mendesak atau bila zat aktif tidak diserap oleh mukosa saluran cerna, usus atau obat menyebabkan muntah, menjadi rusak dan tidak aktif oleh cairan saluran cerna. Cara pemberian obat secara intravaskuler, dalam hal ini tanpa melalui tahap penyerapan, sedangkan cara pemberian obat secara subkutan atau intramuskular dapat memberikan efek sistemik setelah proses penyerapan zat aktif ke dalam darah < Cara pemberian obat subkutan dan intramusuler dapat menjamin suatu posologi yang tepat karena umumnya penyerapan zat aktif yang diberikan terjadi secara total. < Keuntungan lainnya adalah dihindarinya perlintasan hepatik suatu zat aktif sebelum mencapai sistem peredaran darah. < aringan subkutan merupakan jaringan konjungatif dengan struktur yang kendor atau berlapis, membentuk suatu berkas serabut kolagen dan serabut elastik yang mengandung banyak elatin, tersebar di dalam senyawa dasar yang sangat kental, terutama tersusun atas asam hialuronat. < aringan subkutan mendapat aliran darah dengan debit rendah yaitu sekitar 1 ml untuk setiap 100 gram jaringan per menit < aringan muskuler terutama dibentuk oleh otot bergaris dan mempunyai vaskularisasi yang sangat banyak yaitu setiap 20 mm 3 otot terdiri atas 200 otot bergaris dan 700 kapiler darah. Aliran darah berbeda tergantung pada posisi anatomik otot di tempat penyuntikan tersebut dan pembersihan senyawa di otot setelah penyuntikan intramuskular menjadi lebih sempurna bila aliran darah bertambah besar, oleh sebab itu kadar lidokain dalam plasma setelah pemberian intramuskular di otot lengan lebih tinggi dibandingkan bila diberikan di otot kaki. < aringan subkutan dan jaringan muskuler juga mengandung serabut saraf, namun pada jaringan muskuler jumlahnya lebih sedikit, sehingga penyuntikan intramuskuler di tempat tersebut kurang terasa sakit dibandingkan dengan penyuntikan subkutan. < aju penyerapan zat aktif yang disuntikan secara subkutan di satu sisi tergantung pada permeabilitas kapiler darah, aliran darah dan kepadatan jaringan di tempat penyuntikan, dan di sisi lain tergantung pada laju pelepasan zat aktif dari sediaan. < $ediaan bobot molekul 3.000, sebagian zat aktif melewati dinding kapiler darah secara difusi pasif atau dengan penyaringan dengan melintasi pori- pori yang merupakan 0,2% dari seluruh luas permukaan endotelium pembuluh darah. < Mekanisme difusi sangat menentukan proses penyerapan molekul yang larut lemak dan intensitasnya merupakan fungsi dari koefisien partisi lemak-air. < Toksin dan koloida makromolekul yang larut lemak dan yang tidak tersaring akan diserap melalui jalur limfatik (getah bening). < Cara fagositosis dan pinositosis juga berperan pada penyerapan senyawa yang sukar berdifusi seperti oksitetrasiklin dan asam urat setelah penyuntikan suspensi mikrokristal yang partikelnya bersifat polinuklear < $enyawa vasodilator meningkatkan penyerapan zat aktif tersebut oleh pembuluh darah, sedangkan vasokontriktor akan menghambat penyerapannya. Pada odontologi, pembiusan setempat diberikan bersama noradrenalin untuk membatasi penyerapan dan memperpanjang efeknya terlihat paling lambat dua menit setelah penyuntikan, ternyata dapat meningkatkan penyerapan senyawa yang diberikan bersamanya < Telah dibuktikan bahwa gerakan dapat meningkatkan dan mempercepat penyerapan zat aktif yang disebabkan oleh peningkatan pengaliran darah setempat, dan peredaran getah bening pada keadaan istirahat relatif nol. Hal tersebut telah terbukti untuk senyawa yang bobot molekulnya lebih besar dari 20.000 seperti racun dan toksin. < $esudah pelepasan zat aktif dari sediaan, tahap berikutnya adalah difusi zat aktif yang lajunya tergantung pada kepadatan jaringan di tempat penyuntikan. Hal yang terakhir ini sangat heterogen dan sulit untuk ditentukan, kadang- kadang hal tersebut dapat dikurangi dengan menambahkan suatu hialuronidase, yaitu suatu senyawa penghidrolisis senyawa dasar ke dalam larutan injeksi < Penyerapan zat aktif yang disuntikkan dalam bentuk larutan air hanya terjadi secara difusi molekuler di dalam elemen konjungatif dan jaringan interstisiel yang dimulai dari tahap pelepasan zat aktif dari pembawa, yang dalam hal tertentu tahap tersebut ditiadakan oleh bahan pembawa yang diberikan secara suntikan, faktor fisiologik bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi proses penyerapan pelepasan zat aktif dari sediaan, namun dapat menjadi faktor yang penting. arutan dalam air Penambahan bahan makromolekul yang larut air ke dalam larutan dengan pelarut air dapat memperlama waktu aksi zat aktif yang terkandung. Polivinilpirolidon memperlama aksi insulin, dan gonadotropin korionat. Efek yang sama juga terjadi pada gelatin dan karboksimetilsellulosa. Makromolekul tersebut dapat berpengaruh dengan meningkatnya kekentalan cairan difusi yang