You are on page 1of 40

Lutvi Choirunnisa’ 131411131002

Elfira Fitria Rohma 131411131026


Devi Noaritasari 131411131077
Eka Fitriyah Rohmah 131411131080
Nadhia Putri Ulva Sari 131411133006
Oktaviana Ristya Anggraini 131411133009
R. R. Ratri Prasetyoningrum 131411133030
Pemeriksaan
Definisi
Diagnostik

Klasifikasi  Penatalaksanaan

Etiologi Diet

Patofisiologi Prognosis

Web of Causation Komplikasi

Manifestasi Klinis Asuhan Keperawatan


DEFINISI

Diabetes Melitus pada adalah gangguan kronis metabolisme yang
ditandai oleh defisiensi parsial atau lengkap dari hormon insulin.
Diabetes melitus tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi juga
anak-anak. Anak-anak yang mengalami Diabetes Melitus memiliki
sindrom kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai
hiperglikemia kronik akibat defek pada sekresi insulin dan atau
tidak adekuatnya fungsi insulin. Pada anak-anak kasus DM yang
sering terjadi adalah DM tipe I. Presentase usia anak-anak dengan
DM tipe 1 memiliki distribusi bimodal, dengan satu puncak pada 4
sampai 6 tahun dan pubertas dini lain (10 sampai 14 tahun). Insiden
anak laki-laki sedikit lebih tinggi dari pada anak perempuan (dari 1:
1 menjadi 1,2:1).
KLASIFIKASI

 DM tipe I
 DM tipe II
Diabetes Mellitus tipe I
(Juvenille Diabetes )

Ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas (yang
memproduksi insulin) sehingga menyebabkan
kekurangan insulin absolut. Biasanya dimulai pada
anak-anak atau orang dewasa muda. Idiopatik tipe I
mengacu pada bentuk yang jarang dari penyakit yang
telah diketahui penyebabnya.
Diabetes Mellitus tipe II

Biasanya timbul karena resistensi insulin dimana tubuh
gagal untuk menggunakan insulin dengan benar,
dikombinasikan dengan defisiensi insulin. Biasanya
terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 45 tahun,
kelebihan berat badan dan menetap, dan memiliki
riwayat keluarga diabetes.
ETIOLOGI DM tipe I

 Faktor genetik
 Faktor lingkungan
 Faktor imunologi

PATOFISIOLOGI DM
tipe I
Ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun

Glukosa yang berasal dari makanan


tidak dapat disimpan dalam hati Mengganggu metabolisme protein dan
lemak


Glukosa berada dalam darah Pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan
keton

hiperglikemia postprandial (sesudah makan) penurunan berat badan

Ginjal tidak dapat menyerap kembali


semua glukosa yang tersaring keluar

Glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria)

Ekskresi urin disertai pengeluaran cairan dan elektrolit


yang berlebihan (diuresis osmotik)

Poliuria dan polidipsia

Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.

Web of Causation
MANIFESTASI KLINIS

 Poliuria
 Polidipsia
 Polifagia
 Penurunan berat badan
 Kelelahan
 Penglihatan kabur
 Mual dan muntah
 Sakit perut
 Napas bau
 Dehidrasi (hiperglikemia)
 Pernapasan yang cepat dan dalam
 Gemetar (hipoglikemi)
 Berkeringat (hipoglikemi)
 Takikardia (hipoglikemi)
 Kulit lembab dan dingin (hipoglikemi)
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan Glukosa Darah

Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah


satu kriteria sebagai berikut:
a. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidpsia,
polifagia, berat badan yang menurun, dan kadar glukasa
darah sewaktu >200 mg/dL (11.1 mmol/L)
b. Pada penderita yang asimtomatis ditemukan kadar
glukosa darah sewaktu >200 mg/dL atau kadar glukosa
darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi
glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali
pemeriksaan
Continue
 Tes Toleransi Glukosa

Penilaian testoleransi glukosa:
a. Anak menderita DM apabila:
Kadar glukosa darah puasa ≥140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
Kadar glukosa darah pada jam ke 2 ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L)
b. Anak dikatakan menderita toleransi gula terganggu
apabila:
Kadar glukosa darah puasa <140 mg/dL (7,8 mmol/L) dan
Kadar glukosa darah pada jam ke 2: 140-199 mg/dL (7,8-11
mmol/L)
c. Anak dikatakan normal apabila :
Kadar glukosa darah puasa (plasma) <110 mg/dL (6,7
mmol/L) dan Kadar glukosa darah pada jam ke 2: <140
mg/dL (7,8-11 mmol/L)
PENATALAKSANAAN
SECARA UMUM

a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi masyarakat menuju
perubahan perilaku hidup sehat. Untuk mencapai
perubahan perilaku dibutuhkan edukasi komprehensif
dan upaya peningkatan motivasi.
b. Terapi Gizi Medis
c. Farmakologi
PENATALAKSANAAN
HIPERGLIKEMIA

