You are on page 1of 39

LAPORAN KASUS

MATA
GLAUKOMA
Oleh :
Aulia Devina R.
Isti Eka Karunia
Ratika Velanuari R.
Pembimbing : Umar Asadullah
Dr. Kartini, Sp.M
PENDAHULUAN
Latar belakang

• Glaukoma  suatu neuropati optik multifaktorial dengan k


arakteristik hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy
, 2005).
• Glaukoma disebabkan produksi cairan mata ↑ oleh badan
siliar atau karena pengeluaran cairan mata ↓ di daerah su
dut bilik mata atau di celah pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014).
• Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, responden yang pern
ah didiagnosis glaukoma oleh tenaga kesehatan di Indon
esia sebesar 0,46%, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (1,8
5%) (Kemenkes RI, 2015).
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama pasien
Ny. K (55 tahun)

Jenis kelamin
Perempuan

Alamat
Pilanggadung, Tambakrigadung Tikung, Lamongan
Tanggal periksa
2 Oktober 2018 di IGD pukul 06.22
Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri kepala
RPS : Nyeri kepala dirasakan sejak bangun tidur 1 hari SMRS. Nyeri
kepala dirasakan pada sisi kanan. Pasien sudah mencoba
mengkonsumsi obat pereda sakit kepala namun tidak membaik.
Pasien juga mengeluh mata kanannya sakit dan bengkak dan
berair, serta pandangan mata kanannya kabur.

RPD : tidak pernah seperti ini sebelumnya. Riwayat DM dan


HT disangkal.
RPK : Ibu pasien punya riwayat katarak.
RPSos : Makan minum pasien baik, pekerjaan sehari-hari seba- g
ai ibu rumah tangga.
Pemeriksaan fisik

• Keadaan umum : Lemah • Primary survey


• Kesadaran : Compos mentis A : Clear, gargling (-), snoring (-), spea
• GCS : 456 k fluently (-), potensial obstruksi (-)
• Tensi :199/104 mmHg B : Spontan, RR 36x/menit, SaO2 86
• Nadi : 87x/menit % tanpa O2 support
C : Akral HKM, CRT <2”
• Suhu : 36,4˚C
D : GCS 456, lateralisasi (-), PBI 3/3
• RR : 20x/menit
mm, RC +/+
E : Temp 36˚C
Status Generalis

• Kepala/Leher • Thorax
 Perkusi
 Inspeksi : • Hipersonor/sonor
Inspeksi :
• Bentuk dada normal  Auskultasi :
• anemia – • Pergerakan dinding da • Suara nafas
• icteric – da simetris vesikuler/vesikuler
• sianosis – • Retraksi – menurun pada paru
• dispneu – • Jejas + kanan
 Palpasi : • Rh -/-
• Pembesaran KGB –
• Thrill – • Wh -/-
• JVP – • Fremissment – • S1S2 Tunggal
• Edema periorbital dan leher • Krepitasi – • Murmur –
• Gallop –
Status Generalis

• Ekstremitas • Abdomen
 Inspeksi :  Inspeksi : Flat
• Deformitas + brachii dextr  Palpasi:
a • Soepel
• Edema + • Nyeri tekan 9 regio abdom
 Palpasi : en –
• Hangat, kering, merah • Hepar dan lien tidak teraba
• CRT<2 detik  Perkusi : Tympani
 Auskultasi : BU (+) N
Status Opthalmologi
Clue and cue
Edema palpebra OD
TIO OD OS > 21 mmHg
COA OD dangkal

Problem list
Glaukoma

Initial Diagnosis
Glaukoma sudut tertutup
OD
Planning
Planning Diagnosis Planning Therapy
Funduskopi Timol 0,5%
DL
Rujuk
EKG
Foto X-RAY Thorax

