You are on page 1of 20

Behavior Based Safety

Behavior Based Safety (BBS)


 Sebab kecelakaan di tempat kerja
dominan : perilaku tidak aman (unsafe
behaviour)
 Sejak awal 1990-an behavioural based
safety berkembang pesat menjadi senjata
dalam memerngi kecelakaan kerja
 Penerapan teknik BBS dapat mengurangi
kecelakaan antara 40-75% dalam waktu 6-
12 bulan (hasil penelitian)
BBS
 suatuaplikasi sistematis dari riset
psikologi terhadap perilaku manusia
(human behavior) dalam masalah-
masalah K3 di tempat kerja
What is behavior-based safety?
 Reflects
a proactive approach to safety
and health management

 Reflectsa proactive
approach to injury
prevention
What is behavior-based safety?

 Focuses on at-risk behaviors that can


lead to injury
 Focuses on safe behaviors that can
contribute to
injury prevention
 BBS is an injury
prevention process
Implementation phases of BBS
 Phase 1 - assess the safety culture

 Phase 2 - educate
and train team
leaders
Implementation phases of BBS
 Phase 3 - educate and train employees
about the principles, tools, and
implementation
strategies

 Phase 4 - monitor
the progress
The corporate safety culture
 Develop a clear safety mission and goals

 Communicate the vision and goals

 Enable each area to


attain its own safety
goals
The corporate safety culture
 Encourage individual participation

 Empower employees to set and achieve


their own goals

 Foster
mutual
respect and support
The Safety Triad
Mengapa manusia melakukan
Unsafe Behavior?
 Karenamereka belum mengalami
kecelakaan pada waktu mereka
melakukan pekerjaan dengan cara tidak
aman.
Penerapan behavior safety
memerlukan pendekatan :
1. Leadership & administration
 Pendekatan dari “bawah ke atas” : pekerja
diberikan peluang untuk berpartisipasi
mendapatkan komitmennya shg pekerja
merasa sebagai ownership dari proses
manajemen K3
Penerapan behavior safety
memerlukan pendekatan :
2. Accident/incident investigation &
Accident/Incident Analysis
 Informasikan penyebab-penyebab
kecelakaan melalui personal communication
yang menitikberatkan pada planned-
personal-contact antara atasan dan
bawahan, Group HSE meeting, dll
Penerapan behavior safety
memerlukan pendekatan :
3. Critical Task Analysis, Task Observation,
and Engineering Change Management
 Risk assessment merupakan salah satu
kunci untuk mengetahui resiko yang ada
untuk merencanakan tindaakan perbaikan
 Menghilangkan resiko dengan teknik
rekayasa dapat mengurangi resiko unsafe
behavior, tapi tidak selalu berhasil
Penerapan behavior safety
memerlukan pendekatan :
4. Rule & Work Permit
• Memberikan hukuman sampai pekerja
melakukan safe bahavior (?)  bisa efektif bisa
tidak
• Memberikan penghargaan kepada pekerja yang
melakukan safe behavior (?)  manajemen
memastikan bahwa penguatan untuk safe
behavior lebih kuat daripada unsafe behavior
APLIKASI
 Pekerja adalah orang terbaik yang dapat
merubah norma K3 karena mereka sendiri
yang mengontrol perilakunya.
 Kekuatan manajemen (line management)
sangat dibutuhkan, tapi mengandalkan itu
saja belum tentu berhasil.
APLIKASI
 Pekerja diberi tanggung jawab dan batasan-
batasan untuk mengidentifikasi dan memantau
tindakannya (safe and unsafe behavior)
 Pekerja menyusun sendiri target perbaikan K3
bagi mereka.
 Hasilnya, kelompok kerja dapat menentukan
norma-norma K3 dalam lingkungan kerja
mereka
 Line management memfasilitasi proses dengan
memberikan sumber-sumber dan dukungan
untuk “employee ownership of safety”
The “DO IT” process
 Define behaviors
 Observe behaviors
 Intervene

 Test the intervention


Finally…..
 Tercipta‘blame free’ pro-active safety
culture yang vital dalam pencapaian
sukses jangka panjang
 So….

 BBS --- semacam pemberdayaan


masyarakat di bidang K3

You might also like