You are on page 1of 47

BAHAN AJAR

PENDIDIKAN PANCASILA

Oleh
Dr. Agus Salim, M.Pd.

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Mendeskripsikan Pancasila sebagai


ideologi terbuka
Menganalisis Pancasila sebagai sumber
nilai dan paradigma pembangunan
Menampilkan sikap positif terhadap
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila harus terus menerus dimaknai, diwacanakan,
dan dijadikan bahan perdebatan publik dalam rangka
mencapai solusi atas masalah bangsa .... Tidak ada yang
keliru dengan Pancasila. Yang keliru adalah pemahaman
tunggal atasnya untuk mempertahankan kekuasaan seperti
terjadi pada masa lalu (Edi Sudrajat : 2006)
Pancasila merupakan jatidiri bangsa, sebagai ideologi
terbuka, ... Indonesia yang kita dituju adalah sesuai dengan
cita-cita kemerdekaan kita yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945.... Indonesia yang maju, modern,
dan tidak tercabut dari jatidirinya.
Konsepsi Ideologi

Orang pertama yang secara langsung membahas


fenomena ideologi (pakatik-praktik politik “Sang
Penguasa”) dalam bukunya yang berjudul “Il Nicollo Machiavelli

Principe” (Italia, 1469-1527)

Ideologi adalah Siasat berpolitik praktis, ini tampak dalam hal :


1. Menilai keadaan menurut kepentingannya
2. Konsepsi keagamaan dipakai untuk menggalang kekuasaan dan melakukan
dominasi.
3. Menggunakan tipu daya menjadi suatu kebutuhan
Ideologi hakikatnya : pengetahuan mengenai cara menyembunyikan
kepentingan, mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.
Konsepsi Ideologi

Dalama bukunya berjudul “Les elements de


l’idelogie”, untuk pertma kali digunakan
istilah ideologi, sekaligus pencipta istilah Antoine Destut de Tracy
tersebut. (Prancis, 1754-1856)

Ideologi : ilmu mengenai gagasan atau ilmu


tentang ide-ide (gagasan yang sehat yang
sesuai dengan realitas).

Dalam kehidupan praktis sehari-hari, ideologi digunakan untuk


memberikan patokan-patokan untuk melakukan perbaikan keadaan
masyarakat.

Urusan agama harus dipisahkan dari urusan negara. Negara harus


dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah akal budi, bukan kaidah-kaidah
agama.
Konsepsi Ideologi

Dalam bukunya berjudul Die Deutch Ideologie


(Ideologi Jerman), ia mengemukakan bahwa ideologi
adalah suatu kesadaran palsu. Karl Marx
(Jerman, 1818-1883)
Dikatakan suatu kesadaran palsu, karena ideologi
merupakan hasil pemikiran tertentu yang diciptakan
oleh para pemikir (sangat ditentukan oleh
kepentingannya masing-masing).

Pada dasarnya ideologi : suatu khayalan atau pengandaian-


pengandaian yang spekulatif, dapat berupa agama, moralitas,
atau keyakinan politik.
Miskipun ideologi dianggap kesadaran palsu, hal yang
spekulatif, ia dianggap kenyataan yang digunakan sebagai
dasar pembenaran atas hak-hak istimewa kelas tertentu.
Konsepsi Ideologi

Ideologi isinya memang gagasan spekulatif, tapi


tidak berarti meruapakan kesadaran palsu, sebab
bukan untuk menggambarkan realitas melainkan Louis Althusser
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana
manusia mestinya menjalankan hidupnya.

