Professional Documents
Culture Documents
Alergi
• Scully. Medical Problems in Dentistry. 6th edition. Churchill Livingstone.
2010.
• Little J.W, Fallace D.A., Miller C.S., Rhodus N.L. Dental management of the
medically compromised patient. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier; 2008.
Definisi
• Alergi adalah respon abnormal atau respon
hipersensitivitas dari sistem imun terhadap
substansi yang masuk ke dalam tubuh.
• Alergi merupakan hasil dari reaksi imunologis
terhadap substansi asing non infeksius (antigen).
• Alergi terjadi karena reaksi berulang terhadap
substansi asing tersebut. Reaksi ini termasuk
beberapa tipe hipersensitivitas imunologik.
• Menurut coombs & gell terdapat 4 tipe
hipersensitivitas: Tipe I (anaphylactic
hypersensitivity), Tipe II (antibody-dependent
cytotoxic hypersensitivity), Tipe III (immune
complex-mediated hypersensitivity), Tipe IV
(cell- mediated hypersensitivity)
Etiologi
• Berasal dari reaksi imunologi terhadap benda asing yang non infeksi
(antigen).
• Terdiri dari beberapa tipe yaitu humoral (Limfosit T), selular (Limfosit
B) dan nonspesifik.
• Substansi asing yang memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas
dinamakan allergen atau antigen. Alergi biasanya dipicu oleh allergen
berupa serbuk sari (pollen), debu tungau (dust mites), jamur
(mould), bulu hewan peliharaan (pet dander), susu dan protein
telur, pada beberapa kasus alergi tidak dapat diidentifikasi.
Gejala
• Gejala klinis alergi bergantung pada asal respon,
antigen, dan predisposisi alergi individu.
• Gejala dan tanda awal reaksi hipersensitivitas tipe I
(immediate) yaitu wheezing, breathlessness,
sneezing, runny eyes, itching dan urticaria, biasanya
terjadi selama beberapa menit hingga jam.
• Seiring dengan reaksi berlanjut, dapat terjadi
bronkospasm, hipotensi akut, dan angiodema wajah
dan laringofaring yang dapat mengancam jiwa yaitu
shock anafilaktif.
Gejala
• Reaksi yang terjadi <1 jam • Reaksi yang terjadi >1
setelah terpapar alergen jam setelah terpapar
Anafilaktik alergen
Ruam makulopapula
Urtikaria
Fixed drug eruption
Rhinitis Different exanthema
Conjunctivitis urtikaria
Bronchospasm Blistering disease
Gejala gastrointestinal Drug reaction with
eosinophilia & systemic
Angioedema syndrome
Acute generalized
exanthematous pustulosis
Gejala
Gejala Klinis
• Terjadi pada kontak alergi (reaksi
hipersensitivitas tipe IV) yaitu
terdapat inflamasi local pada
daerah yang terkena kontak
allergen (kulit atau membrane
mukosa).
• Kontak alergi (kontak iritan)
dermatitis dapat disebabkan oleh
kontak metal, desinfektan, rubber,
detergent, dan bonding agent.
Rash atau ruam biasa terlihat pada
reaksi hipersensitivitas ini.
Manifestasi Oral & Faktor Predisposisi
• Hipersensitivitas tipe I: dermatitis alergi, eritema multiforme
• Hipersensitivitas tipe IV : stomatitis kontak, lesi linchenoid
• Faktor Predisposisi:
• Riwayat Keluarga/Genetik
• Memiliki Penyakit atropik
• Daya tahan tubuh seseorang
Sign and Symtomps
Reaksi Alergi dalam Bidang Kedokteran Gigi
• Local Anestestik
• Antibiotik
• Analgesik
• Rubber product
• Dental material dan produknya
Reaksi alergi
Sumber:
Little and Falace - Dental Management of the Medically
Compromised Patient 8th edition, 2012 (Chapter 19)
Kumar Vinay dkk. Robbins Basic Pathology 9th Edition, 2013
(Chapter 4)
Reaksi Alergi
Membelah dan
bertambah jumlahnya
Eritema Multiforme
Definisi
EM Minor
Eritema Multiforme (EM) adalah • Keterlibatan kulit < 10% dan keterlibatan
penyakit mukokutan inflamatori yang membrane mukosa minimal bahkan tidak
bersifat akut dan self-limiting. ada. Pemicunya HSV, TB &histoplasmosis
Target hostnya pada pembuluh darah kecil di kulit atau mukosa. Antigen
HSV memicu reaksi hipersensitivitas T cell-mediated delayed-type yang
menghasilkan interferon- yang dapat menguatkan sistem imun tubuh
dengan meningkatkan fungsi sel T, makrofag, dan natural killer cells. Sel T
sitotoksik dan natural killer cells ini akan merusak sel-sel epitel
Gambaran Klinis Intra Oral
• Lesi bervariasi mulai dari eritema, erosi, hingga ulserasi
berbatas tidak jelas (ill-defined margin) yang terasa nyeri
tdk bisa makan dan minym
• Pada fase awal dapat terlihat vesikel atau bula
• Lesi bula, erosi, dan ulser dikelilingi oleh area inflamasi yang
meluas
• Paling sering mengenai bagian anterior mulut bibir, mukosa
bukal, palatum, lidah, dan mukosa labial
• Bibir sering terlihat bengkak, pecah-pecah, crusting (krusta),
dan berdarah.
