You are on page 1of 13

Oleh:

Agus Suwarni, SKM, M.Kes

SEKOLAH PASCA SARJANA


PRODI PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA
UU No.: 12 Thn 1992 ttg Sistem Budidaya Tanaman,
Pestisida:
“Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus,
yang digunakan untuk melakukan perlindungan bagi
tanaman”.

2.Klasifikasi Pestisida ?
• Menurut asal/cara pembuatannya: 1) pestisida sintetis
dan 2) pestisida nabati.
• Menurut susunan kimianya: 1) pestisida anorganik
(HgCl, S, As2O3, dll); dan 2) pestisida organik (sintetis
& nabati).
• Menurut jenis sasaran: herbisida, insektisida,
larvasida, rodentisida, fungisida, dll 2`
3. Klasifikasi Pestisida Kimiawi Organik
Sitentis
1) Golongan Organochlorine (OC):
a. Toksisitas tinggi: Endrin (Hexadrine)
b. Toksisitas sedang: Aldrin, Dieldrin, DDT, BHC, dll
2) Golongan Organophosphate (OP):
a. Toksisitas tinggi: Phorate, Parathion, TEPP,
Azodrine, Phosphamidon, Metamidophos, dll
b. Toksisitas sedang: Chlorpyrifos, Diazinon,
Dimethoate, Malathion, dll
3) Golongan Carbamate ( C ):
a. Toksisitas tinggi: Temik, Carbofuran, methonyl, dll
b. Toksisitas sedang: Baygon, Landrin, Carbaryl, dll
3`
6. Sifat Keracunan Pestisida
• Gol OC  lebih sering menimbulkan keracunan kronis:
1) OC yg masuk ke dalam tubuh  akan tertimbun dlm
jaringan lemak dlm bentuk inaktif  krn proses biologis
dlm tubuh  sebagian pestisida yg terikat dlm lemak
akan lepas/bebas  masuh ke peredaran darah saraf
 timbul gejala sakit.
2) Demikian hal ini terjadi berulang dlm waktu tahunan
baru sembuh  dampaknya kronis.
• Col. OP & C  lebih menimbulkan keracunan akut:
1) OP & C masuk tubuh  beberapa jam mengalami
degradasi dan telah habis dlm waktu  4 minggu.
2) dampak kesehatan cepat timbul & cepat sembuh 
bersifat akut.
6
7. Mekanisme Keracunan OP & C
• Dlm sistem tubuh yang normal terjadi komunikasi
sistem saraf :
1) Acetyl choline + Cholinesterase (Che) Cholinergic
+ Asam Asetat.
2) Cholinergic berfungsi menggerakkan sel efektor di
ujung saraf, shg komunikasi saraf yang berupa
stimulus   Respon yg dikendalikan oleh SSP dapat
berlangsung normal.
• Jika terjadi pemaparan OP & C  akan berikatan
dengan Che  bersifat inhibitor/penghambat kerja
enzym  shg aktivitas Che turun & kadar Acetyl
Choline tinggi  timbul gejala keracunan.

7
8. Monitoring Tingkat Keracunan OP & C
• Ada bbrp cara monitoring tingkat keracunan pestisida,
WHO mer’dasikan cara sdrhna, dapat dilakukan di lpngan
utk mengukur aktivitas Che yaitu dg Tintometer test.
• Hasil monitoring dg Tintometer tes dikategorikan:
1)75 – 100 % dari normal  normal  periksa ulang
beberapa waktu kmdian.
2) 50 – 75 % dr normal  keracunan ringan  stop dari
pemaparan OP & C  lakukan periksa ulang
berkali-kali sampai normal;
3) 25 – 50 % dr normal  keracunan sedang  stop dari
pekerjaan menggunakan semua jenis
pestisida  periksa ulang sampai normal;
4) 0 – 25 % dari normal  keracunan berat  istirahat
dari semua pekerjaan + pengobatan medis,
periksa ulang hingga normal. 8
9. Gejala Keracunan OP & C
Straub dalam Key dkk (1978), membuat kategori tingkat
keracunan atas dasar gejala klinik, sbb:
• Keracunan sedang: sakit kepala, mudah capek, pusing,
penglihatan kabur, nausea dan mual-mual, kram perut,
diare, dan salivasi.
• Keracunan cukup parah: gejala seperti keracunan sedang +
tidak mampu berjalan, sering mengeluh tidak nyaman dan
sesak dada, konstriksi pupil, dan tremor.
• Keracunan parah: gejala seperti yang terdahulu + pingsan
mendadak, serangan tiba-tiba secara lokal dan umum,
menunjukkan adanya krisis kolinergik.

