You are on page 1of 30

Tita Nofianti

< igunakan untuk pemberian obat dalam keadaan


mendesak atau bila zat aktif tidak diserap oleh
mukosa saluran cerna, usus atau obat
menyebabkan muntah, menjadi rusak dan tidak
aktif oleh cairan saluran cerna. Cara pemberian
obat secara intravaskuler, dalam hal ini tanpa
melalui tahap penyerapan, sedangkan cara
pemberian obat secara subkutan atau
intramuskular dapat memberikan efek sistemik
setelah proses penyerapan zat aktif ke dalam
darah
< Cara pemberian obat subkutan dan intramusuler
dapat menjamin suatu posologi yang tepat karena
umumnya penyerapan zat aktif yang diberikan
terjadi secara total.
< Keuntungan lainnya adalah dihindarinya
perlintasan hepatik suatu zat aktif sebelum
mencapai sistem peredaran darah.
< aringan subkutan merupakan jaringan konjungatif
dengan struktur yang kendor atau berlapis,
membentuk suatu berkas serabut kolagen dan
serabut elastik yang mengandung banyak elatin,
tersebar di dalam senyawa dasar yang sangat
kental, terutama tersusun atas asam hialuronat.
< aringan subkutan mendapat aliran darah dengan
debit rendah yaitu sekitar 1 ml untuk setiap 100
gram jaringan per menit
< aringan muskuler terutama dibentuk oleh otot
bergaris dan mempunyai vaskularisasi yang sangat
banyak yaitu setiap 20 mm
3
otot terdiri atas 200 otot
bergaris dan 700 kapiler darah. Aliran darah berbeda
tergantung pada posisi anatomik otot di tempat
penyuntikan tersebut dan pembersihan senyawa di
otot setelah penyuntikan intramuskular menjadi lebih
sempurna bila aliran darah bertambah besar, oleh
sebab itu kadar lidokain dalam plasma setelah
pemberian intramuskular di otot lengan lebih tinggi
dibandingkan bila diberikan di otot kaki.
< aringan subkutan dan jaringan muskuler juga
mengandung serabut saraf, namun pada jaringan
muskuler jumlahnya lebih sedikit, sehingga
penyuntikan intramuskuler di tempat tersebut
kurang terasa sakit dibandingkan dengan
penyuntikan subkutan.
< aju penyerapan zat aktif yang disuntikan secara
subkutan di satu sisi tergantung pada
permeabilitas kapiler darah, aliran darah dan
kepadatan jaringan di tempat penyuntikan, dan di
sisi lain tergantung pada laju pelepasan zat aktif
dari sediaan.
< $ediaan bobot molekul 3.000, sebagian zat aktif
melewati dinding kapiler darah secara difusi pasif
atau dengan penyaringan dengan melintasi pori-
pori yang merupakan 0,2% dari seluruh luas
permukaan endotelium pembuluh darah.
< Mekanisme difusi sangat menentukan proses
penyerapan molekul yang larut lemak dan
intensitasnya merupakan fungsi dari koefisien
partisi lemak-air.
< Toksin dan koloida makromolekul yang larut lemak
dan yang tidak tersaring akan diserap melalui jalur
limfatik (getah bening).
< Cara fagositosis dan pinositosis juga berperan
pada penyerapan senyawa yang sukar berdifusi
seperti oksitetrasiklin dan asam urat setelah
penyuntikan suspensi mikrokristal yang
partikelnya bersifat polinuklear
< $enyawa vasodilator meningkatkan penyerapan
zat aktif tersebut oleh pembuluh darah,
sedangkan vasokontriktor akan menghambat
penyerapannya. Pada odontologi, pembiusan
setempat diberikan bersama noradrenalin untuk
membatasi penyerapan dan memperpanjang
efeknya terlihat paling lambat dua menit setelah
penyuntikan, ternyata dapat meningkatkan
penyerapan senyawa yang diberikan bersamanya
< Telah dibuktikan bahwa gerakan dapat
meningkatkan dan mempercepat penyerapan zat
aktif yang disebabkan oleh peningkatan
pengaliran darah setempat, dan peredaran getah
bening pada keadaan istirahat relatif nol. Hal
tersebut telah terbukti untuk senyawa yang bobot
molekulnya lebih besar dari 20.000 seperti racun
dan toksin.
< $esudah pelepasan zat aktif dari sediaan, tahap
berikutnya adalah difusi zat aktif yang lajunya
tergantung pada kepadatan jaringan di tempat
penyuntikan. Hal yang terakhir ini sangat
heterogen dan sulit untuk ditentukan, kadang-
kadang hal tersebut dapat dikurangi dengan
menambahkan suatu hialuronidase, yaitu suatu
senyawa penghidrolisis senyawa dasar ke dalam
larutan injeksi
< Penyerapan zat aktif yang disuntikkan dalam
bentuk larutan air hanya terjadi secara difusi
molekuler di dalam elemen konjungatif dan
jaringan interstisiel yang dimulai dari tahap
pelepasan zat aktif dari pembawa, yang dalam hal
tertentu tahap tersebut ditiadakan oleh bahan
pembawa yang diberikan secara suntikan, faktor
fisiologik bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi proses penyerapan pelepasan zat
aktif dari sediaan, namun dapat menjadi faktor
yang penting.
arutan dalam air
Penambahan bahan makromolekul yang larut air ke dalam
larutan dengan pelarut air dapat memperlama waktu aksi
zat aktif yang terkandung. Polivinilpirolidon memperlama
aksi insulin, dan gonadotropin korionat. Efek yang sama
juga terjadi pada gelatin dan karboksimetilsellulosa.
Makromolekul tersebut dapat berpengaruh dengan
meningkatnya kekentalan cairan difusi yang selanjutnya
