkat
bag bwh faring dan laring.
Inervasi: N X.
Jadi kedua otot bekerja sebagai
elevator pd wkt menelan.
PALATUM MOLLE
Ada 5 pasang otot yaitu:
1. M. Levator velli palatini:
Fungsi: - mengangkat velum palatinum
- menyempitkan ismus faring
- melebarkan ismus tuba
eustachius
Inervasi: N X
2. M. Tensor velli palatini:
Fungsi: - menegangkan bag anterior
palatum mole
- membuka tuba eustachius
Inervasi: rami faring N X
3. M.Palatoglossus:
Fungsi: menyempitkan isthmus
faucium.
Inervasi: rami faring N X.
4. M. Palatofaring:
Fungsi: mengangkat bag inferior
faring dan laring.
Inervasi: rami faring N X.
5. M.Azygos uvula:
Fungsi: memendekkan dan menarik
uvula ke blk atas.
Inervasi: rami faring N X
Vaskularisasi:
- A. Faringeal asenden ( cabang a. carotis
eksterna)
- A. Palatina desenden dan a. sfeno
palatina ( cabang a. maksilaris interna)

Inervasi faring:
Saraf sensorik dan motorik faring berasal
dari pleksus faringeus yang dibentuk oleh cabang faring dari:
* N. Glosofaringeus ( rami faringei)
* N. Vagus (rami faringei)
* Rami laryngofaringei sympatikus
Sensorik N IX ke mukosa tonsil, arkus
palatinus dan radix lingue
Sensorik N X ke mukosa faring dan radix
lingue
Motorik N IX ke M. Stilofaring
Motorik N X ke: * M. Konstriktor faring
* M. Levator Veli palatini
* M. Azygos Uvula
* M. Palatoglosus
* M. Palatofaring
M. Tensor veli palatini mendapat inervasi
dari N V
Saluran getah bening: Ada 3 saluran:

1. Saluran limfe superior: mengalir ke


limfonodi: - retrofaring
- servikal dalam atas

2. Saluran limfe media: mengalir ke


limfonodi: - Jugulodigastrikus
- servikal dalam atas

3. Saluran limfe inferior: mengalir ke


limfonodi servikal dalam bawah.
RUANG FARINGEAL
Ada 2 ruangan yang saling berhubungan:
- ruang retrofaring
- ruang parafaring
Ruang Retrofaring
* mulai dari dasar tengkorak smp batas
bawah fasia cervikalis
* dinding anterior ruang ini = dinding
posterior faring ( mukosa, fasia faringo
basilaris dan otot-otot faring)
* disebelah lateral ruang ini berbatasan
dengan fosa faringomaksila (parafaring)
* Ruang ini berisi jaringan ikat longgar
dan fasia prevertebralis
Serat-serat jaringan ikat digaris tengah
mengikatnya dengan vertebra.
* Pada bayi dan anak sering terjadi
abses karena di ruang ini terdapat
kelenjar-kelenjar limfe. Bila terkena
radang, terjadi supurasi, bila pecah
nanahnya tertumpah didalam ruang
retrofaring.
* Kelenjar limfe ini akan menghilang
saat anak menjadi besar
Ruang Parafaring
Berbentuk kerucut dengan:
- dasar didasar tengkorak dekat foramen
jugulare
- puncak pada cornu os hioid
Batas:
* Bag dalam : m. konstriktor faringeus
superior
* Bag luar : ramus asenden mandibula
dimana melekat m. pterigoideus internus
dan bag posterior kelenjar parotis.
Ruang ini dibagi dua oleh os hioid:
a. bag anterior = prestiloid
Lebih luas, dapat mengalami supurasi
akibat dari:
* radang tonsil
* mastoiditis, Petrositis
* caries gigi
b. bag posterior = post stiloid: bag ini
lebih kecil, berisi:
* A. Carotis interna
* V. Jugularis interna
* N vagus
Ketiga A,V dan N ini dibungkus sarung/
selubung carotis yang
disebut Carotis Sheath.
Bagian ini dipisahkan dari ruang
retrofaring oleh lapisan fasia yang tipis.
KELUHAN TENGGOROK

