You are on page 1of 52

KESELAMATAN PEJALAN KAKI DAN PESEPEDA

1
Deskripsi Singkat
• Mata Diklat ini membekali peserta dengan
pengetahuan tentang keselamatan pejalan kaki dan
pesepeda agar tercipta jalan yang berkeselamatan
bagi seluruh pengguna jalan termasuk pejalan kaki
dan pesepeda.

• Diklat dilakukan dengan menggunakan metoda


pelatihan orang dewasa (andragogi) yang meliputi
ceramah, tanya jawab, pemaparan dan diskusi.
2
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
• Setelah selesai mengikuti pembelajaran Keselamatan Pejalan
Kaki dan Pesepeda, peserta diharapkan mampu menjelaskan
tentang keselamatan pejalan kaki dan pesepeda di jalan agar lebih
berkeselamatan.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


• Setelah selesai mengikuti pembelajaran Keselamatan Pejalan Kaki dan
Pesepeda ini, peserta mampu:
• Menjelaskan prinsip keselamatan pejalan kaki dan pesepeda.
• Menjelaskan kelompok pengguna jalan yang rentan.
• Menjelaskan strategi keselamatan pejalan kaki. 3
Indikator Keberhasilan :

• Setelah mengikuti pembelajaran mata Diklat ini,


peserta Diklat mampu menjelaskan Keselamatan
Pejalan Kaki dan Pesepeda dan Strategi Menjamin
Keselamatan serta Rekomendasi penanggulangannya

4
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Prinsip keselamatan pejalan kaki dan pesepeda
• Peraturan terkait Keselamatan Pejalan Kaki dan Pesepeda
• Pengertian dan istilah
• Permasalahan kecelakaan pejalan kaki dan pesepeda
• Prinsip keselamatan pejalan kaki
Kelompok pengguna jalan yang rentan
• Pejalan kaki yang berisiko tinggi
• Pesepeda
• Pesepeda motor
Strategi keselamatan pejalan kaki
• Segregasi
5
Perspektif jalur sepeda 1(satu)arah di
badan jalan

6
Peraturan terkait Keselamatan Pejalan Kaki
dan Pesepeda

• Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan

• Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No.


02/in/db/2012 Tentang Panduan Teknis Rekayasa
Keselamatan Jalan

7
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

• pasal 25,
• pasal 106,
• pasal 131,
• pasal 203,

8
Pada pasal 25,
Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi
dengan perlengkapan Jalan berupa:
• a. Rambu Lalu Lintas;
• b. Marka Jalan;
• c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
• d. alat penerangan Jalan;
• e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
• f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
• g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
• h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
berada di Jalan dan di luar badan Jalan.
9
pasal 106
• Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib
mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda.

pasal 131
• pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang
berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain, serta berhak
mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan.

pasal 203
• Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan.
10
Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No.
02/in/db/2012 Tentang Panduan Teknis
Rekayasa Keselamatan Jalan
• Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana yang
dimaksud, berpedoman pada:

• Panduan Teknis-1: Rekayasa Keselamatan Jalan


• Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan
• Panduan Teknis-3: Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan.

11
Pengertian dan Istilah
• Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas
Jalan.
• Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu
lintas.
• Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam
rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.
• Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas
yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.
• Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan
oleh tenaga manusia dan/atau tenaga hewan.
12
Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan meliputi:

• a. trotoar;
• b. lajur sepeda;
• c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
• d. Halte; dan/atau
• e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia
lanjut.
Perangkat pejalan kaki sebaiknya ditempatkan di atau dekat
dengan jalur yang dikehendaki pejalan kaki. 13
Kendaraan Tidak Bermotor
Setiap Kendaraan Tidak Bermotor yang dioperasikan di
Jalan wajib memenuhi persyaratan keselamatan,
meliputi:

• a. persyaratan teknis; dan


• b. persyaratan tata cara memuat barang.

14
Persyaratan teknis sekurangkurangnya meliputi:
• a. konstruksi;
• b. sistem kemudi;
• c. sistem roda;
• d. sistem rem;
• e. lampu dan pemantul cahaya; dan
• f. alat peringatan dengan bunyi.

Persyaratan tata cara memuat barang sekurang-


kurangnya meliputi dimensi dan berat.
15
•Pesepeda berhak atas fasilitas
pendukung keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran dalam berlalu lintas.

16
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pelaksanaannya:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui
penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus;
• b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan
Pejalan Kaki;
• c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
• d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu
Lintas berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan
aksesibilitas;
• e. pemaduan berbagai moda angkutan; 17
larangan pada Kendaraan Tidak Bermotor
Kategori larangan pada Kendaraan Tidak Bermotor adalah :

(1) Pengendara Kendaraan Tidak Bermotor dilarang:


• a. dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh
Kendaraan Bermotor dengan kecepatan yang dapat
membahayakan keselamatan;
• b. mengangkut atau menarik benda yang dapat merintangi
atau membahayakan Pengguna Jalan lain; dan/atau
• c. menggunakan jalur jalan Kendaraan Bermotor jika telah
disediakan jalur jalan khusus bagi Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Pesepeda … 18
(2) Pesepeda dilarang membawa Penumpang, kecuali jika
sepeda tersebut telah dilengkapi dengan tempat Penumpang.