• Biasanya disertai dengan gejala prodromal : malaise, demam, pusing,
sakit tenggorokan, rhinorea, batuk
Ulserasi dan eritema pada mukosa labial, bukal, dan lidah
• Lesi iris yang berbentuk cicin eritem konsentris yang dipisahkan cicin
yang menyerupai warna kulit
• Manifestasi lain pada kulit: makula, papula, vesikel, bula, dan plak urtika. paling sering
terjadi pada ekstremitas, wajah, dan leher. Kulit biasanya gatal dan terasa terbakar
EM Infeksi HSV
Tampakan Ulser besar Ulser kecil
Gejala Target lesion pada kulit Ulserasi kulit
Mild – severe Moderate – severe
Lokasi Mukosa bukal dan labial, Gingiva, bibir, kulit perioral
lidah, bibir, palatum,
ektermitas
Usia Dewasa muda Anak-anak
Penyebab Reaksi hipersensitivitas HSV
Perawatan Terapi simptomatik, steroid Acyclovir
Diagnosis Banding
-Perawatan suportif berupa irigasi rongga mulut, intake cairan yang adekuat, dan
penggunaan antipiretik.
STEVENS-JOHNSON SYNDROME (SJS)
&
TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS (TEN)
Cheilitis adalah peradangan pada bibir yang dapat disebabkan oleh berbagai
factor, antara lain seperti infeksi (virus, bakteri ataupun candida), alergi
(hipersensitivitas lokal terhadap obat-obatan, antibiotik, makanan, kosmetik,
atau bahan-bahan kimia tertentu seperti pasta gigi) dan fotosensitivitas yang
dapat menyebabkan cheilitis kronis, bibir bersisik, berfisur dan bengkak dan
dapat menyebabkan prekanker.
Daerah yang paling umum terkena cheilitis adalah bibir bawah. Lesi ini dapat
terlokalisasi di bibir atau dapat meluas ke mukokutan yang berdekatan atau
bahkan sampai ke kulit wajah.
Macam
Actinic Cheilitis
dan Solar
Cheilosis
Contact Exfoliative
Cheilitis Cheilitis
Cheilitis
Cheilitis Drug-Retaled
Granulomatosa Cheilitis
Cheilitis Angular
Glandularis Cheilitis
Cheilitis Glandularis
a. Definisi
• Cheilitis glandularis merupakan kondisi inflamasi kronik yang jarang (rare), terjadi pada kelenjar saliva minor dan
salurannya dimana saliva kental disekresikan dari duktus serta terjadi di bibir bawah
b. Etiologi
• Menurut Laskaris dan Burket: Tidak diketahui namun kemungkinan berhubungan dengan Actinic damage,
tembakau, sifilis, poor hygiene, dan hereditas/ kelainan pada autosom dominan.
c. Gambaran klinis
• karakteristik terjadi pada bibir bawah, walaupun terdapat kasus yang melibatkan bibir atas dan palatum
• Individu dapat merasakan pembengkakan/ swelling sebagai akibat dari hipertrofi/hiperplasia dan inflamasi
kelenjar
• Pembukaan duktus saliva minor terinflamasi dan terdilatasi, tekanan pada bibir dapat menghasilkan sekret
mukopurulen/ mukus/mukopustular dari pembukaan duktus/ saluran
• sering terjadi pada pria usia pertengahan (middle-aged) dan usia lanjut, walaupun juga terjadi pada wanita dan
anak-anak
• Secara historis, cheilitis glandularis diklasifikasikan menjadi tiga tipe, berdasarkan pada keparahan penyakit:
• Simple
• Superficial suppurative (Baelz’s disease)
• Deep suppurative (cheilitis glandularis apostematosa)
d. Gambaran histopatologis
• Temuan mikroskopis cheilitis glandularis tidak
spesifik dan biasanya terdiri dari sialadenitis f. Tatalaksana
kronis dan dilatasi duktus. Pada beberapa • Terapi Nonfarmakologi
kasus perubahan dysplastic mungkin dapat Treatment of choice pada cheilitis glandularis
diamati di permukaan epitel persisten yang berhubungan dengan actinic
e. Differential diagnosis damage adalah vermilionectomy (lip shave)
• Cheilits granulomatosa yang biasanya menunjukkan cosmetic result
• Melkersson-Rosental Syndrome (ini ditandai yang memuaskan. 18-35% kasus berhubungan
dgn cheilitis granulomatosa dengan perkembangan squamous cell
• paralisis wajah carcinoma pada epitel bibir. Degenerasi
• lidah berfisur malignant kemungkinan disebabkan oleh radiasi
• edem wajah dan intraoral) matahari.
