You are on page 1of 22

Immobilitas

dan
Dampaknya Kelompok 3
Eka Aristya Nur (P17220173041)
Novi Ida Wulandari (P17220173043)
Choirun Nisa Putri (P17220174047)
Yoshi Aprilia (P172201740xx)
Ma’sum Muslimin (P17220174052)
Nanda Waidiyana (P17220174057)
Fela Aprilia Vindari (P17220174062)
Ahmad Nabil M (P17220174067)
Elwyn Putra R (P17220174072)
Intan Ayu Pratama (P17220174074)
Imobilitas atau
imobilisasi merupakan
keadaan dimana
seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas
karena kondisi yang
mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya
mengalami trauma
tulang belakang, cidera
otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Keadaan ini dapat meningkatkan resiko
gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat
juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat
ditemukan pada pasien yang mengalami
immobilitas pada hari kelima dan keenam.
Beberpa dampak dan perubahan metabolisme
diantaranya, pengurangan jumlah metabolisme,
antropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisasi tulang, gangguan dalam
mengubah zat gizi, dan gangguang
gastrointestinal.
Imobilitas fisik

pembatasan untuk bergerak


secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan
komplikasi pergerakan, seperti
pada pasien hemiplegia yang
tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis
sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk
mengubah tekanan.
Imobiitas Intelektual

keadaan dimana
mengalami keterbatasan
berpikir,. Seperti pada
pasien yang mengalami
gangguan otak akibat
suatu penyakit.
Imobilitas Emosional

keadaan ketika mengalami


pembatasan secara
emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri.
Seperti keadaan stress
berat karena diamputasi
ketika mengalami
kehilangan bagian
anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang
paling dicintai.
Imobilitas Sosial

keadaan seseorang yang


mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan
penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya
dalam kehidupan sosial.
Perubahan Sistem Tubuh
Akibat Imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat
mepengaruhi sistem tubuh. Seperti perubahan
pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan
nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan
kardiovaskuler, perubahan sistem
musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan
eliminasi (buang air besar dan kecil), dan
perubahan perilaku.
Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu


metabolisme secara normal. Mengingat imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolism dalam tubuh. Hal tersebut dapat
dijumpai pada menurunnya Basal Metabolisme
Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya
energy untuk perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga
dapat mempengaruhi oksigensi sel. Perubahan
metabolism imobilitas dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme
meningkat.
. Keadaan ini dapat meningkatkan resiko
gangguan metabolisme. Proses imobilitas
dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi
urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut
dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
immobilitas pada hari kelima dan keenam.
Beberpa dampak dan perubahan metabolisme
diantaranya, pengurangan jumlah
metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme
protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan
dalam mengubah zat gizi, dan gangguang
gastrointestinal.
Ketidakseimbangan Cairan
dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan
persediaan protein menurun dan konsentrasi protein
serum berkurang, sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial
dapat menyebabkan edema sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga
dapat mengakibatkan demineralisasi tulang akibat
menurunnya aktivitas otot. Sedangkan meningkatnya
demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi
kalium.
Gangguan Perubahan
Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan


oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori
dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel
tidak lagi menerima glukosa, asam amino,
lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup
untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
Gangguan Fungsi
Gastrointestinal Imobilitas

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan


fungsi gastrointestinal. Hal ini desebabkan
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan
yang dicerna, sehingga penurunan jumlah
masukan yang cukup dapat menyebabkan
keluhan. Seperti perut kembung, mual dan
nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
Perubahan Sistem
Pernafasan

Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun,


ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot
yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar
hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran
oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga
menyebabkan anemia.
Perubahan
Kardiovaskuler

Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain


dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya
kerja jantung dan terjadinya pembentukan trombus.
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakab
menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi
yang tetap dan lama, refleks neurovaskuler akan
menurun dan menyebabkan vasokonstriksi,
kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah
sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan
imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan
normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke
jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan
kerjanya. Terjadinya trombus juga diakibatkan
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil
penurunan kontraksi muscular sehingga
meningkatkan arus balik vena.
Perubahan Sistem
Muskuloskeletal

Gangguan Muskular. Gangguan skeletal

Yakni menurunnya massa Misalnya, akan mudah terjadi


otot sebagai dampak kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang
imobilitas secara langsung.
abnormal dengan kriteria adanya
Hal ini ditandai dengan fleksi dan fiksasi yang disebabkan
menurunnya stabilitas. atropi dan memendeknya otot.
Berkurangnya massa otot Kontraktur dapat menyebabkan
dapat menyebabkan atropi sendi dalam kedudukan yang tidak
pada otot. Seperti, otot betis berfungsi. Osteoporosis terjadi
yang telah dirawat lebih dari akibat reabsorbsi tulang semakin
enam minggu ukurannya besar, sehingga menyebabkan
akan lebih kecil dan jumlah kalsium ke dalam darah
menurun dan jumlah kalsium yang
menunjukkan tanda lemah di keluarkan melalui urine semakin
dan lesu. besar.
Perubahan Sistem Integumen

Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas


kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat
imobilitas dan terjadinya isakemia serta
nekrosis jaringan superficial dengan adanya
luka decubitus sebagai akibat tekanan kulit
yang kuat dan srikulasi yang menurun ke
jaringan.
Perubahan Eliminasi

Misalnya penurunan jumlah urine


yang mungkin disebabkan
kurangnya asupan dan penurunan
curah jantung, sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas


antara lain, timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi,
perubaha siklus tidur dan menurunnya
koping mekanisme.
DAMPAK IMMOBILITAS BAGI
PSIKOLOGIS
Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat
terjadi akibat keadaan immobilisasi. Masalah
psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien
mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana
mereka sering tidak memahami pendidikan
kesehatan yang diberikan maupun sulit
menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran
dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dan sering kali mengekspresikan emosi dalam
berbagai cara misalnya menarik diri, apatis atau
agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien
mengalami perubahan konsep diri serta
memberikan reaksi emosi yang sering
tidak sesuai dengan situasi.
Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak immobilisasi karena selama
preses immobilisasi seseorang akan mengalami
perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan
lain -lain.

You might also like