You are on page 1of 17

STROKE

Disusun oleh :

ANDI ANANDA RAMADANTI (PO714241182004)


SRI NURFATMA ARIANA (PO714241182022)
ANDI AKBAR MAULANA (PO714241161045)
NUR IRFA RAMADHANI (PO714241161057)
RIRI NANDA SANOVTIKA (PO714241161068)
YUNI ABTY FAJARSARI (PO714241161078)
STROKE
Definisi
O Stroke adalah deficit neurologist akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989).
O Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran
darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia,
yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel
saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan
oleh jaringan itu.
Klasifikasi Stroke
O Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik dibagi menjadi dua kategori,
yaitu Intracerebral Hemorrhage (ICH) dan
Subarachnoid Hemorrhage (SAH).
O Stroke non Hemoragik
Stroke non hemoragik dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
1. TIA’S (Trans Ischemic Attack)
2. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
3. Stroke in Volution
4. Stroke Komplit
Etiologi
O Hipertensi,
O Aneurisma pembuluh darah cerebral,
O Kelainan jantung / penyakit jantung
O Diabetes mellitus (DM),
O Usia lanjut
O Polocitemia,
O Peningkatan kolesterol (lipid total
O Obesitas,
O Perokok,
O kurang aktivitas fisik
Patofisiologi Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh
adanya penyumbatan aliran Emboli disebabkan oleh
darah otak oleh thrombus embolus yang berjalan
atau embolus. Trombus menuju arteri serebral
umumnya terjadi karena melalui arteri karotis.
berkembangnya Terjadinya blok pada arteri
aterosklerosis pada dinding tersebut menyebabkan
pembuluh darah, sehingga iskemia yang tiba-tiba
arteri menjadi tersumbat, berkembang cepat dan
aliran darah ke area terjadi gangguan neurologist
thrombus menjadi fokal. Perdarahan otak dapat
berkurang, menyebabkan ddisebabkan oleh pecahnya
iskemia kemudian menjadi dinding pembuluh darah
kompleks iskemia akhirnya oleh emboli.
terjadi infark pada jaringan
otak.
Patofisiologi Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan
darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang
tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan tekanan intra cranial
yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi
otak sehingga timbul kematian. Di samping itu,
darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah
berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.
Tanda dan Gejala
1. Kematian rasa (kekebasan) atau kelemahan-kelemahan
yang mendadak dari muka, tangan atau kaki, terutama
pada satu sisi dari tubuh. Kehilangan dari gerakan
sukarela (voluntary movement) dan/atau sensasi
mungkin adalah sepenuhnya atau sebagian. Mungkin
juga ada suatu sensasi kegelian (kesemutan) yang
berkaitan pada area yang terpengaruh.
2. Kebingungan atau kesulitan berbicara atau mengerti
yang mendadak. Adakalanya kelemahan pada otot-otot
muka dapat menyebabkan pengeluaran air liur.
3. Kesulitan melihat yang mendadak pada satu atau kedua
mata
4. Kesulitan berjalan, kepeningan, kehilangan
keseimbangan atau koordinasi yang mendadak
5. Sakit kepala yang parah yang mendadak dengan
penyebab yang tidak diketahui
Pemeriksaan Diagnostik
O Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat
dilakukan adalah :
1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan
darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila
perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan
luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark,
hematom dan bergesernya struktur otak
4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan
gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah
yang terganggu
Tujuan Pelaksanaan Fisioterapi
Terapi dilaksanakan dengan melihat kondisi
pasien terlebih dahulu melalui anamnesis dan
berbagai macam pemeriksaan yang tealah ada.
Berdasarkan promblematik fisioterapi :
1. Tujuan jangka pendek adalah latihan
memperbaiki postur dengan cara
menghambat, mengontrol tonus otot
(spastisitas) secara postural serta
meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.
2. Tujuan jangka panjang adalah untuk
meningkatkan kemampuan fungsional agar
dalam aktifitas kesehariannya mampu
melakukan aktifitas tanpa ketergantungan
penuh kepada orang lain atau secara mandiri.
Pemeriksaan Fisioterapi
1. Pemeriksaan Pergerakan Dasar
a. Pemeriksaan Pergerakan aktif
b. Pemeriksaan Pergerakan pasif

2. Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaan Spastisitas
b. Indeks Katz Test (pemeriksaan aktifitas sehari-hari)
Adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing,
Toileting, transferring, continence dan feeding:
Intervensi Fisioterapi
a. Rencana Program Intervensi
O Fase awal
O Fase lanjutan

b. Treatment
1. Posisi
2. Joint Movement Exercise
Pemberian latihan pasien stroke akibat trombosit
dan emboli, jika tidak ada komplikasi lain dapat
dimulai setelah 2-3 hari setelah serangan dan
bilamana terjadi perdarahan subarachnoid dimulai
setelah 2 minggu. Pada trombosis atau emboli
yang ada infark miokard tanpa komplikasi yang
lain dimulai setelah minggu ke 3 dan apabila tidak
terdapat aritmia mulai hari ke 10 [Sodik, 2002].
Dilakukan secara rutin dengan waktu latihan
antara 30-60 menit yang terbagi dalam tiga sesi.
Dan tiap sesi diberikan istirahat 5 menit. Namun
apabila pasien terlihat lelah, ada perubahan wajah
dan ada peningkatan menonjol tiap latihan pada
vital sign, maka dengan segera harus dihentikan.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara
aktif (flexi, extensi,endorotasi dan eksorotasi) untuk daerah
lengan dan tangan
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara
aktif (flexi, extensi, endorotasi, external rotasi) untuk daerah
tungkai
3. Aktifitas kehidupan sehari-hari/ADL
Kemempuan fungsional meliputi kegiatan
sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum,
mencuci, kebersihan diri, transfer dan
ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas tersebut
ditentukan derajat kemandiriaan dan
ketergantungan penderita juga kebutuhan alat
bantu.
4. Latihan mobilisasi
a. Latihan persiapan berdiri dari posisi
duduk
b. Latihan duduk ke berdiri
c. Latihan weight bearing pada posisi berdiri
d. Latihan berjalan

You might also like