• Chron disease • Terapi Farmakologi
• Sarcoidosis Farmakologi diberikan oral minocycline (100 mg
• Cystic Fibrosis 1x sehari) dengan tacrolimus ointment 0.1% 2x
sehari selama 6 minggu.
Actinic Cheilitis dan Solar Cheilosis
• Paparan terhadap sinar matahari yang berkepanjangan dengan gelombang cahaya 2900 dan
3200nm (ultraviolet B). Energi ini tidak hanya mempengaruhi epitel, tetapi juga jaringan ikat
superfisial
b. Tampilan Kliinis
• Actinic cheilosis jarang terjadi pada manusia berumur < 45 tahun (seringnya diatas 50 thn).
Memiliki predileksi kuat pada laki-laki dengan rasio laki-perempuan setinggi 10:1.
• Lesi berkembang secara perlahan sehingga pasien seringkali tidak menyadari perubahannya.
Perubahan klinis yang paling awal meliputi atrofi vermilion bibir bawah, dikarakteristikan dengan
berwarna pucat hingga putih keabuan, terlihat glossy dan sering kali terdapat fisura dan kerutan
tepat pada cutaneous-vermilion junction. (Figure 3-21).
• Biasanya terdapat pembengkakan bilateral yang firm pada bibir bawah. Pada kasus yang lebih
rumit, mucocutaneous junction yang awalnya dapat dibedakan menjadi irregular atau hilang
sepenuhnya, dengan derajat epidermisasi vermilion.
• Seiring berjalannya progresi lesi, area yang kasar dan berkerak terbentuk pada daerah yang lebih
kering di vermilion. Area ini dapat menebal dan dapat terlihat sebagai lesi leukoplakik, khususnya
ketika ia meluas dekat wet line bibir. Pasien biasanya mengeluh terdapat material berkerak yang
dapat dikuliti tetapi agak sulit, dan terbentuk lagi beberapa hari kemudian. Area berupa titik-titik
akibat hiperpigmentasi dan keratosis sering ditemukan, dan juga kerak yang dangkal, bibir pecah-
pecah, erosi, ulserasi dan krusta (Figure 3-22)
• Progresi lesi lebih lanjut menyebabkan berkembangnya ulserasi fokal kronik pada satu atau dua area
(Fig. 10-92). Ulserasi seperti ini dapat bertahan hingga beberapa bulan dan dapat menunjukan
progresi ke arah squamous cell carcinoma (Fig.10-93)
c. Histopatologi
• Menurut Regezi, Epitel diatasnya umumnya atrofik dan hiperkeratotik dan dapat menunjukan epitelial dysplasia
dari ringan hingga parah. Perubahan basofilik pada submukosa yang disebut dengan solar elastosis (altered
elastin yang menggantikan kolagen normal) dan telangiectasia juga dapat terlihat. Telangiectasia merupakan
dilatasi permanen pembuluh darah kecil (kapiler, arterioles, venula) membentuk lesi fokal yang terdiskolorisasi
pada kulit atau membran mukosa.
• Menurut Neville, actinic cheilosis umumnya dikarakteristikan dengan adanya epitel skuamosa berlapis yang atrofi
dengan adanya produksi keratin. Terdapat beragam derajat epitelial dysplasia yang ditemukan. Sel-sel inflamasi
ringan menginfiltrasi umumnya di bawah epitelium displastik. Jaringan ikat dibawahnya menunjukan pita amorf,
aselular, perubahan basofilik yang disebut dengan solar (actinic) elastosis, merupakan perubahan kolagen dan
serat elastik yang diinduksi oleh ultraviolet.
d. Perawatan
• Jika terdeteksi terjadi perubahan atipikal pada
• Jika paparan terhadap sinar ultraviolet matahari epitel, dapat dilakukan vermilionectomy dengan
berlanjut, proses degeneratif dapat menuju kepada mucosal advancement untuk menggantikan
keganasan. vermilion yang rusak. Mukosa vermilion
• Penggunaan lip balm yang mengandung agen dibuang kemudian bagian mukosa labial
sunscreens contohnya para-aminobenzoic acid intraoral ditarik kedepan atau luka dibiarkan
(PABA) atau derivatny diindikasikan saat terpapar sembuh dengan intervensi sekunder. Operasi ini
matahari pada pasien beresiko tinggi. berhubungan dengen beberapa morbiditas,
• Jika pasien alergi terhadap PABA, maka harus umumnya berhubungan dengan parastesia
diresepkan yang non-para-aminobenzoic acid. Agen bibir, oleh karena itu mendorong beberapa
sun-blocking sepeti titanium dioksida atau zinc untuk melakukan wedge excision untuk lesi
oxide menyediakan proteksi penuh terhadap UV A yang mencurigakan.
dan UV B dan juga dikehendaki. • Hasil yang baik didapat dari bedah laser atau
• Kerusakan kronis akibat matahari memerlukan cryosurgery dengan topikal 5-fluorouracil.