Planning Monitoring Planning Education


• Menjelaskan mengenai diagnosis
TTV
• Menjelaskan terapi serta kemungk
Keluhan pasien inan untuk operasi
TIO OD OS • Menjelaskan prognosis dan kompli
Lapang pandang kasi penyakit
Keluhan lain
Pemeriksaan Laboratorium
• Gula Darah Acak --> Hasil : 122 [ ] • Hemoglobin --> Hasil : 15.1 [ L14,0 -18,0 ]
• Hematokrit --> Hasil : 45.5 [ L 40 -54 P 35 -
• Lekosit --> Hasil : 6.4 [ 4.0 - 11.0 ]
47 ]
• Neutropil --> Hasil : 80.8 [ 49.0 - 6 • MCV --> Hasil : 91.50 [ 87.00 - 100 ]
7.0 ] • MCH --> Hasil : 30.40 [ 28.00 - 36.00 ]
• Limposit --> Hasil : 7.3 [ 25.0 - 33. • MCHC --> Hasil : 33.20 [ 31.00 - 37.00 ]
0] • RDW --> Hasil : 11 [ 10 - 16.5 ]
• Monosit --> Hasil : 5.6 [ 3.0 - 7.0 ] • Trombosit --> Hasil : 245 [ 150 - 450 ]
• Eosinopil --> Hasil : 4.9 [ 1.0 - 2.0 ] • MPV --> Hasil : 6 [ 5 - 10 ]
• Basofil --> Hasil : 1.4 [ 0.0 - 1.0 ] • Laju Endap Darah 1 --> Hasil : 22 [ 0 - 1 ]
• Eritrosit --> Hasil : 4.97 [ 3.80 - 5.3 • Laju Endap Darah 2 --> Hasil : 41 [ 1 - 7 ]
0]
Foto X-Ray thorax
EKG
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI MATA
FISIOLOGI PERJALANAN HUMOR AQUEOUS
GLAUKOMA
Berasal dari kata Yunani “glaukos”
yang berarti hijau kebiruan
Prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6% dan dan t
ertinggi di Provinsi DKI Jakarta (18,5%)
Klasifikasi

Menurut Vaughen, glaukoma dibagi menjadi 4


glaukoma primer
glaukoma kongenital
glaukoma sekunder
glaukoma absolut
Menurut Sidarta Ilyas, glaukoma dibagi 3
glaukoma sudut sempit primer dan sekunder
glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder
kelianan pertumbuhan
Etiologi
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma ini merupakan bentukan dari progresifitas neurop
ati optik yang kronik. Penyakit ini ditandai dengan atrofi dan
gaung papil saraf optik yang khas disertai hilangnya lapang p
andang dimana TIO tinggi merupakan faktor resiko utama.

Glaukoma sudut tertutup akut


terjadi bila jalan keluar akuos humor tiba – tiba tertutup, yang
akan mengakibatkan rasa sakit yang berat dengan tekanan
bola yang tinggi. Hal ini merupakan keadaan darurat yang ga
wat. Penglihatan menurun dan berkabut, mual dan muntah,
mata merah dan mata terasa membengkak
Glaukoma kongenital
terjadi pada bayi dapat terjadi akibat diturunkan. Saat lahir terlihat
kelainan perkembangan mata dengan pembesaran bola mata. Bol
a mata besar dengan kornea keruh. Mata merah dengan rasa taku
t pada sinar dan berair
Glaukoma
Manifestasi klinis

1. TIO meningkat
2. Lapang pandang sempit
3. COA dangkal
4. CD Ratio > 0,5 atau terdapat asimetri y
ang bermakna pada kedua mata
Diagnosis

Anamnesis
Mata kabur, lapang pandang sempit, sakit
pada mata dan kepala

Pemeriksaan fisik
COA dangkal/dalam, TIO > 21 mmHg,
CD ratio > 0,5
TATALAKSANA
Terapi glaukoma

Medikamentosa Operatif
MEDIKAMENTOSA
1. Beta blocker
Betaxolol larutan 0,5%, suspense 0,25%, 2x/hari
Timolol larutan 0,25%, 0,5% 2x/hari
2. Inhibitor karbonik anhidrase (CA inhibitor)
Asetazolamid (250–1000 mg daily in divided dose
s)
3. Prostaglandin derivatives
Latanoprost® 0,005% 1x/hari, 24-36 jam
Travaprost® 0,004% 1x/hari 24-36 jam
4. Alpha-2 agonists
Brimonidine 0,2%, 8-12 jam
MEDIKAMENTOSA
5. Cholinergic agonists
Pilokarpin, larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 4x/hari
Carbachol, larutan 1,5%, 3%, 4x/hari
6. Kombinasi
Cosopt®: timolol and dorzolamide, administered t
wice daily
Xalacom®: timolol and latanoprost once daily
7. Osmotic agents
Mannitol i.v (1 g/kgBB or 5 ml/ kgBB of a 20% solut
ion in water) over 30–60 minutes
Laser trabekuloplasti
Prosedur:
Trabekulosplasti laser (fotokoagulasi) dikerjakan u • Anestesi topical
ntuk membuat sikatriks di trabekulum. Sikatriks sif • Setetes brimonidine  30–60 men
atnya membuat tarikan karena banyak jaringan ikat it pra-prosedur  tujuan: mencega
h atau meminimalkan kenaikan IO
nya. Diharapkan bagian yang tidak terkena laser/ti
P pasca-laser awal
dak terjadi sikatriks akan tertarik sehingga celah tr • Pilocarpine  terutama jika sudutn
abekulum melebar. ya tidak lebar
• Goniolens dimasukkan
Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah pembuatan l
ubang yang menghubungkan COA d
an subkonjungtiva dengan mengam
bil sedikit jaringan trabekulum.
Teknik trabeculectomy:
(A) Outline of superficial scleral fl
ap;
(B) dissection of superficial scleral
flap;
(C) excision of deep scleral tissue
with a punch;
(D) peripheral iridectomy
3. Gonioplasti/iridoplasti