ODINOFAGIA
DISFAGIA
PANAS
BATUK
POST NASAL DRIP
SESAK
SERAK
HALITOSIS
HIPERSALIVASI
FARINGITIS AKUT
Adalah radang akut mukosa dan jaringan limfoid faring,
dan sering sebagai gejala permulaan dr: influenza, morbili,
varicela, parotitis, pneumonia, arthritis rheumatika.
Etiologi : * virus
* Streptococus B hemoliticus
* Streptococus Pneumonia
* Hemophilus influenzae
Penularan: - Percikan ludah (droplet)
- Alat makan minum yg dipakai
bersama-sama
Gambaran klinik:
- Keluhan: * batuk pilek, tenggorok rasa
kering, panas, sedikit nyeri
telan.
* badan lemah, sakit kepala,
sumer sampai panas.
- Pemeriksaan: * mukosa faring edem,
merah terutama lateral
band, granula faring
tampak membesar.
* sering ada pembesaran
kel getah bening regional
dan agak sakit.
Komplikasi: bila daya tahan tubuh baik,
jarang komplikasi:
* Radang dapat menjalar ke:
- atas : kavum timpani, otitis media
- bawah: laringitis, tracheitis,
bronchitis, pneumonia.
- depan : rhinitis akut, sinusitis.
*Secara sistemik: bakteriemi, septikemi,
terutama oleh streptococus --- endo
karditis sub akut (pd kelainan katub
jantung).
Terapi:
1. self limiting, ckp simptomatis analgetik
antipiretik, obat kumur gargarisma khan,
air garam hangat.
2. antibiotika: bl ada kompl atau dy thn trn
FARINGITIS KRONIK
Radang kronik mukosa dan jar limfe.
Ada 2 bentuk: - hiperplastik
- atrofi
Penyebab: biasanya ada faktor predisposisi yaitu
iritasi oleh:
- sekret dari rhinitis kronis,
sinusitis
- asap rokok, debu rumah.
- alkohol
- alergi
- perubahan udara,dingin
Gambaran klinik:
1. FARINGITIS KRONIK
HIPERPLASTIK/GRANULOSA
Mukosa menjadi tebal dan hipertrofi
kelenjar limfe.
Keluhan:
- bisa ringan sampai berat. Bagi pend
dg neurosis akan terasa lebih hebat.
- Faring terasa:* kering, gatal, panas
* berlendir, sulit keluar
* rasa ngganjel spt ada
benda.
Pemeriksaan:
- faring agak merah (kadang2 tidak)
- granula pada dinding faring.
Terapi: * Cari kausa iritasi dan diobati
* Kaustik pd granula( aanstipen=
oles) dengan:
- nitras argenti 5%
- albothyl
- asam triklor asetat

2. FARINGITIS KRONIK ATROFI


(FARINGITIS SICCA )
Timbulnya sering bersamaan dengan
rhinitis atrofikans.
Pada rhinitis atrofikans udara yg
masuk tidak diatur suhu dan
kelembabannya, shg menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring.
Keluhan:
tenggorok terasa kering, tebal, kadang mulut
berbau.

Pemeriksaan:
mukosa faring tertutup lendir yang melekat,
bila diangkat mukosanya kering
FARINGITIS LUETIKA
Etiologi: Treponema Pallida
Gambaran klinik: tergantung stadiumnya:
1. Pada stadium Primer:
* bercak keputihan pada lidah , palatum
molle, tonsil, dinding posterior faring
* Bila terus berlangsung, akan terjadi
ulkus yang seperti ulkus pada pada
alat genital yaitu tidak ada rasa nyeri.
* Pembesaran kelenjar limfe sub
mandibula yg juga tidak nyeri tekan.
2. Pada stadium Sekender (jarang
ditemukan): terdapat eritema dinding
faring yang terus meluas ke laring.