eksaminasi dan biopsi jika ulserasi persisten atau Topical imiquimod, sebuah stimulan imun, telah
jika terjadi pengerasan. digunakan dan hasilnya lesi mulai membersih
dalam 4 minggu.
e. Differential diagnosis
• Leukoplakia
• Lichen planus
• Lupus erythematous
• Early suamous-cell carcinoma, cheilitis due to radiation\
Cheilitis granulomatosa
Melkersson–Rosenthal syndrome
Crohn disease
Sarcoidosis
Cystic fibrosis
Cheilitis Granulomatosa (Orofacial Granulomatosis/
OFG)
a. Definisi d. Etiologi
• OFG merupakan pembengkakan kronis pada bibir. • Penyebab OFG tidak diketahui, namun
Kondisi ini jarang terjadi dan mirip dengan Crohn mungkin berhubungan dengan Crohn disease,
disease, disebabkan oleh inflamasi granulomatosa. Melkersson-Rosental Syndrome dan
OFG juga dapat bermanifestasi dengan angular predisposisi genetik. Reaksi hipersensitivitas
stomatitis dan/atau bibir pecah-pecah, ulser, mucosal mungkin terlibat
tags, cobble-stoning atau hiperplasia gingiva. e. Histopatologi
• kelainan kronis yang langka pada bibir • Kemungkinan dimediasi oleh sitokin seperti
b. Insidensi tumor necrosis factor (TNF) alfa, dan oleh
• Jarang terjadi/tidak umum protease-activated receptors (PARs), matrix
• Umur: remaja dan dewasa muda metalloproteinase (MMPs), dan cycooxygenase
• Gender: dominan pria (COXs)
c. Faktor predisposisi
• Submucosal dan kronis dengan Th1 dan
• OFG seringkali muncul sebagai adverse reaction
mononuclear, IL-1 memproduksi sel B yang
terhadap berbagai macam makanan atau aditif
besar dan aktif
seperti cinnamic aldehyde, benzoate, butylared
• Berhubungan dengan granuloma pada lamina
hydroxyinosole atau dodecyl gallate (pada margarin),
propria, yang menyebabkan obstruksi limfatik
atau menthol (pada peppermint oil). Dapat juga
muncul karena perkembangan gastrointestinal Crohn dan limfoedema, yang menyebabkan
diseas atau sarcoidosis. pembengkakan secara klinis.
f. Gambaran klinis
• Non-tender swelling, tidak sakit dan • Bentuk bibir normal pada akhirnya berubah karena
pembesaran salah satu atau kedua bibir. Bisa persistensi limfoedema dan granuloma pada lamina
juga pada salah satu atau kedua pipi propria
• Pada awalnya pembengkakan berkurang • Ketika menjadi kronis, bibir yang membesar tampak
pecah dan berfisur, dengan diskolorasi coklat
sepenuhnya dalam beberapa jam atau hari,
kemerahan dan pada akhirnya memiliki konsistensi
namun apabila terjadi rekurensi pembengkakan
seperti karet/ firm rubber.
bertahan, lambat laun meningkat dan pada • Penebalan dan pelipatan/ folding pada mukosa oral
akhirnya menjadi permanen menghasilkan tamplilan ‘cobble-stone’ dan mucosal
• Bibir yang terlibat mungkin terasa lembut, keras tags. Granulomatous enlargement berwarna ungu
atau bernodul saat palpasi mungkin nampak pada gingiva
• Terdapat vesikel- vesikel kecil dan erosi • Nampak ulser: melibatkan sulkus buccal sebagai ulser
• Pembengkakan pada lingual, palatal, gingival, linear dengan masa granulomatosa
dan buccal juga dapat terjadi namun jarang. • Fisur pada lidah (pada 20-40% kasus)
Dahi, kelopak mata, atau salah satu sisi kulit
kepala juga dapat terlibat
• Terkadang disertai dengan: g. Differential diagnosis
Demam, sakit kepala dan gangguan visual • Cheilitis glandularis, crohn disease,
Kehilangan kemampuan pengecapan rasa sarcoidosis, cystic fibrosis, lymphangioma,
dan penurunan sekresi kelenjar saliva angioneurotic edema
Pembesaran nodus limfa servikal h. Perawatan
Dapat terjadi defek pada SSP • Steroid sistemik atau topical, tetrasiklin,
Terkadang terdapat defisit pada nervus dan bedah plastic untuk kasus yang parah
kranial (olfaktori, fasial, auditori,
glosofaringeal, vagus, dan hypoglossal).
Fasial palsy terjadi pada 30% kasus. Pada
awalnya intermittent dan dapat menjadi
permanen, dapat unilateral maupun
bilateral
Exfoliative Cheilitis
a. Definisi
• Merupakan inflamasi kronik, ditandai dengan pengerakan, krusta dan mengelupasan vermilion
border, biasanya melibatkan kedua bibir.