Setiap orang membutuhkan pedoman hidup


baik sebagai individu maupun sebagai warga
masyarakat, maka ideologi menawarkan
sebagai suatu pedoman hidup.
Konsepsi Ideologi
Menurut Patrick Corbett

Ideologi merupakan struktur kejiwaan yang tersusun oleh


seperangkat keyakinan mengenai :
1. Penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta pengorganisasiannya;
2. Sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup didalamnya;
3. Suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan
tersebut independen, dan;
4. Suatu dambaan agar keyakinan tersebut dihayati dan pernyataan
pendirian diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yagn menjadi
anggota penuh dari kelompok sosial yang bersangkutan.
Konsepsi Ideologi

Menurut AS Hornby :

Ideologi merupakan seperagkat gagasan yang membentuk


landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegang
seseorang atau sekelompok orang.

Menurut Soejono Soemargono :

Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta


kepercayaan menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
bidang politik, sosial, kebudayaan dan bidang agama.
Konsepsi Ideologi
Menurut Franz Magnis Suseno

Ideologi merupakan suatu sistem


pemikiran, yang dapat dibedakan
menjadi ideologi tertutup dan
terbuka.
Ideologi tertutup : suatu sistem pemikiran
tertutup (ideologi yang sifat mutlak).

Ciri-cirinya :
1. Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita
sekelompok orang yang digunakan untuk mengubah masyarakat;
2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, maka ideologinya akan
dipaksakan kepada masyarakat’
3. Bersifat totaliter, artinyamencakup/mengurusi semua bidang kehidupan, terutama
bidang informasi dan pendidikan karena ini efektif mempengaruhi perilaku
masyarakat;
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;
5. Menuntut masyarakat untuk setia total dan berkorban untuk ideologi;
6. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret
operasional yang keras, mutlak dan total.
Ideologi terterbuka : suatu sistem pemikiran
terbuka (ideologi yang tidak dimutlakkan).

Ciri-cirinya :
1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat, bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari konsensus
masyarakat itu sendiri;
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia milik
seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;
3. Isinya tidak langsung operasional. Setiap generasi baru dapat dan perlu menggali
kembali falsapah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian
mereka;
4. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat;
5. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Keragaman makna ideologi mencerminkan
dimensi positif dan negatif ideologi itu

Ideologi memiliki beragam makna, namun tidak perlu untuk


dipertentangkan. Keragaman tersebut mencerminkan dua kutup
ideologi yaitu :

1. Ideologi dapat menjadi sesuatu yang baik, manakala


ideologi mampu menjadi pedoman hidup menuju
kehidupan yang lebih baik (Dimensi positif ideologi =
menjadi pandangan hidup).
2. Ideologi menjadi hal yang tidak baik, bila ideologi
dijadikan alat untuk menyembunyikan kepentingan
penguasa (Dimensi negatif ideologi =ideologi tidak
lebih dari sebuah kesadaran palsu).
Pancasila sebagai Ideologi Negara

Prof. Notonagoro,
Ideologi ditinjau dari dua pengertian sebagai berikut :
Ideologi (Luas) : Ilmu pengetahuan mengenai cita-
cita negara.
Ideologi (sempit) : cita-cita negara yang menjadi
basis bagi teori dan praktik penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai Ideologi Negara

Istilah Ideologi menunjuk pada keyakinan yang dianut


seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) sebagai
pedoman dalam berpikir/bertindak (pedoman hidup).
Ideologi dibedakan dalam dua pengertian yaitu :
Dalam arti luas, Ideologi : pedoman dalam berpikir/bertindak
(pedoman hidup) di semua segi kehidupan). Dalam arti sempit,
Ideologi : pedoman dalam berpikir/bertindak (pedoman hidup)
dalam bidang tertentu.
Pancasila sebagai Ideologi Negara

Ideologi negara : konsensus (mayoritas) warga negara tentang


nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan melalui kehidupan
negara itu.
Nilai-nilai dasar : berisi seperangkat gagasan mengenai
kebaikan bersama (public good) atau gamabaran tentang
masyarakat dan negara yang paling baik sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan.
Ideologi negara sering disebut sebagai ideologi politik, karena
terkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarkat dan
bernegara.
Pancasila sebagai Dasar Negara

Memiliki makna sebagai :