3. Pada Stadium Tertier:


* Terdapat Gumma
* Predileksi: tonsil dan palatum.
Pada palatum molle dapat menimbul
kan gangguan fungsi yang permanen
oleh karena waktu sembuh terjadi
sikatrik.
* Jarang di dinding posterior faring, dan
ini dpt mengenai vertebra cervicalis.
Diagnosis: Tes Serologis
FARINGITIS
TUBERKULOSA
Biasanya sebagai proses sekender,
kecuali jenis bovinum.
Cara infeksi:
* Eksogen: kontak dengan sputum atau
inhalasi udara.
* Endogen: - hematogen pada tbc milier
- limfogen
Gejala:
* Keluhan: - nyeri tenggorok hebat yg
menyebabkan anoreksi
shg menyebabkan keadaan
umum memburuk.
- sering ada regurgitasi
- nyeri telinga (otalgia)
Pemeriksaan:
* Penderita tampak kesakitan waktu
menelan ludah.
* Terdapat lesi kecil-kecil (multipel
ulcus) pd mukosa dari:
- dinding faring: sering pd posterior
- arkus faring anterior.
- dinding lateral hipofaring.
- mukosa palatum durum dan
palatum molle.
- pangkal lidah, epiglotis dan
tonsil.
Pada tonsil akan terbentuk ulkus pd
satu sisi tonsil, kmd tonsil
mengalami nekrosis. Bila hemato
gen, dpt mengenai kedua tonsil.
* Bisa ada adenofati cervikal/ kel limfe
regional.

Diagnosis: * Pem sputum BTA


* Foto thoraks
* Biopsi

Terapi: sesuai terapi pada Tb Paru.


DIFTERI FARING -
TONSIL
Yaitu radang akut pada mukosa faring dan tonsil yang disebabkan oleh Corynebacterium
diptheriae
Masa inkubasi : 2 – 4 hari
Penularan: - kontak langsung penderita/carier
- percikan ludah ( droplet infection)
Insiden: - anak2 usia < 10 th (terbnyk 2 – 5 th)
- dewasa: kadang2
Di Eropa hampir sudah tidak ada
Di Indonesia dimasa lampau banyak, kini
sudah menurun.
Patologi:
* Kuman msk ke mukosa faring / tonsil,
dapat juga di mukosa hidung, laring.
* Kmd kuman berbiak, memproduksi
eksotoksin yang diserap darah dan
saluran limfe yang menimbulkan
gejala umum dan lokal:
- lokal: toxin merusak epitel– nekro
se– tjd eksudasi serum mem
bentuk pseudomembran.
- umum: * badan lemah, anoreksia,
sub febril, sakit kepala
* gangguan organ lain
akibat eksotoxin.
Klinis:
* Keluhan: - Lokal : nyeri menelan yang tdk
begitu hebat
- Umum: badan lemah, lesu,
anoreksia, sakit kepala,
panas tidak terlalu tinggi
( subfebril)

* Pemeriksaan:
- Umum: keadaan umum kurang baik ----
jelek, tampak lesu seperti sakit
keras
- Lokal: + Tonsil faring hiperemi, ada beslag
Pseudo membran tebal, warna
putih abu2 ( bukan bercak) yg
sukar dilepas, bila dilepas keluar
darah.
Pseudomembran dapat meluas keluar
tonsil, sdk pd Tonsilitis akut terbatas
pada tonsil.
+ Pembesaran kelenjar getah bening yang
hebat karena udem periglanduler,
disebut Bullneck

* Diagnosis:
dibuat berdasarkan gejala klinik,
sedangkan dx pasti didasarkan pada
pemeriksaan bakteriologis dari swab
tenggorok dg pem: - langsung
- kultur
Komplikasi:
a. Lokal: Pseudo membran meluas ke hipo
faring, laring --- tjd obstruksi jalan nafas
atas --- trakheotomi
b. Umum: secara sistemik akibat ekso
toksin:
1. Kolaps vaskuler
2. jantung --- miokarditis ( 4-6 minggu)
3. Kelumpuhan saraf perifer:
* Palatum molle: - rhinolalia aperta
- tersedak ke
hidung
- phenomena
palatum molle (-)
* Otot mata: - sukar akomodasi
- opthalmoplegi
(strabismus)
* Otot pernafasan
* Otot ekstremitas
4. Gagal ginjal mendadak: Albuminuria