• kelainan inflamasi yang terus menerus dan mengelupas pada bibir terutama pada bagian
vermillion border.
b. Etiologi
• Proses ini timbul dari produksi berlebihan keratin superfisial yang selanjutnya diikuti oleh
deskuamasi keratin tsb. Kebanyakan kasus berhubungan dengan injuri kronis yang disebabkan
oleh kebiasaan seperti menjilat, menggigit, mengelupasi atau menghisap bibir. Kasus-kasus yang
terbukti timbul dari injuri kronis disebut factitious cheilitis. Beberapa kasus juga ditemukan
exfoliative cheilitis yang idiopatik.
c. Tampilan klinis
• Terdapat predominansi pada perempuan dengan < 30 tahun. Dengan tingkat keparahan bervariasi dari bulan-
tahun.
• Kasus ringan meilupti:
Bibir kering
Pecah yang kronik pada vermilion border bibir
• Progresi lebih lanjut, vermilion dapat tertutup dengan menebal oleh kerak hiper keratotik kekuningan yang
dapat berdarah atau yang mungkin menunjukkan fissuring luas.
• Kulit perioral mungkin terlibat dan menunjukan area crusted eritema (Gbr. 8-37). Meskipun pola ini mungkin
membingungkan dengan dermatitis perioral, nama yang paling cocok untuk kondisi ini adalah circumoral
dermatitis. Bibir atas dan bawah dapat terlibat.
Pola penyakit ini berulang dan menghasilkan warna kekuningan, penebalan hiperkeratotik, krusta, dan bibir
berfisur.
• Pada cheilitis kronis:
fissure di perbatasan vermilion
lebih umum pada bibir atas
predileksi pada laki-laki. Mayoritas muncul pada orang dewasa muda, dengan kejadian langka
tercatat pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua
Meskipun penyebabnya tidak diketahui, faktor yang mungkin terlibat ialah paparan berlebih dari
matahari, angin, dan cuaca dingin; bernafas melalui mulut; infeksi bakteri atau jamur ;dan
merokok
Penggunaan lipstik atau lip balm dapat membantu.
• Differential diagnosis
Contact cheilitits
Actinic cheilitis
• Perawatan dan diagnosis
Pada kasus dimana etiologinya jelas, maka eliminasi pemicunya
Kasus yang merupakan hasil dari infeksi kandida sering kali tidak sembuh hingga trauma kronik juga
dieliminasi. Terapi menggunakan agen antifungal, antibiotik atau keduanya dapat diberikan
Krim hidrokortison dan iodoquinol (antibakteri dan antimikotik) telah digunakan untuk menyembuhkan
fisura bibir yang kronis pada beberapa pasien (Fig. 8-38).
Terapi lain: kortikosteroid, takrolimus topikal, sunscreens dan sediaan yang melembabkan.
Bila terjadi resistensi terhadap terapi topikal atau rekurensi cryotherapy atau eksisi dengan atau tanpa
Z-plasty.
Pada kasus dimana tidak terdapat penyebab fisik, infeksius atau alergi, maka beri psikoterapi (seringkali
dikombinasikan dengan mild tranquilization atau stress reduction).
Pada kasus dimana tidak ada penyebab yang dapat ditemukan, intervensi terapetik biasanya tidak berhasil.
Drug-Retaled Cheilitis
Cheilitis umumnya disebabkan oleh reaksi kontak dengan kosmetik atau
makanan, tetapi obat-obatan juga dapat terlibat), seperti :
Angular Cheilitis
a. Definisi: Angular cheilitis atau perlèche adalah kelainan yang sering terjadi pada sudut-sudut mulut.
b. Indisdensi: Angular cheilitis umum terjadi. Seringkali terjadi pada orang dewasa, terutama kelompok usia
lanjut. Terjadi baik pada pria maupun wanita. Bersifat kronik.
c. Etiologi: dapat disebabkan infeksi (Candida albicans staphylococci, streptococci), trauma mekanis
(turunnya dimensi vertical, trauma mekanis), nutrisi atau imunologi. faktor predisposisinya dikenal
dengan 3D:
• Dental appliance atau denture-wearing, denture-related stomatitis yang merupakan faktor
predisposisi kandidiasis:
Dry mouth
Merokok (tembakau)
• Defisiensi, seperti:
Anemia defisiensi
Defisiensi besi, zinc
Hypovitaminosis
Malabsorsi (misalnya Crohn disease) atau eating disorders
Penurunan laju saliva
Defek imun, misalnya Down syndrome, infeksi HIV, diabetes, kanker, immunosupresi
• Disorders, yaitu ketika terjadi perubahan hubungan anatomis pada bibir, seperti penurunan
DV oklusi, atau bibir yang membesar, seperti orofacial granulomatosis, Crohn disease, dan
Down syndrome. Menurut Little n Falace, angular cheilits ini bisa muncul akibat manifestasi
sistemik Gejala sjrogen sindrom (krn xerostomia presisten), Hepatitis alkoholik, Sirosis hati,
Candidiasis eritemaous, anoreksia nervosa, IBD, Plasma cell gingivitis (alergi thdp permen
karet).
d. Gambaran klinis:
• Kondisi ini dikarakteristikan dengan eritema, fisur, erosi, krusta. Lesi tidak meluas dari border
mukokutan. Pasien merasakan burning sensation dan kering pada sudut-sudut bibir. Angular
cheilitis seringkali muncul sebagai area eritema triangular dan edem pada kedua komisura.