Dasar menegara atau pedoman untuk menata negara.
Dasar untuk ulah atau aktivitas negara, artinya aktivitas
dan pembangunan yang dilaksanakan negara
berdasarkan peraturan perundang undangan.
Dasar perhubungan (pergaulan, interaksi) antara warga
negara yang satu dan sesama warga negara.
Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Pancasila sebagai ideologi nasional


mengandung makna ideologi yang
memuat cita-cita dan tujuan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Ideologi Pancasila : sebagai keseluruhan


pandangan, cita-cita, maupun keyakinan dan nilai-
nilai bangsa Indonesia secara normatif perlu
diwujudkan dalam tata kehidupan berbangsa dan
bernegara guna menjunjung tercapainya suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian
Dasar Negara

 Suatu nilai atau norma untuk mengatur


pemerintahan negara atau merupakan suatu
dasar untuk menyelenggarakan negara.
 Asas atau landasan pokok yang dijadikan tata
nilai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintahan sebuah negara.
 Asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga
merupakan suatu sumber nilai, norma, atau
kaidah baik moral maupun hukum negara.
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI-


62 orang) tanggal 29 April 1945 dan dilantik 28 Mei 1945
dengan ketua : Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan wakil ketua
R. Panji Soeroso dan Ichibangase (orang Jepang) yang
mulai bekerja 29 Mei 1945.
 Tugas BPUPKI :
1. Membuat rancangan dasar negara
2. Membuat rancangan Undang-Undang Dasar
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Sidang I BPUPKI (29-31 Mei dan 1 Juni 1945 membahas


dasar negara.
 Sidang II BPUPKI (10-17 Juli 1945) membahas
Rancangan Pembukaan dan UUD
 Usulan rumusan dasar negara :
1. Muhammad Yamin (29 Mei 1945) : usulan secara
lisan :
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan rakyat
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Setelah berpidato Muhammad Yamin menyampaikan


usulan tertulis tentang rancangan UUD yang didalamnya
terdapat rumusan lima asas negara merdeka yaitu :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kebangsaan Persatuan Indonesia
c. Rasa Kemanusiaan Yang adil dan beradab
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Perumusan
Pancasila

2. Soepomo (31 Mei 1945 ) menyampaikan pokok-pokok


pikirannya sebagai berikut :
a. Paham Negara Persatuan
b. Warga negara hendaknya tunduk kepada Tuhan dan
supaya ingat kepada Tuhan (Perhubungan negara
dan agama)
c. Sistem badan permusyawaratan
d. Ekonomi negara bersifat kekeluargaan
e. Hubungan antara bangsa yang bersifat Asia Timur
Raya
Sejarah Perumusan
Pancasila

3. Soekarno (1 Juni 1945) menyampaikan lima dasar


negara sebagai berikut :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionlisme atau Peri kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan
 Soekarno mengusulkan kelima dasar tersebut diberi nama
Pancasila
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Ketiga usulan rumusan dasar negara tersebut tidak ada


yang ditetapkan sebagai dasar negara, maka dibentuklah
Panitia Kecil (Panitia Sembilan) yang terdiri atas :
Soekarno (ketua), Moh. Hatta, Moh. Yamin, Achmad
Soebardjo, Wachid Hasyim, Agus Salim, Abdulkahar
Moedzakir, Abikusno Tjokrosoejoso, AA. Maramis.
 Panitia Kecil berhasil menyusun Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) nama ini diberikan oleh M. Yamin : 22 Juni 1945,
yaitu dokumen yang berisikan asas dan tujuan negara
Indonesia Merdeka.
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Rumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta :


1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Perumusan
Pancasila

 PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia )


dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh
Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta (wakil ketua).
 PPKI bertugas menentukan dan menyelesaikan bentuk
negara dan menuntaskan rancangan hukum dasar serta
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
 Sebelum sidang PPKI, atas usul dari Mohamad Hatta, telah
disepakati sila pertama (Piagam Jakarta) dilakukan
perubahan yaitu dengan menghilangkan kata “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945,


diputuskan :
1. Mengesahkan Pembukaan UUD 1945
2. Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar menjadi UUD
1945
3. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Hoh.
Hatta sebagai wakil presiden.
4. Sebelum terbentuknya MPR kekuasaan dijalankan oleh
presiden dengan bantuan Komite nasional.
Sejarah Perumusan
Pancasila

 Menurut Inpres RI No.12 tahun 1968 (13 April 1968), telah


menguatkan keberadaan Pancasila yang tata urutan dan
rumusan sila-silanya ada pada alenia ke-4 Pembukaan UUD
1945 yang ditetapkan oleh PPKI (18 Agustus 1945) yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam
permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara

• Mempersatuakan bangsa, memelihara dan mengukuhkan


persatuan dan kesatuan;
• Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya;
• Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan
identitas bangsa;
• Menyoroti realita yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan
cita-cita yang terkandung dalam Pancasila
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi yang mampu berinteraksi dengan perkembangan


zaman dan mampu menjawab kebutuhan dan tatangan nyata
yang dihadapi dalam setiap kurun waktu;
Ideologi yang senantiasa terbuka untuk proses reformasi atau
perubahan dalam bidang kenegaraan, seiring dengan
perkembangan aspirasi dan pemikiran masarakat Indonesia
dalam mewujudkan cita-citanya.
Ideologi yang bersifat dinamis, artinya Pancasila mampu
menyesuaikan diri terhadap perkembangan dengan menerima
masuknya nilai baru yang tidak bertentangan nilai dasar.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Persyaratan sebagai ideologi terbuka :
1. Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada
kesadaran masyarakat Indonesia;
2. Isi Pancasila tidak langsung operasional, artinya perlu
penafsiran lebih lanjut sesuai dengan nyata dan aktual.
3. Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan
tanggung jawab masyarakat;
4. Pancasila bukan ideologi totaliter yang mengurusi segala
aspek kehidupan masyarakat;
5. Pancasila menghargai pluralitas
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

 Menurut Dr. Alfian, suatu ideologi dikatakan sebagai dieologi


terbuka dan dinamis bila memiliki 3 dimensi berikut ini :
1. Dimensi Realitas : nilai-nilai ideologi bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, dan secara nyata dijalankan,
diamalkan, serta dihayati sebagai nilai dasar.
2. Dimensi Idealitas : suatu ideologi perlu mengandung cita-cita
yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan yang
memberikan gambaran ideal masyarakat sekaligus memberi
pedoman yang ingin dituju oleh masyarakat tersebut.
3. Dimensi Fleksibelitas : ideologi memiliki keluwesan yang
memungkinkan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa
menghilangkan/mengingkari hakikat atau jatidiri yang
terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Menurut Sastrapetadja, ideologi selain


memberikan penafsiran atau pemahaman atas
kenyataan, juga mempunyai sifat futuristik,
yaitu memberikan gambaran akan masa depan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
Pancasila reparupakan nilai-nilai yang dicita-
citakan dan ingin diwujudkan.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Hal yang mendukung keterbukaan Ideologi Pancasila :

tekad bangsa dalam memperjuangkan tercapainya tujuan


nasional/tujuan proklamasi;
pembangunan nassional yang teratur dan maju pesat;
tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai
Pancasila yang sifatnya abadi;
hilangnya ideologi komunis/sosialis sebagai ideologi
tertutup
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Hal yang membatasi keterbukaan Ideologi Pancasila :

Stabilitas nasional yang mantap;


Tetap berlakunya larangan paham komunis di Indonesia;
Adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal;
Pencegahan terhadap gerakan ekstrem dan paham-paham
yang lain yang bisa menggoyahkan nilai persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai Sumber Nilai

