You are on page 1of 10

VIRTUAL COORDINATOR TRAINING

BATCH 4 JATENG - DIY


VCI 78.1 Senin, 24 Juni 2019, Sesi 2 : 20.00-21.00
EMPAT GOLONGAN MANUSIA YANG
DIRINDUKAN SURGA

Presenter : :Ghozali, S.Pd.


Host : Eni Irnawati, S.Pd.
MA Hidayatul Atfal Moderator : Nova Prasetyaningrum, Kab.
Guru PPKn MAN Pekalongan Pekalongan
Pekalongan
SHALAT MENCEGAH PERBUATAN
KEJI DAN MUNKAR
Pengertian Shalat
Menurut Bahasa : Shalat artinya Doa
Menurut Istilah : Shalat adalah perbuatan atau amaliyah yang di awali
dengan takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam.

Hukum melaksanakan Shalat :
1. Wajib : Ain :Shalat 5 Waktu Kifayah : Shalat Jenazah
2. Sunnah : Ied, Rawatib, Tarawih, Witir, hajad, Tahajud dll.
3. Haram : Bagi yang masih diharamkan shalat karena keadaan; waktu
diharamkan shalat; kondisi dan situasi haram shalat karena sikap
Surat Al Ankabut ayat 45 :


Bacalah Kitab (Al-Qur-an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allâh (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allâh mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” [Al-Ankabut/29:45]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini, “Maksudnya,
shalat itu mencakup dua hal: (pertama) meninggalkan berbagai kekejian dan
kemungkaran dimana menjaga shalat dapat membawa kepada sikap
meninggalkan hal-hal tersebut… (kedua) shalat mencakup pula upaya mengingat
Allâh Azza wa Jalla . Itulah tuntutan yang paling besar

Abul ‘Aliyah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya shalat itu mempunyai tiga


pokok. Setiap shalat yang tidak memiliki salah satu dari tiga pokok tersebut,
maka itu bukanlah shalat: (pertama) ikhlas, (kedua) khasy-yah (rasa takut disertai


pengagungan), dan (ketiga) mengingat Allâh. Ikhlas memerintahkannya kepada
yang ma’ruf, khasy-yah mencegahnya dari yang mungkar, dan mengingat Allâh
adalah al-Qur’ân yang memerintah dan melarangnya.”
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Shalat
dikatakan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar ialah bahwa seorang
hamba yang mendirikan shalat, menyempurnakan rukun-rukunnya, syarat-
syaratnya, khusyu’nya, maka hatinya akan bercahaya, dadanya akan menjadi
bersih, imannya akan bertambah, dan bertambah kecintaannya kepada kebaikan,
dan menjadi sedikit bahkan hilanglah keinginannya terhadap kejelekan. Yang
terpenting, terus melakukannya dan menjaganya menurut cara seperti ini, maka
shalat (yang dilakukannya itu) dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Sekarang mari kita kembali dulu kepada arti dari kata sholat dalam Surat Al
Ankabut ( nomor 29 ) ayat 45 : Inna sholata tanha anil fahsa’i wal munkar,
artinya : Sesungguhnya, yang dinamakan sholat itu ialah perilaku manusia
sehari-hari dalam rangka mencegah berbuat keji dan munkar. Saya tegaskan lagi
: Sesugguhnya, sholat itu : “MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN
MUNKAR”. Terjemahan ini sudah benar kalau ditambah dengan kata “ialah”
dibelakang kata itu, sehingga menjadi sesungguhnya, sholat itu “ialah” :
mencegah perbuatan keji dan munkar”
Kalimat ini mempunyai arti, kalau seseorang belum bisa mencegah (


meninggalkan ) perbuatan keji dan munkar, “walaupun” sholat ritual yang 5 kali
sehari semalam tidak pernah ditinggal, ini berarti ia “belum” mendirikan sholat
sedikitpun.
Sebaliknya, kalau tidak ada kata “ialah”, akan rawan diselipi kata “bisa”, hingga
terjemahannya menjadi : sesungguhnya, sholat itu “bisa” mencegah perbuatan
keji dan munkar. Terjemahan seperti ini, mendorong kea rah pengertian sebagai
berikut : Kalau anda rajin melaksanakan sholat ritual yang 5 kali sehari
semalam…….., “BISA” mencegah perbuatan keji dan munkar.
Tapi, apakah dijamin 100%, kalau seseorang rajin sholat ritual, tak akan berbuat
keji dan munkar ? Tidak !!! Apa buktinya ?
• Abul Aliyah berkata : di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu Ikhlas,
khosyah ( takut ) dan dzikrullah ( ingat kepada Allah ). Maka jika tiap sholat
tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas
akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang
mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan
mencegah mungkar.
• Ibnu Mas’ud berkata : Tidaklah sholat siapa yang tidak tho’at terhadap
sholatnya. Menta’ati sholat adalah mencegah perbuatan fahsya’ dan mungkar.
• Ibnu Umar berkata : kata Nabi : Siapa telah sholat, lalu tidak beramar ma’ruf