Mudah terjadi rekurensi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis
• Dapat meluas dari vermillion border ke kulit wajah, yang membentuk garis- garis fisur yang
berasal dari sudut mulut (rhagades) pada penggunaan GT yang severe
e. Rencana perawatan
• Koreksi dimensi vertical, steroid topikal, dan obat salep antifungal
Contact Chelitis
a. Definisi
• Contact cheilitis merupakan kelainan inflamasi akut
pada bibir
b. Etiologi
• Kontak topikal dengan agen-agen kimiawi
c. Gambaran klinis
• Dikarakteristikan dengan edema dan eritema ringan
d. Differential diagnosis
yang diikuti iritasi, sisik yang tebal biasanya berlokasi
di vermilion border kedua bibir. Diagnosis ditegakkan • Exfoliative cheilitis, plasma-cell cheilitis
berdasarkan kriteria klinis dan skin patch test. e. Rencana perawatan
• Hentikan kontak dengan agen kimiawi dan
berikan steroid topikal.
STOMATITIS
MEDIKAMENTOSA
ETIOLOGI
Accquired Angioderma
- Etiologi : Disebabkan obat atau makanan seperti kacang dan ikan laut.
- Patogenesis : Reaksi alergi IgE-mediated.
Obat (antigen) sel Mast terikat dengan igE di kulit atau mukosa sel Mast melepaskan isinya angioderma
- Gambaran klinis :
• Lesi lunak
• Diffuse
• Bengkak, tidak sakit, terdapat pada bibir, leher, atau wajah
• Tidak ada perubahan warna
• Lesi biasanya akan berkurang dalam 1-2 hari dan bisa rekuren
• Keterlibatan laring atau pita suara membutuhkan perawatan darurat
GAMBARAN KLINIS
Reaksi alergi kontak dapat diakibatkan oleh stimulasi antigenik oleh zat-zat asing, seperti :
• Zat pengawet
• Produk perawatan mulut : pasta gigi, obat kumur, antimikroba topikal, steroid topikal,
golongan iodide, essential oils, anestesi topikal
• Bahan selama perawatan dental : bahan pada basis gigi tiruan seperti akrilik, bahan gloves,
dan rubber dam.
PATOGENESIS
• Fase sensitisasi, sel epitel Langerhans muncul dan mengenali serta memproses
antigen asing yang masuk kedalam epitel tubuh.
Secara mikroskopis, jaringan ikat dan epitelium menunjukkan tanda- tanda inflamasi.
- Pada epitelium dapat terlihat adanya spongiosis dan vesiculation
- Infiltrasi perivascular lymphophagocytic pada immediate supporting connective tissue
- Dapat terjadi dilatasi pembuluh darah
- Terkadang ditemukan eosinophil.
DIAGNOSIS
- Stomatitis kontak akut: Jika reaksi oral akut tercatat dalam 30 menit dalam
kunjungan dental, dicurigi alergi terhadap bahan perawatan gigi yang digunakan.
• Stomatitis kontak akut ringan: penghilangan allergen yang dicurigai dan lesi dapat
hilang dalam waktu 1-2 minggu.
• Pada kasus yang lebih parah: terapi antihistamin yang dikombinasikan dengan
anestesi topical
• Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RSCK. 2012 Oral Pathology: Clinical Pathologic
Correlations. 6th ed. San Fransisco: Elsevier Saunders.
• Neville BW. Damm DD. Allen CM. Bouquot JE. Oral and Maxillofacial Pathology 2nd
Ed. WB Saunders Company. 2002
Prosedur Diagnosis dan
Anamnesis Penegakkan
Diagnosis
I. Anamnesis
• Data Pasien
• Mencakup data demografis pasien seperti : usia, gender, kelompok etnis, pekerjaan, pendidikan, dsb
• Mengapa penting? terkait kebiasaan, faktor hereditas, hormonal, medis, dan lainnya
• Keluhan saat ini
• Informasi yang ditanyakan keluhan dental utama pasien, durasi, riwayat rasa sakit, dan lainnya
menyangkut keluhan saat ini
• Riwayat medis pasien
• Merupakan proses pengumpulan informasi terkait riwayat medis membantu menegakkan diagnosis
• Melihat apabila ada suatu manifestasi penyakit sistemik tertentu
• Mengetahui riwayat konsumsi medikasi pasien, serta kebiasaan buruk seperti pengonsumsian alcohol dan
tembakau
• Riwayat dental
• Penting mendiagnosis bagaimana dan sumber rasa sakit
• Riwaya keluarga dan sosial
• Berkaitan dengan penyakit sifat herediter dan juga kebiasaan lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi
Anamnesis dalam Penegakkan Diagnosis Lesi Vesikobulosa
1. Perkembangan Lesi
• Apabila didahului vesikel yang lama-kelamaan pecah (kemungkinan lesi vesikobulosa)
• Primer atau Rekuren menanyakan apakah sebelumnya pernah menderita lesi serupa?
