You are on page 1of 30

ALGA SEBAGAI

BIOINDIKATOR

KELOMPOK 1
Mengapa Alga Dijadikan Sebagai
Salah Satu Bioindikator?

Karena beberapa jenis alga memiliki


kepekaan terhadap berbagai jenis polutan,
sehingga dapat menentukan kualitas
lingkungan.
Faktor pemanfaatan alga sebagai bioindikator:

 Mudah menyebar
 Ukuran renik sehingga peka terhadap perubahan
disekitarnya
 Waktu hidup yang pendek
 Keberadaannya di berbagai ekosistem perairan
 Kemampuannya menumpuk logam-logam
 Relatif mudah diidentifikasi
Syarat Alga Dapat Dijadikan sebagai
Bioindikator Lingkungan
 Ditemukan pada daerah tertentu dan relatif agak
lama ditemukan di daerah tersebut
 Memiliki toleransi yang tinggi terhadap polutan
 Memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan
ALGA YANG DAPAT
DIJADIKAN BIOINDIKATOR
Chlorophyceae
 Indikator pencemaran perairan Oligosaprobik
 Tingginya kelimpahan kelas Chlorophyceae dipengaruhi oleh
intensitas cahaya dan kecepatan arus perairan.
 Genera dari kelas Chlorophyceae digunakan sebagai
bioindikator kualitas perairan adalah genera Spirogyra dan
Desmidium.

Spirogyra sp.
Desmidium sp.
Perbesaran 400 x
 Chlorococum sp. dan Clamydomonas juga dapat
dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan.

Chlorococum sp. Clamydomonas


 Chlorella vurgaris, alga hijau yang tidak mempunyai
kemampuan untuk bergerak, berbentuk bulat, hidup
soliter dan berwarna hijau sehingga memiliki klorofil
a dan b yang dominan.
 Sebagai indikator perairan yang subur.

Chlorella vurgaris
Chrysophyceae
 Chrysiphyceae digunakan untuk bioindiktor perairan yang tingkat
pencemarannya ringan sampai sedang.
 Bahan pencemar pada perairan ini adalah bahan organik
maupun bahan anorganik.
 Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menurunkan
kualitas air sehingga hanya alga yang bersifat toleran saja
yang dapat hidup, misalnya Melosira ambigua, Rhizosolenia
delicatula, Nitzschia actinastroides

Melosira ambigua
Nitzschia actinastroides
Cyanophyceae
 Phormidium agustissimum, memiliki filamen
membentuk biru-hijau, dengan sel yang panjang.
 Hidup di perairan yang memiliki kadar garam yang
tinggi.

Desmidium sp.
 Anabaena sp. merupaka mikro alga ersel satu, berbentuk benang
(filamen), berkoloni, dan memiliki klorofil
 Mempunyai karakteristik habitat dengan nilai DO antara 6,50-6,69
mg/L dengan kandungan BOD berkisar antara 2,57-3,00 mg/L dan
COD berkisar antara 14,00-29,09 mg/L.
 Spesies ini merupakan spesies yang intoleran, sehingga digunakan
sebagai indikator sebuah perairan yang masih dalam kualifikasi
baik dan belum tercemar.

Anabaena sp.
 Spirulina sp. digunakan sebagai indikator pencemaran
yang berat
 Spirulina sp. mempunyai toleransi tinggimampu
danbertahan hidup pada saat cuaca berubah-ubah.
Fotosintesis dapat tetap berlangsung walaupun dalam
kondisi cuaca mendung maupun terik sekalipun.

Spirulina sp.
Pencemar pada perairan salah satunya
diakibatkan oleh logam berat. Berdasarkan data
dari United State Environmetal Agency (USEPA),
logam berat yang merupakan polutan laut yang
berbahaya diantaranya adalah antimon (Sb),
arsenik (Ar), berilium (Be), kadmium (Cd), kromium
(Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel
(Ni), selenium (Se), kobalt (Co), dan seng (Zn).
Cara Kerja Alga Sebagai Bioindikator
 Mikroalga maupun makroalga dapat menyerap
berbagai macam logam berat yang mencemari
perairan laut
 Logam berat tersebut terakumulasi dalam tubuhnya di
dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat
melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi
tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina,
sulfudril, imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat
dalam dinding sel dalam sitoplasma.
 Tingkat pencemaran air laut oleh logam berat dapat
diketahui dengan mengukur kadar logam berat pada
massa alga
Tingkat Pencemaran Perairan