(3) Pengendara gerobak atau kereta dorong yang berjalan


beriringan harus memberikan ruang yang cukup bagi
Kendaraan lain untuk mendahului.

(4) Pesepeda tunarungu harus menggunakan tanda pengenal


yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang
sepedanya.
19
Hak dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam
Berlalu Lintas
• (1) Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung
yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas
lain.
• (2) Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat
menyeberang Jalan di tempat penyeberangan.
• (3) Dalam hal belum tersedia fasilitas bagi Pejalan Kaki maka
Pejalan Kaki berhak menyeberang di tempat yang dipilih
dengan memperhatikan keselamatan dirinya.
• (4) Pejalan Kaki wajib:
a. menggunakan bagian Jalan yang diperuntukkan bagi
Pejalan Kaki atau Jalan yang paling tepi; atau 20
• Pejalan kaki adalah kelompok pengguna jalan yang
paling besar.
• Tidak perlu surat ijin untuk menjadi pejalan kaki.
• Kadang pergerakannya sulit diduga.
• Semua umur.
• Sangat rentan – mudah terluka serius.
• Kurang lebih 15% dari jumlah kematian di jalan.
• Kurang lebih 15 orang per hari pejalan kaki meninggal
di Indonesia.
21
Pengguna Jalan yang Rentan
Perlakuan khusus bagi pengguna jalan yang rentan
meliputi:

• a. aksesibilitas;
• b. prioritas pelayanan; dan
• c. fasilitas pelayanan.

22
Kelompok Pengguna Jalan yang Rentan
• Pejalan kaki

• Pesepeda

• Pesepeda-motor

23
Pejalan Kaki
4(empat) kelompok pejalan kaki yang berisiko lebih
besar di jalan

• Anak-anak dan Usia muda


• Usia Lanjut/Manula
• Disabel/cacat
• Mabuk dan Teler (Dalam pengaruh obat atau alkohol)
24
Pejalan kaki
•perlu diperhatikan keselamatannya
dalam audit keselamatan jalan dan
investigasi tabrakan.

25
Pejalan Kaki Usia Lanjut/Manula
Pejalan Kaki Manula memerlukan :

• Lampu jalan yang memadai


• Lintasan rata – tidak ada tangga, dan bebas gangguan.
• Lintasan yang membantu untuk menyeberang.
• Berupa pesinggahan (median), sinyal, atau zebra.
• Lampu sinyal memberikan waktu yang memadai.
• Sinyal “pejalan kaki” dapat dilihat.
• Penyeberangan kereta dorong “rata”. 26
Kelompok Pejalan Kaki Disabel/cacat
Pejalan kaki disabel/cacat – memerlukan :

• Lokasi penyeberangan teridentifikasi.


• Persinggahan (median) cukup lebar.
• Akses yang rata pada setiap kerb, termasuk pada
median.
• Pada sinyal – ada alat audio-tactile.

27
Kelompok Pejalan Kaki Mabuk dan
Teler (dalam pengaruh obat atau alkohol)
• Di negara barat, pejalan kaki yang mabuk atau teler mendominasi
tabrakan serius pada malam hari. dan biasanya di kota besar.

• Di Indonesia jumlahnya lebih kecil, tapi masalahnya tetap ada. Laki-


laki yang biasanya mengalami masalah ini, dan pada malam hari.

28
Pesepeda
• Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan agar pengoperasian
pesepeda berkeselamatan dan efisien:

• Ruang – ruang lateral yang terbebas dari interaksi


kendaraan bermotor yang lebih besar dan lebih cepat.

• Konektivitas – jalur yang kontinyu tanpa tonjolan.

• Permukaan yang rata – terbebas dari lubang, saluran yang


tidak ditutupi, pasir, lumpur, dan kerikil.
29
Rambu lajur atau jalur sepeda

30
Lajur sepeda yang ideal

31
Penempatan parkir sepeda di trotoar

32
Perspektif dan dimensi jalur yang digunakan
bersama

33
Pesepeda Motor
• Pada dasawarsa terakhir pertumbuhan sepeda motor sangat
signifikan. Tragisnya, sepeda motor juga sangat berbahaya
• 70% tabrakan fatal terjadi pada sepeda motor.
• Di area perkotaan, sepeda motor mendominasi ruang jalan. Perilaku
buruk pengendaranya menjadi masalah di Indonesia. Terlalu banyak
pengendara sepeda motor yang melawan arus, ada yang melanggar
lampu merah di persimpangan, terlalu banyak yang berkendara di
jalur pejalan kaki untuk menghindari kemacetan lalu lintas.