• Tunggal atau Multipel menanyakan jumlah lesi yang ada
3. Keberadaan lesi apakah lokasi lesi ada di kulit, mata, genital, rektal,
atau wilayah ekstremitas?
• Bibir angular chelitis terlihat pada kandidiasis oral atau defisiensi zat besi dan vitamin
• Dasar mulut dan ventral lidah lidah dinaikkan ke palatum lalu ke sisi pipi kiri dan kanan
• Palate durum anterior, palatum mole posterior, daerah tonsil dan orofaring
• Gingiva
• Gigi termasuk jaringan periodontal dan adanya restorasi dan karies, kemudian pemeriksaan
mobilitas, perkusi, dan vitalitas
Pemeriksaan alergi
Skin Prick Test (Tes Tusuk Kulit)
• Pemeriksaan untuk alergi terhadap makanan atau alergen hirup
• Misalnya untuk tes alergi terhadap: debu, tungau, serpihan kulit binatang,
seafood
• Dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, alergan yang diuji ditusukkan pada
kulit dengan jarum khusus (panjang mata jarum 2mm)
• Hasil dapat diketahui dalam waktu 30 menit
• Positif TIMBUL BENTOL MERAH GATEL
Persiapan Skin Prick Test
1)Memakai baju.
1)Punggungnya disiapin
Maksudnya abis di tempel 1)Janganberenang, jangan
jangan kena sinar
pake baju yang biasa aja, digaruk, latihan OR nanti
matahari (selama 4
sayang soalnya tandanya gampang lepas
minggu) kan mau di tes
bisa kena ke baju
Teliti
Tentukan
identifikasi kecocokan
tujuan
obat
Memberi
Monitor Menuliskan
penjelasan
pengobatan resep
tentang obat
Pengobatan efektif, pasien
sembuh
H2 (perantara
stimulasi sekresi asam
lambung dan cardiac
stimulation)
Jenis Reseptor
Histamin
H3 (antagonis dari
aktivasi reseptor H1)
H4 (Menginduksi
perubahan bentuk sel
dan kemotaksis)
• Mekanisme kerja
AH1 menghambat hampir semua kerja histamin, kecuali yang hanya diperantarai reseptor H2.
Persamaan struktur antara histamin dan antihistamin mengakibatkan kedua senyawa ini berkompetisi di reseptor
pada target organ. AH1 menghambat efek histamin di jaringan termasuk peningkatan permeabilitas kapiler dan
refleks akson dengan akibat vasodilatasi.
• Farmakokinetik
Pemberian oral mencapai kadar puncak biasanya pada waktu 1-2 jam. Waktu paruh plasma adalah 4-6
jam kecuali meklizin dengan waktu paruh 12-24 jam. Distribusi mencapai seluruh jaringan, termasuk SSP, serta
metabolism di hati, namun sebagian kecil tidak di metabolism serta metabolitnya di ekskresi melalui urin.
• Farmakodinamik
Metabolisme dihati, banyak diantaranya yang menginduksi enzim mikrosom dan mempengaruhi metabolismenya
sendiri dan juga obat-obat lain
Alkilamin,
klorfeniramin dan
bromfeniramin
Etanolamin
Piperazin,
meklizin, dan
siklizin
Penggolongan
Antihistamin Fenotiazin
Piperidin
Generasi kedua
(Nonsedatif)
Benzimidazol
• Indikasi
1. Alergi > Obat pilihan untuk mengatasi gejala alergi pada rinitis dan
urtikaria, bila histamin yang merupakan penyebab / mediator utama.
Terapi AH1 tidak efektif untuk mengobati asma, karena pada asma
histamin hanya merupakan salah satu mediator.
• Interaksi Obat
Berakibat serius, misalnya efek potensiasi dengan berbagai obat-obat
antidepresan, termasuk alkohol. Tidak boleh dimakan bersama penghambat MAO
(Monoamine Oksidase) karena dapat menimbulkan efek antikolinergik.
• Toksisitas
Batas aman AH1 cukup lebar, toksisitas kronik dan akut jarang terjadi, kecuali pada
anak-anak. Pada keracunan akut dapat timbul halusinasi, eksitasi, ataksia (pudarnya
kemampuan koordinasi gerak otot), dan kejang.
KORTIKOSTEROID
Glukokortiroid
Kelenjar
Adrenal
Mineralokortiroid
Hormon
kelamin
• Mekanisme Kerja kortikosteroid
Menstimulasi sintesis protein spesifik dijaringan.
• Efek fisiologik
- Meningkatkan ; pemecahan protein , kadar glukosa darah (melalui stimulasi
gluconeogenesis) , enzim-enzim (metabolisme glukosa dan asam amino), asam
lemak plasma dan pembentukan benda ketin melalui peningkatan liposis.
- Penurunan ambilan glukosa ke sel lemak serta redistribusi/rediposisi lemak tubuh.