Terapi:
Harus cepat, tdk perlu hasil lab, cukup
secara klinis.
- Isolasi, istirahat mutlak 10-14 hari
- ADS i.m: - single dose 20.000-40.000U
- yg berat 60.000-100.000U
- Antibiotika: Penicillin 12 – 14 hari
- 4 – 6 mg setelah sembuh, Tonsil
ektomi, utk menghindari:
- kambuh
- carier

Kriteria sembuh:
- Pseudomembran (-)
- Swab: kuman negatif, 4 hari kmd
diulang.
ANGINA PLAUT VINCENT
TONSILITIS PLAUT VINCENT
STOMATITIS
ULCEROMEMBRANOSA
Adalah infeksi yang menimbulkan ulcerasi pd mukosa
tonsil dan atau palatum, retrofaring dan gusi.
* Penyebab: - simbiose dari Bacilus Fusiformis dan
Oral Spirochaeta
- faktor higiene mulut dan def Vit C
* Gejala:
- Umum: + demam: subfebril atau normal
+ nyeri mulut, gigi, kepala
+ gusi mudah berdarah, hipersalivasi
+ kadang ada gangguan pencernaan
Lokal: Bercak2 nekrotis superficial, putih
*

keabuan --- sgr mjd satu di tonsil, uvula,


dinding faring, gusi, procesus alveolaris.
Kd mjd ulkus yg tdk begitu nyeri dan
bisa menimbulkan bau tdk sedap
(foetor ex ore ).
Gejala berlangsung ± 1mg atau lebih.

Diagnosis: Pem swab ulkus ditemukan kuman


penyebabnya.

Terapi: - Antibiotika gol Penicillin


- Vitamin C dan B complek
- Higiene mulut --- oral kumur
ADENOIDITIS

TERMASUK DALAM CINCIN WALDEYER


HILANG PADA USIA 14 TH
RADANG BERULANG  HIPERTROPI / HIPERPLASI
RADANG  SATU KESATUAN DENGAN TONSILITIS
DIAGNOSIS
GEJALA
HIDUNG BUNTU, PILEK, EPISTAKSIS, DLL
(MENYERUPAI TONSILITIS)

TANDA
FASIES ADENOIDES
PALATAL PHENOMEN
RINOSKOPI POSTERIOR
PALPASI
RONTGEN
PENANGANAN

SERUPA DG TONSILITIS
ADENOIDEKTOMI BIASANYA SATU RANGKAIAN DG
TONSILEKTOMI (ATE / ADENOTONSILEKTOMI)

KOMPLIKASI ADENOIDITIS :
SERUPA DENGAN TONSILITIS
ANGINA
AGRANULOSITOSIS
Penyebab: keracunan obat gol. Aminopyrin, sulfa
dan arsen.
Menimbulkan ulserasi yang luas di mulut, faring,
juga pengelupasan mukosa mulut, lidah, tonsil.
Klinis:
* Panas mendadak, kd menggigil, sakit tenggorok
* Ulkus disekitar mulut, faring dg gejala radang
disekitarnya.
* Nekrotik abu2 kotor, menyebar ke oral, laring,
* Bisa juga ke genetalia dan saluran cerna.
Gambaran darah:
Granula lekosit turun sampai 500
( Normal 6000 – 7000 )
Terapi: * Transfusi darah
* Radio terapi
* Obat2an: - Obat kumur
- Penicillin
- Pentoxyl
ABSES LEHER DALAM

TERJADI PADA RUANG POTENSIAL FARING/LEHAR (DI


ANTARA FASIA)

INFEKSI GIGI & SALURAN NAFAS ATAS

ABSES PERITONSIL, PARAFARING, RETROFARING,


LUDWIG’S ANGINA
ABSES PERITONSIL (QUINSY)

