You are on page 1of 16

Bronkoskopi

• Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk


melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui
bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan
terapi penyakit paru. Dalam perkembangannya, bronkoskop
dibagi atas bronkoskop rigid dan bronkoskop fleksibel.
Bronkoskop rigid (kaku) diperkenalkan oleh Gustav Killian
(1860-1921) dan Joseph P. O'Dwyer (1841-1894).

• Bronkoskop fleksibel, yang saat ini banyak dipergunakan


menggunakan serat optik, sehingga memberikan kemudahan
visualisasi bronkus perifer. Bronkoskop fleksibel mulai
diperkenalkan oleh Shigeto Ikeda, pada International
Congress on Diseases of the Chest ke 9 di Kopenhagen tahun
1966
Indikasi Bronkoskopi
• Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.
• Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:
1. Batuk
2. Batuk darah
3. Mengi dan stridor
4. Gambaran foto toraks yang abnormal
5. Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
6. Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
7. Karsinoma bronkus
8. Ada bukti sitologi atau masih tersangka
9. Penentuan derajat karsinoma bronkus
10. Follow up karsinoma bronkus
• Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:
1. Dahak yang tertahan, gumpalan mukus
2. Benda asing pada trakeobronkial
3. Pemasangan stent pada trakeobronkial
4. Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon
5. Kista pada mediastinum
6. Kista pada bronkus
7. Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi
8. Brachytherapy
9. Laser therapy
10. Abses paru
11. Trauma dada
12. Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis)
Kontra Indikasi
• Kontra indikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra
indikasi absolut dan relatif.
• Yang termasuk kontra indikasi absolut:
1. Penderita kurang kooperatif
2. Keterampilan operator kurang
3. Fasilitas kurang memadai
4. Angina yang tidak stabil
5. Aritmia yang tidak terkontrol
6. Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
• Yang termasuk kontra indikasi relatif antara lain :
1. Asma berat
2. Hiperkarbia berat
3. Koagulopati yang serius
4. Bulla emfisema berat
5. Obstruksi trakea
6. High Positive end-expiratory pressure
Prosedur Bronkoskopi
• I. Persiapan Bronkoskopi
• II. Medikasi Sebelum Bronkoskopi
• III. Tindakan Bronkoskopi
I. Persiapan Bronkoskopi
• Dalam survei yang dilakukan American College of Chest
Physician (ACCP) pada umumnya dilakukan prosedur
sebelum tindakan bronkoskopi berupa foto toraks, faal
hemostasis, juga dilakukan EKG (Ecocardiography), analisa
gas darah, elektrolit dan spirometri. Evaluasi jantung
dilakukan pada penderita dengan penyakit koroner yang
akan dilakukan bronkoskopi, karena penyakit ini dapat
meningkatkan resiko pada saat bronkoskopi. Disamping
pemeriksaan tersebut yang juga penting untuk dipersiapkan
adalah yang berkaitan dengan penderita
Persiapan yang harus dilakukan terhadap
penderita adalah:
1. Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya,
penyakit sekarang, kondisi fisik dan mental penderita dan
riwayat reaksi alergi terhadap obat yang akan digunakan untuk
tindakan bronkoskopi

2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang


akan dilakukan mulai dari persiapan bronkoskopi sampai pasca
bronkoskopi, termasuk puasa sebagai persiapan sebelum
bronkoskopi yang dilakukan sekitar 8 jam untuk mencegah
terjadinya aspirasi isi lambung, penjelasan tentang tindakan
anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan
penderita, puasa setelah menjalani tindakan bronkoskopi.
3. Menandatangani informed consent untuk tindakan yang akan dilakukan.

4. Melakukan evaluasi sebelum bronkoskopi untuk mengklasifikasikan


berdasarkan kondisi fisik penderita. Berhubungan dengan kondisi fisik
penderita American Association of Anesthesiologysts (ASA) membuat
klasifikasi sebagai berikut :
• ASA I : Penderita dengan kondisi fisik normal.
• ASA II : Penderita dengan penyakit sistemik ringan.
• ASA III : Penderita dengan penyakit sistemik yang berat
• dengan keterbatasan aktifitas.
• ASA IV : Penderita dengan penyakit yang tergantung dengan
• obat-obatan agar dapat bertahan.
• ASA V : Penderita dengan kondisi yang gawat dengan
• prediksi tidak akan bertahan hidup dalam 24 jam
• dengan atau tanpa bronkoskopi.
Selain persiapan pada penderita juga dilakukan persiapan fasilitas
penunjang, berupa:
1. Ruangan
• Broncoscopy suite
• Ruangan persiapan, ruangan tindakan, ruangan pemulihan, ruangan
desinfeksi alat
2. Bronkoskopi
• Kelengkapan televisi, video, foto
• Kelengkapan alat diagnostik dan terapi
3. Sarana penunjang
• Oksigen, mesin penghisap lendir (suction)
• Alat pemantau EKG, oksimeter denyut
• Nebulizer
• Resusitator
• Jet ventilation
II. Medikasi Sebelum Bronkoskopi
• Medikasi diberikan sebelum dilakukan bronkoskopi untuk keamanan dan keberhasilan
prosedur bronkoskopi. Umumnya anti sedatif ringan diberikan 30 menit sebelum prosedur
bronkoskopi dilakukan. Selama prosedur, anestesi topikal diberikan pada saluran nafas
serta sedatif dan analgetik tambahan diberi untuk mengatasi dan mengurangi kecemasan,
nyeri serta batuk.