dan nahi mungkar, sholatnya tadi tidak akan menambah kecuali jauh dari
Allah.
• Al Hasan berkata : Hai anak Adam, sholat itu hanyalah mencegah keji dan
mungkar, jika sholatmu tidak mencegahmu dari keji dan mungkar, maka
sesungguhnya kamu tidak sholat.
• Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Al Hasan dan Al A’masy berkata : siapa yang
sholatnya tidak mencegah dari fahsya’ dan mungkar, sholatnya tidak akan
menambah kecuali akan jauh dari Allah. ( padahal sholat adalah dalam rangka
dekat kepada allah )
Pengertian Fahsya’ dan Mungkar :
• Di dalam ayat berbunyi ‫َآء َو ْال ُمن َك َِّر‬
َِّ ‫ن ْالفَ ْحش‬
َِّ ‫ ِإنَّ الصالََّة َ ت َ ْن َهى َع‬artinya : Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan fakhsya’ dan mungkar.
• Al-Fahsya’ ( ‫ )الفحشاء‬dalam tafsir DEPAG-RI diartikan dengan perbuatan keji.
Arti seperti ini kurang jelas dan tegas. Bila kita buka dalam kamus Al Munawwir,
artinya sangat tegas-jelas dan banyak, dari sekian arti tersebut tidak ada yang
baik. Al-Fahsya’ adalah suatu sikap/amalan yang buruk, jelek, jorok, cabul, kikir,
bakhil, kata-kata kotor, kata yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, dan kata fail
/ pelakunya diartikan zina. naudzubillahi min dzalik. ( Kamus Al Munawwir :
hal. 1113)


ْ dalam tafsir DEPAG-RI diartikan sama, yaitu perbuatan
• Al-Mungkar (َّ‫)ال ُمن َك ِر‬
mungkar, mohon perhatian, arti seperti ini kurang bisa difahami
• Abdullah Ar-Rojihi dalam kitabnya Al Qoulul bayyin Al Adhhar fiddakwah
menyebutkan bahwa Munkar adalah setiap amalan / tindakan yang dilarang
oleh syariat Islam, tercela di dalamnya yang mencakup seluruh kemaksiatan dan
bid’ah, yang semua itu diawali oleh adanya kemusyrikan. Ada lagi yang
mengatakan bahwa Munkar adalah kumpulan kejelekan, apa yang diketahui
jelek oleh syariat dan akal, kemusyrikan, menyembah patung dan memutus
hubungan silaturrahmi.
• Para ahli tafsir sangat tegas mengatakan bahwa sesungguhnya sholat itu
mencegah pelakunya dari perbuatan fahsya’ dan mungkar, ( baca pengertian ke-
2nya di atas ) karena di dalam sholat ada bacaan Al Qur’an yang mengandung
peringatan-peringatan.
1. Kita insya Allah tidak akan bosan bila diingatkan bahwa para Sahabat, Tabi'in
dan Tabiut Tabi'in / As-Salaf Ash-Sholih adalah orang-orang yang lebih
mengetahui ajaran-ajaran Islam setelah Rosulullah SAW, daripada kita-kita
sekarang. Maka kita dahulukan mereka, kita pelajari sepak terjang mereka,
kemudian kita amalkan sebagaimana mereka mengamalkan Islam semampu kita,
agar hidup kita tidak tersesat.
2. Sudah berapa tahunkah kita amalkan sholat, sudah adakah pengaruh dalam diri
kita ? Sholat sangat dekat dengan amalan harian, maka pelaku sholat adalah


pencegah mungkar dan fahsya’. Jika seseorang melakukan sholat kemudian tidak
ber-amar ma'ruf nahi mungkar, husnudhon kita mungkin dia belum mengerti,
dan hal ini disebabkan karena :
a.Orang yang sholat itu jarang membaca Alqur’an, dan merenungi artinya
b.Orang yang sholat itu belum ikut kajian-kajian ke-Islaman
c.Orang yang sholat itu belum ada usaha untuk mempelajari maknanya dengan
benar/ baik
3. Dengan fahamnya masing-masing pribadi dan keluarga tentang ma’na sholat
KESIMPULAN
Kesimpulannya dari judul yang disampaikan di awal. Shalat memang bisa
mencegah dari perbuatan dosa dan maksiat, serta bisa mengajak pada
kebaikan.

Namun dengan syarat shalat tersebut dilakukan dengan:


1- Memenuhi rukun, syarat, wajib dan melakukan hal-hal sunnah yang
menyempurnakan shalat.
2- Membuang jauh-jauh hal-hal di luar shalat ketika sedang melaksanakan
shalat.

3- Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri ketika sedang melaksanakan shalat.
4- Menghadirkan hati saat shalat dengan merenungi setiap ayat dan bacaan
yang diucap.
5- Bersemangat dalam hati untuk melakukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
6. Setelah selesai dari amaliyah shalat kiuta harus yakin semua perbuatan
kita di awasi oleh malaikat dan Aallah SWT sehingga kita akan malu untuk
maksiat

Jika ternyata tidak demikian shalat kita, maka patutlah kita mengoreksi diri.
Dan tidak perlu jadikan shalat tersebut sebagai “kambing hitam”
TERIMA KASIH

Malikin, S.Pd.I
GPAI SDN 01 Sidomulyo, Kesesi, Kab. Pekalongan

You might also like