KOMPLIKASI TOSILITIS PADA KONDISI AKUT

MNGISI DAERAH YANG LONGGAR PADA POLE ATAS/FOSSA


SUPRA TONSIL

PADA STADIUM AWAL TERBENTUK INFILTRAT PERITONSIL


GEJALA
FEBRIS
ODINOFAGIA, DISFAGIA HEBAT
HIPERSALIVASI
RINOLALIA/HOT POTATO’S VOICE
FOETOR EX ORE
REGURGITASI
OTALGIA
TRISMUS
KELUHAN SISTEMIK
DLL
TANDA

TRISMUS
TONSIL MEMBESAR PADA SISI YG SAKIT
RINOLALIA/HOT POTATO’S VOICE
BOMBAN PALATUM MOLE
UVULA TERDESAK KE KONTRALATERAL
HARUS DIBEDAKAN : INFILTRAT ATAU ABSES PERITONSIL
BEDA INFILTRAT & ABSES PERITONSIL

INFILTRAT : KERAS, ASPIRASI KELUAR DARAH,


ANTIBIOTIK DOSIS TINGGI IV
ABSES : KERAS TERDAPAT FLUKTUASI PADA PUNCTUM
MAXIMUMNYA, ASPIRASI KELUAR PUS, INSISI &
ANTIBIOTIK DOSIS TINGGI IV
TONSILEKTOMI

A’CHAUD : TE & INSISI BERSAMA-SAMA


A’TIEDE : TE 3-4 HR SETELAH INSISI
A’FROID : TE 4-6 MINGGU SETELAH INSISI
KOMPLIKASI

ABSES PECAH SPONTAN : PERDARAHAN, ASPIRASI, PYEMIA

MELANJUT MENJADI ABSES PARAFARING, ABSES


MEDIASTINUM

PENJALARAN KE INTRAKRANIAL
ABSES
RETROFARING
* Prevalensi:
+ Pd bayi sampai anak umur 5 th, krn pd anak
smp umur 2th tdp bnyk kel limfe dispatium
retrofaring, kmd jumlahnya menurun smp
umur 5 th. Kel ini menampung aliran limfe dr
- hidung dan sinus paranasalis
- nasofaring dan orofaring
- tuba eustachius dan cavum timpani
+ Pd orang dewasa jarang, biasanya karena
tertusuk benda asing
* Proses infeksi : - akut
- kronis, krn tbc: abses dingin
* Lokasi: - epifaring
- mesofaring
- hipofaring
* Etiologi: Streptococus, dr aliran limfe diatas
* Timbul sebagai akibat dari:
1. Penyakit infeksi jln nafas atas, mis: influen
sa, faringitis akut, morbili, scarlantina.
2. Trauma dinding faring, mis: duri ikan, tu
lang ayam, tindakan operasi adenoid,
esofagoskopi
* Gambaran klinik:
+ Keluhan:
- umum: panas, gelisah, tdk mau makan:
- lokal : nyeri telan
hidung buntu --- pd nasofaring
stridor --- meso dan hipofaring
+ Pemeriksaan: kepala sebaiknya hipereksten
si terutama pada abses mesofaring.
- lokal: _ benjolan pd dining belakang faring,
bila hebat uvula terdorong
_ fluktuasi +
- umum: _ pembengkakan kel limfe leher
_ kepala sukar digerakkan karena
otot leher kaku
* Diagnosis pasti: pungsi
* Diagnosis banding:
1. Aneurisma: ada pulsasi
2. Malformasi Korpus Vertebra Cervikalis
3. Tumor
4. Adenoiditis
* Terapi: - insisi dg anestesi lokal, umum / tanpa
anestesi, dg posisi trendelenberg
* Komplikasi : Pus turun ke bawah
1. udem laring --- obstruksi jalan nafas atas
2. ke peri laring --- mediastinitis
3. pecah spontan --- aspirasi
4. trombosis vena leher
5. perdarahan krn erosi A.carotis Interna
6. sepsis --- meningitis
ABSES
PARAFARING
* Etiologi:
1. Akibat tusukan langsung, mis: duri, jarum
suntik terkontaminasi.
2. Proses supurasi kel limfe leher dalam akb
infeksi: - gigi, tonsil, faring
- sinus paranasalis, mastoid
- vertebra cervicalis
3. Penjalaran infeksi dari: - ruang peritonsil
- retrofaring
- submandibula
* Gejala: - nyeri menelan, demam tinggi
- pembengkakan dd lateral faring
- trismus dan pembengkakan sekitar
angulus mandibula
* Diagnosa: ditegakkan berdasar:
- Riwayat penyakit dan gejala klinik
- Bila ragu: + X foto jar lunak A-P, lateral
+ CT scan
* Komplikasi: radang dpt menjalar:
- Perkontinuetatum:
+ keatas: intrakranial
+ kebawah: menyusuri carotid sheat ke
mediastinum
Pd pembuluh darah carotis bisa terjadi:
_ peri plebitis/ endo plebitis
_ tromboflebitis --- septikemi
_ nekrosis --- ruptur --- perdarahan
- Hematogen, limfogen
* Terapi:
- Antibiotika dosis tinggi (aerob dan anaerob)
- Evakuasi abses: dengan general anestesi:
1. insisi dr luar: dilakukan 2 jari dibwh dan
sejajar dg mandibula
2. insisi dari dalam: pd dinding lateral faring
ANGINA LUDOVICI