Polisaprobik

α- β-
Mesosaprobik Mesosaprobik

Oligosaprobik
Alga untuk Pencemaran
Polisaprobik
Alga untuk Pencemaran
α- Mesosaprobik
Alga untuk Pencemaran
β- Mesosaprobik
Alga untuk Pencemaran
Oligosaprobik
TINGKAT PENCEMARAN
BERDASARKAN KELIMPAHAN
ALGA
Tingkat pencemaran air
 Lingkungan perairan yang terganggu dapat diketahui dengan mengukur
nilai saprobitas air
 Saprobitas perairan adalah keadaan kualitas air yang diakibatkan
adanya penambahan bahan organik dalam suatu perairan yang biasanya
indikatornya adalah jumlah dan susunan spesies dari organisme di dalam
perairan tersebut.
 Menurut Parsoone dan De pauw 1979 dalam Utomo, 2013 mengemukakan
bahwa tingkat saprobik akan menunjukkan derajat pencemaran yang
terjadi di dalam perairan dan akan diwujudkan oleh banyaknya jasad
renik indikator pencemaran,
Tingkat Saprobitas Dapat Dijelaskan Melalui Ciri
Struktur Komunitas Yang Terbagi Menjadi Empat Tingkat
Seperti Pada Tabel
No. Tingkat Saprobitas Ciri Struktur Komunitas
1. Polisaprobik Organisme produsen sangat rendah, DO
rendah dan BOD tinggi, organisme
kemolitropik dan produsen primer rendah.
2. α-Mesosaprobik Saprobitas perairan yang tingkat
pencemarannya sedang sampai dengan
berat Jumlah produsen mulai menurun, DO
rendah dan BOD tinggi, , kandungan DO di
dalam perairan meningkat,
tidak ada H2S, dan bakteri cukup tinggi.
No. Tingkat Ciri Struktur Komunitas
Saprobitas
3. ß - Mesosaprobik Saprobitas perairan yang tingkat
pencemarannya ringan sampai sedang. Jumlah
organisme produsen, konsumen, dan
dekomposer seimbang, struktur komunitas
oganisme melimpah dalam jenis dan jumlah
spesies, oksidasi dengan reduksi imbang.
kandungan DO dalam perairan tinggi, bakteri
sangat menurun, menghasilkan produk akhir
nitrat.
4. Oligosaprobik Jumlah organisme produsen, konsumen, dan
decomposer seimbang. Struktur komunitas
organisme sangat melimpah dalam jenis dan
jumlah spesies, variasi jenis rendah dan
didominasi jenis kecil. Organisme sensitif tipe
trophik dan kemolitrophik (Produsen primer
lebih besar dari konsumen dan decomposer).
 Tingkat saprobitas perairan ditentukan berdasarkan nilai Saprobik Indeks
(SI), Tropik Saprobik Indeks (TSI) menurut Lee et al (1987) dan Knobs
(1978) dalam Utomo (2013), dalam Kriteria selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
 Jenis fitoplankton sebagai bioindikator berdasarkan nilai
koefisien saprobik adalah sebagai berikut :
1. Perairan Oligosaprobik

 Chlorophyceae adalah alga yang digunakan


sebagai indikator pencemaran perairan
Oligosaprobik yakni perairan yang belum
tercemar sampai tercemar ringan. Species :
 Whitton (1975) dalam Semiden (2013) Desmidium
menyatakan bahwa alga hijau (Chlorophyceae)
merupakan rheofitoplankton yang biasa digunakan
untuk indikator perairan tercemar ringan karena
kelas Chlorophyceae umumnya dapat berkembang
biak dengan baik pada air dengan kondisi antara
tidak tercemar sampai sangat tercemar.
 Tingginya kelimpahan kelas Chlorophyceae
dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan kecepatan
arus perairan
 Genera dari kelas Chlorophyceae yang umum
digunakan sebagai bioindikator kualitas perairan
adalah genera Spirogyra dan Desmidium. Species : Spirogyra
sp.
2. Perairan ß - Mesosaprobik

 Perairan ß - Mesosaprobik merupakan


perairan yang tingkat pencemarannya
ringan sampai sedang. Bahan pencemar
pada perairan ini adalah bahan organik
maupun bahan anorganik. Species : Melosira
ambigua
 Bahan organik dan anorganik yang
terakumulasi pada perairan menghalangi
sinar matahari untuk menembus ke dalam
perairan secara sempurna sehingga
menghambat proses fotosintesis alga.
 Alga yang hidup dalam perairan ini divisi
Chrysophyta diantaranya Melosira sp., dan
Spyrogira sp . Species :
Spyrogira sp.
3.Perairan α-Mesosaprobik

 Perairan α-Mesosaprobik ini merupakan


perairan yang tercemar sedang sampai
berat dimana alga yang berperan
sebagai bioindikator disini alga dari kelas
Chlorococcales dan Diatomae seperti
Rhizosolonia sp., Nitschia sp., dan Species :
Rhizosolenia
Oscillatoria sp. delicatula

Species :
Nitzschia
actinastroides
4.Perairan Polisaprobik

 Alga sebagai biindikator pencemaran


air dalam perairan ini terdiri dari
kelas Chrysophyceae, sebagai contoh
yakni Spirulina sp.

Spesies : Spirulina
sp.

You might also like