9
10. Waktu timbulnya gejala
• Inhalasi : 30 mnt setelah terpapar;
• Peroral : 45 menit setelah terpapar;
• Perkutan: 2 – 3 jam setelah kontak kulit.

11. Faktor Risiko Keracunan Pestisida:


a. Faktor Individu  aspek pengetahuan
Tingkat pengetahuan penyemprot tentang:
• Pestisida dari aspek jenis, kasiat, dan cara
penggunaan yang benar,
• Pestisida dari aspek bahaya: cara masuk ke
dalam tubuh, dampak keracunan, dan gejalanya;
• Pestisida dari aspek macam-macam cara
mencegah / upaya pengendalian keracunan.
10
b. Faktor Individu  Aspek Personal Hygiene
• Selalu mencuci tangan sebelum makan;
• Mandi segera setelah selesai menyemprot;
• Ganti pakaian setelah bekerja/menyemprot
dan sebelum melakukan pekerjaan lain;
• Mencuci peralatan semprot jauh dari sumber
air bersih dan atau sumur;
• Mengubur bekas kemasan pestisida, agar
tidak digunakan orang lain untuk wadah
bahan lain/makanan.
10
c. Faktor Individu  Aspek Penggunaan APD
• Menggunakan topi;
• Menggunakan hood (tutup kepala, hanya ada
lobang pada mata);
• Menggunakan kaca mata rapat (gogles);
• Menggunakan masker mulut hingga hidung;
• Memakai Baju lengan panjang;
• Memakai celana panjang;
• Memakai sepatu boot.

Jenis dan kelengkapannya ?


11
12. Faktor Risiko Lingkungan
• Arah angin dan cara menyemprot;
• Lama menyemprot per hari;
• Frekuensi menyemprot per minggu;
• Jenis pestisida yang digunakan;
• Banyaknya jenis pestisida yang digunakan dalam
sekali penyeprotan;
• Dosis penyemprotan per hektar;
• Suhu dan kelembaban udara sekitar;
• Jenis tanaman yang disemprot.
12
13. Pengukuran Faktor Risiko
• Pengukuran aspek tingkat pengetahuan dgn cara
wawancara, alatnya kuesioner;
• Pengukuran aspek personal Hygiene dgn cara
observasi, alatnya check list;
• Pengukuran aspek penggunaan APD dgn cara
observasi, alatnya check list;
• Pengukuran faktor risiko lingkungan dengan
observasi, alatnya check list; serta pengukuran
langsung parameter lingkungan dengan alat
standar (misalnya: suhu, kelembaban, dll);
• Pengukuran tingkat keracunan dgn Tintometer
test. 13
14. Skala Pengukuran dan Analisis Data
• Pengukuran faktor risiko dengan alat kuesioner atau
check list  dapat dibuat skor  sehgga skalanya
ratio.
• Skala ratio tsb secara deskriptif dpt dikategorikan
menjadi skala ordinal  misalnya baik, sedang,
kurang.
• Pengukuran tingkat keracunan dngn Tintometer test
 hasilnya %  skala ratio; ttpi jika selanjutnya
dinyatakan: normal, keracunan ringan, kerc sedang,
dan kerc berat  skalanya menjadi ordinal.
• Jika skala ratio vs ratio  dianalisis dngn regresi
ganda (multiple regression); dan jika ordinal vs
ordinal dianalisis dengan Chie Square.
14

You might also like