- Menimbulkam retensi natrium dan air.
• Farmakodinamik
Pada pasien alergi, kostikosteroid digunakan sebagai obat
tambahan. Pada alergi berat (syok anafilaktik) beri obat pilihannya
adalah adrenalin, pada alergi ringan digunakan antihistamin.
Indikasi Penggunaan Kortikosteroid
A. Terapi substitusi
• Insufisiensi adrenal primer dan sekunder (penyakit addison), pada
pengobatan ini kadang-kadang diperlukan bukan hanya kortikosteroid
tetapu diberikan juga mineralokortikoid hiperplasia adrenal
kongenital
• Insufisiensi adrenal kronik
• Insufisiensi adrenal sekunder yang disebabkan insufisiensi
adenohipofisis dengan gejala ; hipoglikemia; sedangkan
keseimbangan elektrolit dan air tetap normal.
B. Penyakit-penyakit nonendokrin
• Artritis
• Karditis reumatik
• Penyakit ginjal, pada sindrom nefrotik akibat SLE atau penyakit ginjal
lainnya, juga digunakan untuk nefrosis idiopatik pada anak-anak.
• Penyakit kolagen, kecuali scleroderma
• Asma bronkial, hanya untuk yang tidak responsif terhadap obat lain.
• Penyakit alergi, sebagai obat tambahan
• Penyakit mata, mengatasi inflamasi pada mata.
• Penyakit kulit, sediaan kortikosteroid topikal
• Neoplastik
• Oedem serebral
Prinsip Terapi Kortikosteroid
1. Dosis > harus dilakukan trial – error, yaitu dosis harus disesuaikan
setiap penyakit, keadaan penderitanya serta lama pemberiannya.
2. Bila diberikan untuk jangka panjang, dengan dosis lebih besar dari
dosis substitusi, maka efek sampingnya akan meningkat, dapat terjadi
efek letal yang potensial.
3. Terapi kausal maupun kuratif hanya untuk keadaan insufisiensi.
4. Pada penggunaan dosis besar jangka lama, penghentian tiba-tiba
dapat menimbulkan insufisiensi, kelenjar adrenal sehingga harus
dilakukan penurunan dosis secara bertahap.
Efek Samping
Efek samping penggunaan kortikosteroid pada umumnya merupakan reaksi
lanjutan dari efek fisiologiknya ;
• Retensi natrium, keluarnya kalium dapat menimbulkan hipokalemia dan
alkalosis hipokloremik.
• Supresi kelenjar adrenal, hiperglikemia, dan gangguan metabolik lainnya.
(tergantung keadaan pasien, biasanya glukosa darah naik 10 – 20 %).
• Osteoporosis
• Gangguan lambung
• Katarak dan peningkatan tekanan intraokuler > glukoma
• Udem hipertensi
• Buffalo hump dan Moon face
Bentuk Sediaan
• Topikal: betametason (kadar 2.5-5%) untuk dermatitis dan inflamasi lain
(ex: luka bakar), hidrokortison
• Inhalasi: beklometson dalam gabungan dengan bronkodilator
• Tablet: prednisone, prednisolone, triaminisolon, deksametason,
fludokortison
• semua jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam jumlah besar tanpa menimbulkan rasa sakit
Plasma
• Merupakan pemisahan leukosit secara selektif dari penderita terutama pada terapi rheumatoid
Leukopheresis
arthritis
Imunostimulasi
Biologis Hormon timus
Limfokin
Interferon
Antibodi
monoklonal
Transfer faktor
Imunostimulasi
LAK cells
Bahan asal
bakteri&jamur
Levamisol
ISO
Sintesis MDP
Imunosupresi
Cyclosporine
• penolakan transplantasi • digunakan untuk • penyerapan di GT tidak
(ginjal, hati, jantung), atritis imnuosupresi untuk sempurna
rheumatoid, severe profilaksis tranplantasi • T1/2 : pada anak 7-19 jam,
psoriasis organ, cyclosporine dan dewasa 10-27 jam
memberikan
penghambatan reversible
dan spesifik limfosit
imunokompoten
Interaksi
Dosis
Obat
Basiliximab
• penolakan transplantasi • Monoclonal antibodies • T1/2 : 3.2 hari (dewasa)
(ginjal) berikatan dengan reseptor
CD25 (reseptor IL-2) pada
permukaan yang sel T aktif
(IL-2 reseptor antagonis)
yang mencegah ekspansi
CD4 dan CD 8 limfosit
Interaksi
Dosis
Obat
Antibiotik
Spektrum
Antibakteri
Mekanisme
Antibiotik
Kerja
Rumus
Kimia
Referensi
• Cawson RA, Odell EW. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th edition. Churchill Livingstone. 2002.
• Greenberg, Glick, Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th edition. BC
Decker. 2008.
• Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology Clinical Pathologic
Correlations. 6th edition. St.Louis: Elsevier Saunders. 2012.
• Scully. Oral and Maxillofacial Medicine. 3rd edition. Churchill
Livingstone. 2013.