selanjutnya akan menghambat laju perpindahan zat aktif ke cairan intestinal, baik dengan membentuk kompleks yang sukar larut hingga sukar diserap maupun dengan menghambat metabolisme senyawa oleh enzim proteolitik $uspensi dalam air penyuntikan suspensi dalam air dapat memperlama aksi obat, aksi ini tergantung pada ukuran partikelnya. Perpanjangan waktu aksi dapat ditingkatkan dengan bertambahnya diameter partikel sampai 100 m, karena pemakaian partikel berukuran lebih besar akan menyulitkan penyuntikan dan menimbulkan rasa sakit. < Penambahan makromolekul yang larut air ke dalam suspensi tersebut akan menambah waktu aksi hal ini terutama didasarkan atas sifat reologinya yaitu untuk meningkatkan stabilitas sediaan (koloida protektor). < Polimer yang paling sering digunakan adalah metilsellulosa, natrium karboksimetilsellulosa, natrium alginat, gelatin dan dekstran. < $enyawa-senyawa tersebut mengubah ketersediaanhayati zat aktif dengan cara meningkatkan kekentalan sediaan. Peningkatan kekentalan ini lebih disukai karena menampakan karakter tiksotropi yang memudahkan penyuntikan, dengan demikian suspensi menjadi lebih cair bila ia mengalami geseran seperti saat pengocokan flakon, dengan demikian sediaan dapat melewati jarum suntik lebih mudah, dan selanjutnya molekulnya akan menyusun diri dan saat berhenti pada tempat penyuntikan sifat utamanya kembali lagi. arutan dan suspensi dalam minyak Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan pembawa air. Efek ini lebih dipertegas bila kekentalan larutan sediaan bertambah, misalnya oleh adanya sabun alkali tanah (aluminium stearat), dan hal ini telah dibuktikan pada penisilin. Aluminium oleat, aluminium monopalmitat, kalsium dan magnesium stearat mempunyai efek yang sama. Pengamatan yang sama juga terlihat pada berbagai alkilen atau aluminium aralkilfosfat yang mempunyai 6-18 atom karbon, metilsellulose, dan pektin Pengendapan zat aktif pada tempat Penyuntikan Molekul-molekul tertentu yang diberikan dalam larutan air atau larutan campuran air pelarut organik akan mengendap pada tempat penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH antara pembawa dan cairan biologik, atau karena pengaruh pengenceran sediaan oleh cairan interstisiel < Pengendapan juga dapat memperpanjang aksi zat aktif. Teknik ini digunakan untuk pembiusan setempat, namun cara ini tampaknya telah mulai ditinggalkan karena ukuran partikel yang diperoleh setelah pengendapan tidak dapat dikendalikan dan campuran pelarut organik sering menyebabkan terjadinya peradangan Tablet susuk Tablet susuk diletakkan di bawah kulit setelah dilakukan pembedahan. Karena luas permukaannya sangat terbatas, tablet tersebut dapat melepaskan zat aktif yang dikandungnya dalam waktu yang sangat lama. aju penyerapan zat aktif yang diberikan tergantung pada sifat fisiko kimia zat aktif dan karakteristik cairan interstisiel di tempat penanaman tablet tersebut. Bila zat aktif sangat sukar larut, maka penyerapan ditentukan oleh laju pelarutan bahan padat di dalam cairan biologik. < aju pelepasan zat aktif dalam cairan biologik juga dipengaruhi oleh tebal lapisan difusi yang mengelilingi tablet susuk, tampaknya hal tersebut berkaitan dengan gerakan tubuh dan debit darah di tempat penyusukan akan mempermudah pelepasan zat aktif dan meningkatkan laju penyerapan < $etelah penamaan tablet susuk, maka jaringan ikat akan segera membentuk kapsul yang menyelubungi tablet susuk tersebut. Menurut beberapa peneliti, selubung kapsul tersebut merupakan bagian yang bertanggung jawab pada lambatnya laju pelepasan zat aktif yang diberikan dalam bentuk tablet susuk. aju pelepasan tersebut akan semakin lambat bila kapsul jaringan semakin tebal. < Akhirnya, ditengarai pula bahwa suhu tubuh sangat berperan pada laju pelepasan zat aktif yaitu dengan mekanisme perubahan kelarutan dan perubahan tetapan difusi. engan demikian, difusi terjadi lebih cepat bila kekentalan cairan berkurang, dan kekentalan ini akan meningkat bila suhu tubuh turun < nterpretasi kadar zat aktif dalam darah yang diperoleh setelah penyuntikan subkutan atau intramuskuler, merupakan cara tunggal yang objektif dalam menilai biofarmasetik obat yang diberikan melalui penyuntikan. < Pada sediaan beraksi lama, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan waktu aksi yang diharapkan, yang merupakan fungsi dari karakteristik farmakokinetik senyawa dan tujuan pengobatan. < angkah kedua adalah mempertimbangkan dengan seksama beberapa fakor yang berpengaruh, yaitu pemilihan bahan pembawa yang memberikan hasil yang lebih mendekati harapan dan ketercampuran fisiko kimia bahan tambahan dengan molekul zat aktif. $elanjutnya mutlak diperlukan pengontrolan secara in vivo peningkatan kadar dalam darah pada hewan dan dilanjutkan dengan pengujian pada manusia.