Pemberian Insulin, berdasarkan lama kerja dibedakan
menjadi:
 Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
 Insulin kerja pendek (short acting insulin)
 Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
 Insulin kerja panjang (long acting insulin)
 Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah
(premixed insulin).
Kadar Gula Regulasi Cepat Regulasi Cepat
Darah (sebelum Intravena Subkutan
RC) (RumusMinus (Maintenance)(R
Satu)(@ 4 umus kali 2)
unit/jam)
200-300 1x 3x4 unit
300-400 2x 3x6 unit
400-500 3x 3x8 unit
500-600 4x 3x10 unit
600-700 5x 3x12 unit
PENATALAKSANAAN
HIPOGLIKEMIA

Manajemen Hipoglikemia menurut Soemadji (2006) sebagai berikut:

a. Hipoglikemia ringan:
 Diberikan 150-200 ml the manis atau jus buah atau 6-10 butir
permen atau 2-3 sendok the sirup atau madu
 Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit maka ulangi
pemberiannya
 Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kadar
kalori (coklat, kue, donat, ice cream, cake)

b. Hipoglikemi berat:
 Tergantung pada tingkat kesadaran pasien
 Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberi makanna
atau minuman untuk menghindari aspirasi
Kadar Glukosa (mg/dL) Terapi Hipoglikemia

<30 Injeksi IV Dex 40% (25cc) bolus 3

30-60
 flakon
Injeksi IV Dex 40% (25cc) bolus 2
flakon
60-100 Injeksi IV Dex 40% (25cc) bolus 1
flakon
1. Periksa kadar gula darah lagi, 30 menit sesudah injeksi IV
2. Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali mencapai ≥120mg/Dl
DIET PADA PASIEN
DM

Prinsip Diet Diabetes Melitus:
 Tepat jumlah bahan makanan
 Tepat jadwal makan, yaitu makan dibagi menjadi 3x
makan utama dan 3x makan selingan dengan jangka
waktu 3 jam
 Tepat jenis makanan yang dikonsumsi
Continue

Tujuan Diet:
 Memberikan makanan sesuai kebutuhan
 Mempertahankan kadar gula darah sampai
normal/mendekati normal
 Mempertahankan berat badan menjadi normal
 Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu
rendah yang dapat menyebabkan pingsan
 Mengurangi/ mencegah komplikasi
Continue
Syarat Diet:

 Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal,
ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus,
misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanya komplikasi.
 Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
 Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari
lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak
tidak jenuh tunggal). Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300
mg/hari.
 Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
 Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah
sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai
5 % dari
 kebutuhan energi total.
 Serat dianjurkan 25 gr / hari.
Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari
Sumber Semua sumber karbohidrat:
Karbohidrat nasi, bubur, roti, mie, kentang,
singkong, ubi, sagu, gandum,


pasta, jagung, talas, havermout,
sereal, ketan, macaroni

Sumber Protein Ayam tanpa kulit, ikan, Hewani tinggi lemak jenuh Keju, abon, dendeng, susu
Hewani telur rendah kolestrol, atau (kornet, sosis, sarden, otak, full cream
putih telur, daging yang jeroan, kuning telur)
tidak berlemak
Sumber Protein Tempe, tahu, kacang hijau,
Nabati kacang merah, kacang
tanah, kacang kedelai

Sayuran Sayur tinggi serat: Bayam, buncis, daun melinjo, Sayur tinggi serat:
kangkung, daun kacang, labu siam, daun singkong, kangkung, daun kacang,
oyong, ketimun, tomat, daun ketela, jagung muda, oyong, ketimun, tomat, labu
labu air, kembang kol, kapri, kacang panjang, pare, air, kembang kol, lobak,
lobak, sawi, selada, seledri, wortel, daun katuk sawi, selada, seledri, terong
terong
Buah-buahan Jeruk, apel, pepaya, Nanas, anggur, Buah–buahan manis dan
jambu air, salak, mangga, sirsak, diawetkan: durian, nangka,
belimbing (sesuai pisang, alpukat, alpukat, kurma, manisan buah
kebutuhan) sawo,