akan menghambat laju perpindahan zat aktif ke cairan
intestinal, baik dengan membentuk kompleks yang sukar
larut hingga sukar diserap maupun dengan menghambat
metabolisme senyawa oleh enzim proteolitik
$uspensi dalam air
penyuntikan suspensi dalam air dapat
memperlama aksi obat, aksi ini tergantung pada
ukuran partikelnya. Perpanjangan waktu aksi
dapat ditingkatkan dengan bertambahnya
diameter partikel sampai 100 m, karena pemakaian
partikel berukuran lebih besar akan menyulitkan
penyuntikan dan menimbulkan rasa sakit.
< Penambahan makromolekul yang larut air ke
dalam suspensi tersebut akan menambah waktu
aksi hal ini terutama didasarkan atas sifat
reologinya yaitu untuk meningkatkan stabilitas
sediaan (koloida protektor).
< Polimer yang paling sering digunakan adalah
metilsellulosa, natrium karboksimetilsellulosa,
natrium alginat, gelatin dan dekstran.
< $enyawa-senyawa tersebut mengubah
ketersediaanhayati zat aktif dengan cara
meningkatkan kekentalan sediaan. Peningkatan
kekentalan ini lebih disukai karena menampakan
karakter tiksotropi yang memudahkan penyuntikan,
dengan demikian suspensi menjadi lebih cair bila ia
mengalami geseran seperti saat pengocokan flakon,
dengan demikian sediaan dapat melewati jarum suntik
lebih mudah, dan selanjutnya molekulnya akan
menyusun diri dan saat berhenti pada tempat
penyuntikan sifat utamanya kembali lagi.
arutan dan suspensi dalam minyak
Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam
pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan
dengan pembawa air. Efek ini lebih dipertegas bila
kekentalan larutan sediaan bertambah, misalnya oleh
adanya sabun alkali tanah (aluminium stearat), dan
hal ini telah dibuktikan pada penisilin. Aluminium oleat,
aluminium monopalmitat, kalsium dan magnesium
stearat mempunyai efek yang sama. Pengamatan
yang sama juga terlihat pada berbagai alkilen atau
aluminium aralkilfosfat yang mempunyai 6-18 atom
karbon, metilsellulose, dan pektin
Pengendapan zat aktif pada tempat
Penyuntikan
Molekul-molekul tertentu yang diberikan dalam
larutan air atau larutan campuran air pelarut
organik akan mengendap pada tempat
penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH
antara pembawa dan cairan biologik, atau karena
pengaruh pengenceran sediaan oleh cairan
interstisiel
< Pengendapan juga dapat memperpanjang aksi zat
aktif. Teknik ini digunakan untuk pembiusan
setempat, namun cara ini tampaknya telah mulai
ditinggalkan karena ukuran partikel yang diperoleh
setelah pengendapan tidak dapat dikendalikan
dan campuran pelarut organik sering
menyebabkan terjadinya peradangan
Tablet susuk
Tablet susuk diletakkan di bawah kulit setelah
dilakukan pembedahan. Karena luas permukaannya
sangat terbatas, tablet tersebut dapat melepaskan zat
aktif yang dikandungnya dalam waktu yang sangat
lama. aju penyerapan zat aktif yang diberikan
tergantung pada sifat fisiko kimia zat aktif dan
karakteristik cairan interstisiel di tempat penanaman
tablet tersebut. Bila zat aktif sangat sukar larut, maka
penyerapan ditentukan oleh laju pelarutan bahan
padat di dalam cairan biologik.
< aju pelepasan zat aktif dalam cairan biologik juga
dipengaruhi oleh tebal lapisan difusi yang
mengelilingi tablet susuk, tampaknya hal tersebut
berkaitan dengan gerakan tubuh dan debit darah
di tempat penyusukan akan mempermudah
pelepasan zat aktif dan meningkatkan laju
penyerapan
< $etelah penamaan tablet susuk, maka jaringan
ikat akan segera membentuk kapsul yang
menyelubungi tablet susuk tersebut. Menurut
beberapa peneliti, selubung kapsul tersebut
merupakan bagian yang bertanggung jawab pada
lambatnya laju pelepasan zat aktif yang diberikan
dalam bentuk tablet susuk. aju pelepasan
tersebut akan semakin lambat bila kapsul jaringan
semakin tebal.
< Akhirnya, ditengarai pula bahwa suhu tubuh
sangat berperan pada laju pelepasan zat aktif
yaitu dengan mekanisme perubahan kelarutan
dan perubahan tetapan difusi. engan demikian,
difusi terjadi lebih cepat bila kekentalan cairan
berkurang, dan kekentalan ini akan meningkat bila
suhu tubuh turun
< nterpretasi kadar zat aktif dalam darah yang
diperoleh setelah penyuntikan subkutan atau
intramuskuler, merupakan cara tunggal yang
objektif dalam menilai biofarmasetik obat yang
diberikan melalui penyuntikan.
< Pada sediaan beraksi lama, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan waktu
aksi yang diharapkan, yang merupakan fungsi dari
karakteristik farmakokinetik senyawa dan tujuan
pengobatan.
< angkah kedua adalah mempertimbangkan
dengan seksama beberapa fakor yang
berpengaruh, yaitu pemilihan bahan pembawa
yang memberikan hasil yang lebih mendekati
harapan dan ketercampuran fisiko kimia bahan
tambahan dengan molekul zat aktif. $elanjutnya
mutlak diperlukan pengontrolan secara in vivo
peningkatan kadar dalam darah pada hewan dan
dilanjutkan dengan pengujian pada manusia.

You might also like