SELULITIS RUANG SUPRAHYOID


PSEUDO ANGINA LUDOVICI  ABSES SUBMANDIBULA

ETIOLOGI
INFEKSI GIGI
PERADANGAN SUPURATIF KELENJAR LIMFE SEKITAR
GEJALA & TANDA

ODINOFAGI, DISFAGI HEBAT


PANAS
NYERI LEHER
SESAK NAFAS
SEPANJANG SUBMANDIBULA BENGKAK,HIPEREMIS,KERAS
LIDAH KAKU TERDORONG KE ATAS
DIAGNOSIS
BERDASAR ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK

DIAGNOSIS BANDING
PSEUDO ANGINA LUDOVICI
ABSES SUBMANDIBULA
PENANGANAN
DEKOMPRESI (INSISI & PASANG DRAIN)
ANTIBIOTIK DOSIS TINGGI IV

KOMPLIKASI
GAGAL NAFAS
PENJALARAN ABSES KE SEKITARNYA
ABSES MEDIASTINUM
SEPTIKEMI
STENOSIS SUBGLOTIK
PENYEMPITAN DI BAWA PLIKA VOKALIS

TERJADI KARENA :
PENEBALAN SUBMUKOSA
KELAINAN BENTUK & UKURAN TULANG RAWAN
PENANGANAN
EVALUASI
INTUBASI BILA SESAK BERAT
KONTRA INDIKASI TRAKEOSTOMI

EDUKASI
CEGAH PENCETUS (RADANG)
SEGERA KE DOKTER BILA KAMBUH
GEJALA&TANDA
STRIDOR
DISPNEU
RETRAKSI
SIANOSIS
GAGAL NAPAS

PENANGANAN
OPERASI TERGANTUNG KELAINAN
HEMANGIOMA
TUMOR JINAK PEMBULUH DARAH
HEMOPTISIS
SESAK
OPERATIF, KORTIKOSTEROID,SKLEROTIK AGEN

FISTEL LARINGOTRAKEO-ESOFAGAL
POSTERIOR KRIKOID GAGAL MENTUP
PNEUMONIA (ASPIRASI)
SESAK
OPERTIF
NODUL PITA SUARA

PENGGUNAAN SUARA BERLEBIHAN DALAM WAKTU LAMA


SERAK, KADANG BATUK
1/3 ANTERIOR ATAU DI TENGAH
UNILATERAL ATAU BILATERAL
LARINGOSKOPI
EXTIRPASI
TERIMAKASIH

You might also like