You are on page 1of 19

KONSEP ASUHAN 

KEPERAWATAN 
PADA PASIEN 
DENGAN 
HALUSINASI

Ns.Ni Made Sintha Pratiwi,S.Kep.,M.Kep


PENGERTIAN

 Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra
 Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada
 Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.
Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien
tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari
RENTANG RESPONS 
NEUROBIOLOGI

 Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham


merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan
gangguan dari respons neorobiologi
 Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis.
Rentang respons yang paling maladaptif adalah adanya waham,
halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI
INTENSITAS LEVEL HALUSINASI
KLASIFIKASI HALUSINASI
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

– Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan
atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi dan halusinasi
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas,
serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta
bentuk sel kortikal dan limbik
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu
anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tua skizofrenia
Faktor Presipitasi 
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang
penting, atau diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan
gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi
3. Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan
4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses
pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial
Data penting yang harus 
didapat saat pengkajian
– Jenis dan isi halusinasi. Data obyektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi
perilaku pasien, sedangkan data subyektif dapat dikaji dengan melakukan
wawancara dengan pasien.
– Waktu,frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Perlu
dikaji kapan halusinasi terjadi?, Apakah siang/sore/malam?, pukul berapa?,
frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sesekali?, situasi
terjadinya apakah ketika sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu?
– Respons terhadap halusinasi. Perawat perlu mengkaji apa yang dirasakan atau
dilakukan pasien saat halusinasi timbul, menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat pasien. Perawat juga dapat mengobservasi perilaku pasien saat
halusinasi muncul
JENIS HALUSINASI DAN 
DATA PENUNJANGNYA
Halusinasi dengar/suara
– Data Obyektif: bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara, marah-marah
tanpa sebab, mencondongkan telinga ke arah tertentu, menutup
telinga.
– Data Subyektif: Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Penglihatan

– Data Obyektif : Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada obyek


yang
tidak jelas
– Data Subyektif: Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster.
Halusinasi Penghidu

– Data Obyektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu,


menutup hidung.
– Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
Halusinasi Pengecapan
– Data Obyektif : Sering meludah, muntah
– Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses

Halusinasi Perabaan
– Data Obyektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit
– Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa
seperti
tersengat listrik
RENCANA INTERVENSI

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.


– Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
– Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
– Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan
respons pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
4) Menggunakan obat secara teratur.
Tindakan Keperawatan 
untuk Keluarga 
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
EVALUASI

1. Pasien mempercayai kepada perawat.


2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
Learning Task

Tn. W (40 tahun) dirawat di RSJ setelah setiap malam di rumah berteriak-teriak
tanpa sebab di kamarnya. Saat dikaji oleh perawat, Tn. W menceritakan bahwa saat
mulai tertidur tiba-tiba muncul suara menakutkan di belakang telinga yang
mengatakan, “Kamu adalah pembunuh, sebentar lagi juga akan dibunuh”. Suara itu
terus berulang sampai pagi. Hal ini terjadi setelah kejadian kecelakaan yang
menimpa Tn. W dan anaknya yang menyebabkan anaknya meninggal dunia.

Susunlah Asuhan Keperawatan sesuai dengan kasus di atas.

You might also like