semangka,
nangka masak

Minuman – – Minuman yang mengandung


alkohol, susu kental manis, soft
drink, es krim, yoghurt, susu

Lain – lain – Makanan yang Gula pasir, gula merah, gula


digoreng dan batu, madu, makanan atau
yang minuman yang manis: cake, kue
menggunakan manis, dodol, tarcis, sirup, selai
santan kental, manis, coklat, permen, tape,
kecap, saus mayones
tiram
PROGNOSIS
beberapa literatur menyebutkan
Diabetes Mellitus tipe 1 adalah penyakit kronis yang serius,
bahwa bagi penderita penyakit ini
umur dari penderita 10 tahun lebih pendek dibandingkan dengan
bukan penderita. Pada anak yang menderita kemungkinan akan
mengalami penghambatan pertumbuhan sehingga akan lebih
pendek dibandingkan dengan orang normal. Sedangkan
perkembangan seksual dari anak penderita diabetes mellitus tipe 1
juga akan terhambat sehingga pencapaian umur pubertas akan lebih
tua dari anak yang normal. Prognosis akan menjadi lebih buruk bila
penyakit tidak dideteksi secara cepat, selain itu juga akan
menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronis. Prognosis baik
akan didapatkan apabila pengelolaan status hiperglikemia dan
ketogenesis terlaksana dengan baik, kecepatan dan ketepatan deteksi
dini penyakit serta pendidikan tentang penyakit serta
pengelolaannya yang jelas kepada orangtua pasien akan membantu
mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.
Continue

Pada diabetes mellitus tipe 2, prognosis akan sangat baik
apabila perbaikan status diabetes dilakukan secara tepat dan
cepat. Pentingnya penyakit dideteksi cepat agar dapat
dilakukan penatalaksanaan maupun perubahan pola hidup
sebelum memberikan komplikasi yang berbahaya. Perubahan
pola hidup, pola konsumsi serta pengawasan ketat penting
dalam menjaga agar prognosis tidak menjadi buruk. Bagi
dapat dilakukan pencegahan timbulnya pada anak normal
maupun beresiko dengan mengatur asupan kalori serta
olahraga yang cukup untuk menjaga indeks massa tubuh tetap
normal sesuai dengan umur serta tinggi anak. Manajemen
stress juga penting diketahui mengingat stress hormon dapat
meningkatkan kadar gula darah.
KOMPLIKASI

 Akut
 Kronis
KOMPLIKASI AKUT

 Ketoasidosis Diabetik
 Hyperglicemic hyperosmolar nonketotic coma
(HHNC)
 Asidosis laktat
 Hipoglikemia
KOMPLIKASI KRONIS

 Retinopati diabetik
 Nefropati diabetik
 Neuropati perifer dan autonomic
 Penyakit vaskular perifer
 Penyakit serebrovaskular (stroke)
 Penyakit arteri nefropati diabetik.
ASUHAN KEPERAWATAN
SECARA UMUM
Pengkajian
 Identitas
 Keluhan utama

 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
 Berat badan dan tinggi badan bisa diperiksa dengan menggunakan antropometri
 Pernafasan akan menjadi cepat dan dalam karena tubuh berusaha untuk
memperbaiki keasaman darah
 Tekanan darah
 Turgor kulit
 Infeksi jamur pada kelamin anak perempuan menjadi tanda pertama dari diabetes
tipe 1
 Emosional
 Aktivitas
 Nutrisi
 Eliminasi
 Neurovaskuler
Pemeriksaan Penunjang

 Kadar glukosa darah atau plasma (puasa atau setelah makan)


Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien
puasa 12 jam sebelum pemeriksaan ( GDP/ gula darah puasa/nuchter)


atau 2 jam setelah makan ( post prandial). Nilai normal untuk bayi baru
lahir adalah 30-80 mg/dl, sedangkan untuk anak-anak adalah 600-100
mg/dl.
 Pemeriksaan glukosa darah toleransi
Pemeriksaan kadar gula dalam darah puasa ( sebelum diberi glukosa 75
gram oral) , 1 jam setelah diberi glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa .
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat toleransi tubuh terutama insulin
terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu.
 Tes toleransi glukosa oral (TTGO).
 Osmolalitas serum
Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
 Natrium
Mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium
Normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
 Fosfor
Lebih sering menurun
 Hemoglobin glikosilat
Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA

yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
 Trombosit darah
Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau
infeksi.
 Ureum / kreatinin
Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
 Insulin darah
Mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi.
 Urine
Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan defisiensi insulin, anoreksia.
 Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan poliuri, intake inadekuat.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa, adanya ulkus.
 Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
berhubungan dengan kurang informasi.
Dx. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia.
Tujuan Kriteria Hasil  NIC