34
Rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan pengendara
sepeda motor

• Praktek keselamatan jalan yang baik, yang diperkenalkan


kepada pengguna mobil, truk, dan bus, juga ternyata dapat
meningkatkan keselamatan pengendara sepeda motor.

• Dengan memastikan penggunaan rambu dan delineasi yang


benar, marka garis yang tepat, memperhatikan objek
berbahaya pada sisi jalan, dan memastikan bahwa
persimpangan berkeselamatan sekaligus praktis, maka akan
membantu pengguna jalan, termasuk pengendara sepeda
motor. 35
2(dua) hal yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk membantu pengendara sepeda
motor

• adalah :

• melapisi bahu jalan dengan aspal.

• memelihara jalan dan membebaskan dari lubang,


pasir, lumpur, dan tanah keras.
36
• Selain itu, perlu menyusun program keselamatan yang
lebih baik bagi pengendara sepeda motor, dengan
menyediakan:

• tiang rambu yang lebih berkeselamatan/lebih


ramah bagi pengendara sepeda motor.

• rel pagar tambahan yang dipasang di bagian bawah


pagar semikaku/guard rail untuk mencegah
pengendara sepeda motor menghantam tiang
pagar dalam tabrakan. 37
3(tiga) Strategi untuk Keselamatan
Pejalan Kaki
• Segregasi – jalan bebas hambatan/tol, jalan khusus
untuk pejalan kaki/mall

• Separasi – terhadap waktu atau ruang

• Integrasi – di mana kendaraaan dan pejalan kaki


berbagi jalan.
38
Segregasi
membedakan ruang untuk pejalan kaki dari kendaraan bermotor di
dalam suatu jaringan jalan. seperti :

• 1. penyediaan jalan khusus untuk pejalan kaki, di mana kendaraan


bermotor dilarang masuk, atau
• 2. adanya jalan bebas hambatan, di mana pejalan kaki tidak boleh
masuk.
• Selain itu, ada juga penyediaan jembatan penyeberangan dan
terowongan untuk pejalan kaki.

Strategi ini mahal dan hanya dilakukan untuk proyek besar seperti
pembangunan jalan bebas hambatan baru atau mall besar. Strategi 39
ini jarang digunakan hanya untuk tujuan keselamatan jalan.
Bagaimana memasang penyeberangan jalan?
• Jangan dipasang di area antar kota, atau di mana
kecepatan tinggi.
• Selalu menggunakan rambu dan marka benar.
• Kadang diperlukan memasang rambu peringatan
sebelumnya.
• Harus di area yang terang – untuk penggunaan malam
hari.
• Juga perlu merubah perilaku pengemudi agar tidak
percuma memasang penyeberangan.
40
Penyeberangan dg Bendera di areal Sekolah

41
Separasi
• Memisahkan pejalan kaki dari kendaraan bermotor,
baik dalam waktu (dengan APILL) maupun dalam
ruang dengan penampungan/pulau lalu lintas/
median/refugee.

• Strategi ini umum digunakan dalam rekayasa


keselamatan jalan.

42
Sistem Penyeberangan dengan
APILL Bertombol(Push Button)

43
Integrasi
Integrasi adalah membagi ruang jalan untuk pejalan kaki dan
kendaraan bermotor.
Biasanya kendaraan bemotor yang mempunyai ruang milik jalan,
tapi dengan rekayasa keselamatan jalan yang baik, akan dapat :

• diupayakan kecepatan kendaraan rendah, garis pandang memadai,


dan bahu jalan cukup lebar.
• Seringkali, strategi ini enggan diterapkan , mungkin karena seperti
tidak berbuat sesuatu yang memadai untuk membantu pejalan
kaki.
• khusus di area rural, membantu pejalan kaki berintegrasi secara
selamat dengan lalu lintas bermotor perlu diupayakan dan
merupakan strategi yang positif.
44
Perspektif jalur sepeda 2(dua) arah di
badan jalan

45
Penyeberangan Jalan dengan pemisahan
elevasi
• Jembatan penyeberangan (overpass).

• Terowongan pejalan kaki (underpass/subway),


mempunyai jarak pandang menerus – untuk
keselamatan individu.

46
Tipikal Jembatan Penyeberangan

47
Tipikal Terowongan Pejalan Kaki

48
Tipikal Terowongan Pejalan Kaki

49
Tidak ada kepatuhan peraturan lalu lintas di
Penyeberangan Zebra
• Penegakan hukum kurang konsisten.
• Marka dan rambu kurang konsisten/tepat.
• Pejalan kaki juga menganggap
penyeberangan zebra kurang ada artinya.
• Kalau demikian, kenapa banyak
penyeberangan zebra dipasang?
50
Marka Zebra Cross pada ruas jalan yang
dilengkapi dengan rambu penyeberang jalan

51
Selamat Bertugas

52

You might also like