• Antisialagogues diguna untuk mengurangi sekresi, munurunkan respon vasovagal juga


untuk meningkatkan efikasi anestesi topikal. Efek samping yang mungkin timbul pada
pemberian antisialagogues berupa takikardi, hipotensi, aritmia, retensi urin, glukoma dan
penurunan motilitas saluran cerna. Tidak ada data akurat menunjukkan efikasi pemberian
antisialagogues dan tidak selalu diberikan karena efek sampingnya. Operator umumnya
menggunakan kombinasi medikasi benzodiazepine, opiate narkotik, antisialagogue dan
antihistmin umumnya digunakan secara individual untuk menimbulkan efek amnesia,
anxiolysis, penurunan refleks batuk dan analgesia pada saluran nafas. Obat dengan onset
cepat, masa paruh pendek dan efek samping yang minimal selalu digunakan.
 
• Benzodiazepin biasanya diberikan untuk menimbulkan efek amnesia dan
anxiolysis. Midazolam IV diberi karena onset cepat dan masa paruhnya
pendek. Bolus 0.5-2.0 mg diberi 2-5 menit sampai efek sedasi diperoleh.
Lorazepam juga digunakan sebelum dilakukan tindakan dengan batas
keamanan lebih baik disebabkan retrograde amnesia yang ditimbul oleh
midazolam. Flumanezil, inhibitor kompetetif GABA diguna sebagai antidotum
benzodiazepine. Digunakan untuk mengatasi overdosis benzodiazepine.
Mempunyai masa paruh yang pendek.

• Opiat menurunkan refleks laryng dan batuk serta sebagai anxiolysis. Dapat
menimbulkan nausea dan disphoria. Fentanyl IV dalam bolus 25-50 mg
diguna 2-5 menit sebelum dilakukan bronkoskopi. Meperidine digunakan
sebelum prosedur bronkoskopi karena metaboliknya aktif dengan masa
paruh panjang tetapi peningkatan resiko kejang dan tidak disarankan untuk
selaludigunakan. Naloxone digunakan sebagai antidotum untuk sedasi
narkotik dengan efek inhibitor kompetitif. Durasinya lebih pendek dibanding
narkotik dan justru digunakan untuk mengatasi overdosis opiat narkotik.
• Anestesi topikal pada traktus aerogigestive atas, area glottis
dan bronkial dapat diperoleh dengan aplikasi lidokain,
benzocaine tetracaine dan kokain. Lidokain paling banyak
dipakai karena onset cepat durasi pendek dan efek terapeutik
lebar. Safety margin pada dosis < 7 mg/kg.
III. Tindakan Bronkoskopi
• Sebelum memulai tindakan bronkoskopi, dilakukan pemantauan tekanan
darah, detak jantung, frekwensi pernapasan, denyut nadi oksimetri
(oksigen saturasi). Penderita harus diberikan suplemen oksigen selama dan
setelah tindakan bronkoskopi.

• Ada 3 cara untuk melakukan Fiber Optic Bronchoscopy (FOB), yaitu melalui
hidung (trans nasal), mulut (trans oral) atau melalui tabung endotrakeal
(ETT). Elastisitas FOB memungkinkan bronkoskopi melewati hidung,
tenggorokan posterior, pita suara, trakea, karina membagi bronkus utama
dan kiri. Kemudian FOB masuk e bronkus dan segmen yang lebih kecil
kanan dan kiri paru. Karina dan semua segmen pda trakeobronkial
divisualisasikan pada layar video bronkoskopi. Karina dinilai ketajamannya.
Sugsegmen paru dinilai posisi, tekstur, warna, ukuran dan patency. Mucosa
bronchial juga diperiksa apakah ada infiltrasi, peradangan, dan sekresi.
• Setelah tindakan bronkoskopi dilakukan, penderita dipantau
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, serta
penderita tidak boleh mengkonsumsi apapun sampai 2 jam
setelah tindakan bronkoskopi selesai dilakukan. Batuk dengan
sedikit darah, sakit tenggorokan, dan ketidaknyamanan
karena alergi terhadap obat yang diberikan selama prosedur
biasa dijumpai setelah tindakan bronkoskopi. Hal ini akan
hilang setelah 2 jam prosedur bronkoskopi selesai dilakukan.

You might also like