Nutrisi klien Nafsu makan baik, 1. Kaji intake makanan yang masuk
terjadi peningkatan 2. Timbang BB secara rutin
terpenuhi berat badan, tidak 3. Monitor kadar gula darah klien
setelah ada polipagia, gula 4. Observasi tanda-tanda
darah dalam batas hipoglikemi (perubahan tingkat
dilakukan normal, klien tidak kesadaran, nadi cepat, sakit kepala,
tindakan menunjukan tanda- tremor)
tanda hipoglikemi 5. Ajak keluarga dalam memotivasi
keperawatan klien untuk mau makan
6. Kolaborasikan pada ahli gizi
terkait nutrisi yang akan
dikonsumsi klien
7. Kolaborasikan pada dokter dalam
pemberian antiemetik dan
pemeriksaan gula darah
Dx. Defisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan poliuri, intake
inadekuat

Tujuan Kriteria Hasil NIC
Kebutuhan volume Turgor kulit elastis, 1. Observasi status
cairan dan elektrolit mukosa bibir lembab, cairan tubuh klien
klien terpenuhi setelah poliuri, polipagi dan 2. Observasi tanda-
dilakukan tindakan polidipsi berkurang, tanda vital klien
keperawatan. tanda-tanda vital 3. Kaji adanya
dalam batas normal, perubahan
kebutuhan cairan mental/sensori
terpenuhi, kesadaran 4. Kaji intake dan
komposmentis, serum output cairan klien
elektrolit dalam batas 5. Ukur BB klien
normal. 6. Kaji pengisian
kapiler dan turgor kulit
7. Pertahankan jumlah
intake cairan sesuai
dengan BB klien
Dx. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan
 fisik
Tujuan Kriteria Hasil NIC
Tidak terdapat Keadaan umum baik, 1. Kaji tingkat
kelemahan fisik kesadaran kemampuan aktivitas
komposmentis, tanda- klien
tanda vital dalam batas 2. Support aktivitas
normal, tidak ada klien secara aktif dan
kelemahan, dapat pasif dengan
melakukan aktivitas melibatkan keluiarga
secara madiri. 3. Observasi tanda-
tanda vital sebelum
dan seseudah
beraktifitas
4. Memberikan
bantuan sesuai
kebutuhan
5. Memberitahu
Dx. Resiko infeksi
berhubungan dengan
peningkatankadar glukosa
Tujuan Kriteria Hasil NIC
Tidak terjadi infeksi Tidak ditemukan 1. Observasi tanda-
tanda-tanda infeksi tanda vital
2. Kaji adanya tanda-
tanda infeksi
3. Pertahankan tehnik
aseptik pada prosedur
invasive bila perlu
dilakukan
4. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antibiotika dan
pemeriksaan
laboratorium
Dx. Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit berhubungan dengan kurang
informasi

Tujuan Kriteria Hasil NIC
Pengetahuan klien Klien dapat 1. Kaji tingkat
bertambah terkait mengetahui tentang pendidikan dan
penyakit yang dialami penyakitnya serta cara pengetahuan klien
pengobatan dan tentang DM
perawatan, klien dapat 2. Berikan penjelasan
berprilaku sehat dan tentang : pengertian,
berpartisipasi dalam penyebab, tanda dan
pengobatan gejala, akibat lanjut
pengobatan dan diet
yang ditentukan
3. Libatkan keluarga
dalam perawatan klien
4. Tanyakan hal yang
belum dimengerti
5. Beri penguatan

Seorang anak laki-laki usia 12 tahun, TB 154 cm, BB 58 kg
dibawa ke Rumah sakit oleh orang tuanya pada hari Kamis, 7
April 2016 dengan keluhan BB turun menjadi 49 kg, pernafasan
cepat, pusing, dan sakit kepala. Selama beberapa bulan terakhir
pasien merasa cepat lapar, haus terus, sering BAK terutama
pada malam hari dan kaki kesemutan, terdapat luka (trauma) di
kaki yang sulit untuk sembuh. Orang tua pasien heran, karena
pasien porsi makannya banyak dan teratur tapi berat badan
anaknya turun drastis. Sejak kecil pasien suka makan-makanan
yang manis dan jarang berolahraga. Orang tua pasien
mengatakan, nenek pasien meninggal karena diabetes mellitus.
Setelah dibawa ke klinik dokter, dilakukan beberapa
pemeriksaan dan hasilnya ternyata mukosa kering, GDS = 800n
mg/dL, Nadi= 90x/menit, suhu=380C, RR= 24x/menit, TD=
140/80 mmHg, Sat. O2: 87%.

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan
Evaluasi

TERIMA
KASIH

You might also like