Gonioplasti/iridoplasti berguna untuk membuat sika


triks di iris perifer yang menutup trabekulum sehing
ga sudut menjadi terbuka.
Pembedahan non-penetrasi
• viskoanalostomi
• Sklerektomi dalam
• Pirau tuba (tube shunt) dapat dilakukan d
engan implan Baerveldt, Ahmed, Molteno
. Tuba terbuat dari silikon
PEMBAHASAN
Pembahasan

• Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan


sejak 1 hari sebelum masuk RS. Pasien sudah mencoba mengkon
sumsi obat pereda sakit kepala namun tidak membaik. Pasien juga
mengeluh mata kanannya sakit dan bengkak dan berair, serta pan
dangan mata kanannya kabur.
• Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien pada segmen anterior
bola mata didapatkan edema palpebra mata kanan, konjunctiva hip
eremis mata kanan, adanya arcus senilis mata kanan, pandangan
kabur mata kanan kiri tetapi lebih parah yang kanan, COA dangkal
mata kanan, TIO mata kanan 59,1 mmHg dan mata kiri 37,2 mmHg
. Belum dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk menilai CD ratio.
Pembahasan

• Pasien ini kemungkinan mengalami glaukoma pada mata kanan, k


arena terjadi peningkatan TIO yang rapid dan COA yang dangkal m
aka kemungkinan adalah glaukoma sudut tertutup karena alran hu
mor aqueous tidak sampai ke COA sehingga COA terlihat dangkal.
Tetapi untuk lebih mengetahui secara pasti penyababnya harus dil
akukan pemeriksaan funduskopi.
• Pada pasien ini diberikan terapi antagonis beta adrenergik (timolol)
, yang berfungsi untuk mengurangi produksi humor aqueous sambi
l tetap diobservasi dan dikonsultasikan dengan dokter spesialis ma
ta. Perlu dimonitor pada pasien ini adalah perbaikan keluhan pasie
n dan visus.
KESIMPULAN
Kesimpulan
• Glaukoma adalah suatu neuropati optik didapat yang ditandai oleh pencekunga
n (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai p
eningkatan tekanan intraocular.
• Glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder, glauk
oma kongenital, dan absolut glaukoma. Berdasarkan mekanisme peningkatan t
ekanan intraokular pada glaukoma dibagi dua yaitu: gangguan aliran aqueous h
umor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut t
erbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma su
dut tertutup).
• Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan segmen anterior (slit lamp) dan
pengukuran tekanan intaokuler, oftalmoskopi menilai diskus optikus, serta penil
aian lapang pandang.
• Prinsip penatalaksanaan glaukoma yaitu menurunkan TIO dengan cara supresi
pembentukan humor aqueous, fasilitasi aliran keluar humor aqueous, menurunk
an volume vitreus. Dapat juga dilakukan tindakan bedah seperti trabekuloktomi
atau iridotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ekantini, Retno dan Ghani, Tatang Talka, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, Edisi ke lima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007. Hal 158-160
lyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke lima, Bal
ai Penerbit FKUI, Jakarta, 2015. Hal 226-228.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2014). Situasi Gangguan Penglihat
an dan Kebutaan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Repub
lik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2015). Situasi dan Analisis Glauko
ma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu penyakit Mata edisi 3. RSUD Soetomo. Surabaya. 2
006
Riordan-Eva, P & Witcher, JP (2010).
Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology, 17th Edition.. 2010. New York: McGraw-Hill Compa
nies. Diterjemahkan: Diana Susanto
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Wakeel. 2016. Atlas of Ocular Anatomy. Springer International Publishing Switzerland.
World Health Organization. Glaucoma; available at : http://who.int. 2002.

You might also like