You are on page 1of 21

POSITRON EMISSION

TOMOGRAFY
MARFIAN DWI SAPUTRO
P23138115020
Sejarah
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan
salah satu modalitas kedokteran nuklir, yang untuk
pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada
tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun
1952, sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di
Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun
1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama
kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun
1920-an. PET adalah metode visualisasi metabolisme
tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron.
Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah
citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh.
Pengertian
Positron emission tomografy (PET) atau
tomografi emisi positron adalah teknik
pencitraan kedokteran nuklir yang
memancarkan positron untuk menentukan
karakteristik fungsi biokimia suatu sel
atau organ tubuh (fisiologi) dan struktur
tubuh (patologi) secara in-vivo.
Fungsi
Fungsi utama PET adalah mengetahui
kejadian di tingkat sel yang tidak
didapatkan dengan alat pencitraan
konvensional lainnya. Kelainan fungsi
atau metabolisme di dalam tubuh dapat
diketahui dengan metode pencitraan
(imaging) ini.
PRINSIP KERJA
Positron Emission (continued)
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu
radionuklida glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai
FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi
gamma yang terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas
kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas kimia
abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan
dari bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan.
Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar gamma
yang berasal dari situs tabrakan di arah yang berlawanan dan
terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan
ratusan tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar
di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam
cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
Terjadinya Pencitraaan
PET memanfaatkan fonomena terjadinya pelepasan
positron dalam suatu peluruhan inti radioisotop tertentu.
Segera setelah positron dilepaskan, positron akan
bergabung dengan electron dan terjadilah INHILASI.
Dari inhilasi ini dihasilkan 2 gelombang
elektromagnetik berupa sinar gamma yang mempunyai
energi sebesar 511 keV dengan arah yang berlawanan
{180 derajat}.
Adanya 2 foton yang dilepas bersamaan ini ditangkap
oleh detector. Kemudian sinyal sinyal ini direkontruksi
maka terjadilah citra.
Types of Coincidences in PET
Unsur Yang Diperlukan Dalam Pemeriksaan
 Radioisotop
          Dalam pencitraan dengan pemeriksaan ini diperlukan radioisotop yang memancarkan positron ketika dalam
proses peluruhan inti
 ·Radiofarmaka
   Untuk membawa radioisotop diperlukan radio farmaka yang disesuaikan dengan metabolisme yang hendak
diperiksa
1. Radioisotop
Radionuklida yang digunakan dalam PET scan adalah radiosotop yang memiliki waktu paruh yang singkat,
seperti:
o        carbon-11 (~20 min),
o        nitrogen-13 (~10 min),
o        oxygen-15 (~2 min),
o        fluorine-18 (~110 min).
Radionuklida tersebut memperhatikan komponen yang ada dalam tubuh seperti glukosa, air, amonia.
Komponen senyawa tersebut disebut radiotracer. Ini penting karena teknologi PET dapat digunakan untuk
melacak struktur biologi dari banyak komponen dalam tubuh manusia.
 
2. Radiofarmaka
   Radiofarmaka pada PET yang sering digunakan adalah (F-18) Fluoro-D-Glocose (FDG) yang merupakan
radioaktif yang terbentuk dari glukosa, dimasukkan kedalam tubuh pasien melalui intravena. Glukosa
merupakan substansi yang sangat diperlukan oleh tubuh. FDG mempunyai waktu paruh sekitar 110 menit
sehingga sangat cepat keluar dari tubuh.
Tahapan Pemeriksaan PET
Tahap Persiapan :
Pasien akan diperiksa berat badan dan
level gula darah
Tahap Penyerapan :
Pasien akan diberikan suntikan FDG dan
dipersilahkan berbaring selama 1 – 1,5
jam agar caqiran FDG menyerap ke dalam
tubuh .
Tahap Scanning :
Dalam tahap ini pasien akan dibaringkan
di atas meja otomatis .Scanning
berlangsung selama 30 – 60 menit .
Keuntungan menggunakan PET
Memiliki sensitivitas klinis yang tinggi
sehingga dapat mendeteksi sel kanker
secara dini
Memberikan hasil dan gambar resolusi
tinggi
Teknologi ini memberikan informasi
secara menyeluruh
PET Membantu Dalam Memberikan
Informasi
Lokasi utama dari sel kanker
Penyebaran sel kanker
Ukuran dari sel kanker
Pilihan terapi yang optimal
Mengetahui efektifitas dari terapi
pengobatan yang dijalani pasien
Medeteksi tumor yang timbul kembali
Blok diagram PET
Sinyal dari setiap output PMT dikonversi menjadi
tegangan dan amplitudo oleh low noise amplitudo (LNA).
Sinyal yang dihasilkan oleh PMT berupa sinyal pulsa yang
lambat. Kekuatan sinyal dari setiap PMT ditentukan
dengan mengintegrasikan sinyalnya menjadi pulsa. Setelah
LNA, sistem ini menggunakan variabel-gain amplifier (
VGA) untuk mengkompensasi variabilitas sensitivitas dari
PMTS.
Output dari VGA dilewatkan melalui lowpass filter, offset
kompensasi, dan kemudian dikonversi menjadi sinyal
digital dengan bit 10 sampai 12-bit analog-ke-digital
(converter ADC sampling) dengan 50Mbps untuk menilai
100Mbps
Sinyal-sinyal dari beberapa PMTS harus dijumlahkan, oleh
karena itu gabungan sinyal masukan berupa ultra-high-
speed. Sebuah DAC menghasilkan tegangan referensi
komparator untuk mengkompensasi offset DC. Akurasi
yang sangat tinggi diperlukan untuk menghasilkan sinyal
output komparator dengan waktu yang berkecepatan tinggi.
Sinyal output dari DAC kemudian masuk ke bagian
processing unit untuk dikirim ke image processing.
Dari hasil pendeteksian, dilakukan image reconstruction
untuk mendapatkan gambaran sebaran glukosa di dalam
tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi
dengan program untuk keperluan ini, sehingga hasil image
reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.
Kamera PET
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan
kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir.
Hal ini dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence
detection.
Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera
bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi. Dari anihilasi ini
dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar
511 V dengan arah berlawanan (180o). Adanya dua buah proton yang
dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan
coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang
ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh
secara bersamaan.  Jika hanya satu buah sinyal  yang ditangkap, maka
sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karenanya, hampir
seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.
Hasil foto scan PET
Scan of an abused
child’s brain

Scan of a healthy
child's brain.
TERIMA KASIH

You might also like