• Pancasila merupakan acuan utama bagi pembentukan hukum


nasional, kegiatan penyelenggaraan negara, partisifasi warga
negara dan pergaulan antar warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjiwai seluruh kegiatan
berbangsa dan bernegara.
• Seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan
tolok ukur tentang baik/buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan, tingkah laku bangsa Indonesia (kepribadian bangsa).
Pancasila sebagai Sumber nilai

Pancasila berisi seperangkat nilai yang merupakan satu


kesatuan yang bulat dan utuh.
Sebagai pandangan hidup, Pancasila merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Nilai tersebut adalah : Nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Pancasila sebagai Sumber Nilai

Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna, bermanfaat, benar dan baik
bagi kehidupan umat manusia.
Menurut Prof. Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi tiga yaitu
1. Nilai material : berupa benda untuk memenuhi kebutuhan material
2. Nilai Vital : segala seseuatu yang berguna bagi hidup manusia untuk
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian : berguna bagi rohani manusia, terdiri atas ;
a. Nilai kenyataan (kebenaran) : bersumber pada akal manusia
b. Nilai keindahan (estetika) : bersumber pada rasa manusia
c. Nilai kebaikan (Moral) : kehendak/kemauan manusia.
d. Nilai religius (Ketuhanan) : kepercayaan/keyakinan manusia,
tertinggi dan mutlak.
Pancasila sebagai Sumber Nilai

Dalam Pancasila terkandung tiga Nilai sebagai berikut :


1. Nilai Dasar : sila-sila Pancasila, norma dasar (pasal-pasal UUD
1945), bersifat abstrak dan umum
2. Nilai Instrumental : nilai berlaku untuk kurun waktu dan
kondisi tertentu, lebih bersifat kontekstual (menyesuaikan
dengan perkembangan zaman), wujudnya berupa
kebijakan/peraturan, strategi, program, organisasi, sistem,
rencana.
3. Nilai Praksis : sifatnya dinamis, penerapan nilai-nilai dalam
kenyataan sehari-hari baik oleh lembaga kenegaraan/organisasi
dan warga negara.
Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan

Thomas Khun, dalam bukunya : “The Strucure of


Secientific Revolution”
Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi
teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga menjadi sumber hukum, metode dan penerapan
ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan

Paradigama : anggapananggapan dasar yang membentuk


kerangka keyakinan yang fungsinya sebagai acuan, kiblat
atau pedoman dalam melihat suatu persoalan dan bagaimana
menyelesaikannya.
Paradigma pembangunan : kerangka keyakinan yang
digunakan sebagai pedoman untuk melihat suatu persoalan
dan bagaimana melaksanakan pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan : anggapan-
anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang
fungsinya sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan,
pelaksnaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan di Indonesia.
Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan

Pembangunan : usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf


hidup masyarakat sehingga menjadi lebih baik.
Ada 3 proses sekaligus :
Emansipasi bangsa : usaha bangsa untuk melepaskan diri dari
ketergantungan pada bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan
kekuatan sendiri tanpa melepaskan semangat kerja sama yang
produktif.
Modernisasi : upaya untuk mencapai taraf dan mutu kehidupan
dengan orientasi ke depan dan dinamika dalam program-
programnya.
Humanisasi : pembangunan pada hakikatnya untuk manusia
seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia secara manusiawi.
Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan

Konseksuensi Posisi Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Keberhasilan Pembangunan di Indonesia harus diukur dari
kesesuaiannya dengan Pancasila
Artinya Pembangunan di Indonesia tidak boleh bersifat :
Pragmatis : hanya mementingkan tindakan nyata dan menafikkan
kepentingan etis;
Ideologis : secara mutlak melayani ideologi tertentu dan menafikkan
manusia nyata.
Pembangunan menstinya ditujukan untuk melayani manusia dengan
segala aspirasi dan harapan-harapannya. Ini akan bila memenuhi 3
syarat mutlak : menghargai HAM, demokratis, prioritas pada penciptaan
tarap keadilan sosial.
Terima Kasih Atas
Perhatiannya

You might also like