Professional Documents
Culture Documents
Proses inflamasi pada saluran gastrointestinal neonatus. Kelainan berupa bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa kolon
BCB
Predisposisi EKN pada bayi cukup bulan dengan ketiadaan penyakit jantung kongenital
Patogenesis
Patogenesis EKN
Gejala Klinis
Distensi abdomen Intoleransi makanan dengan peningkatan residu Emesis Keluar darah melalui rektum Perdarahan gastrointestinal Diare Letargi Ketidakstabilan suhu Memburuk -> episode apne dan bradikardi sampai dekompensasi berat kardiovaskuler
Gambaran pneumotosis
Gambaran usus dengan EKN. Area kistik pada lapisan mukosa seperti kantong-kantong gas hidrogen yang secara radiologis terlihat sebagai pneumotosis.
Gambaran radiologi
Kolestasis
Kolestasis
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah normal.
Kolestasis pada neonatus didefinisikan sebagai peningkatan kadar bilirubin direct yang berkepanjangan dalam serum sesudah umur 14 hari pertama.
Predisposisi Kolestasis
Kolestasis biasanya terjadi pada bayi yang mendapat komplikasi medis seperti : Gawat napas Sepsis Hipoksia Asidosis Enterokolitis nekrotikans
Patofisiologi kolestasis
Laporan Kasus
Nama
Bayi Ny. K
4000 gr 156 x/
umur 12 hari 50 cm 41 x/
37,7 C
BB/PB/LK
HR/RR/T/CRT
2 detik
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit
RPS (Umur 12 hari)
Perut kembung Bayi kuning. Kuning dari mata, muka, badan, tangan sampai kaki. Kadang-kadang demam. Residu (+) coklat Tangisan bayi kurang kuat Kurang bergerak aktif. Riwayat Persalinan dan kehamilan Kala II lama SC a/i CPD Tidak langsung menangis Dari rekam medis : Afiksia sedang dan gawat napas. Skor apgar : 3-5-7 SD = 6 Sepsis : didapatkan leukosit setelah lahir 43.900 ribu/ul, ibu mengalami ketuban pecah dini > 12 jam serta adanya keputihan gatal dan berbau pada saat hamil Kultur : Klebsiella Pneumonia
Pemeriksaan Fisik
Kulit Kepala Rambut Mata Telinga Ikterik (+) mesosefali, caput suksedaneum (-), sefal hematom (-) hitam, beberapa sisi menggumpal anemis (-/-), ikterik (+/+) simetris, lipatan pinna jelas, recoil cepat kembali simetris, pernafasan cuping hidung (+) celah bibir (-), sianosis (-) tortikolis (-), kaku kuduk (-)
Hidung
Mulut Leher
Thoraks
Payudara
Jantung
Paru
Abdomen
Genitalia
Anus
(+)
Ekstremitas
62.1 30.1
3,8 138 3.7 102
0,0-1,0 1,0-3,0 50 70 25 40
3,9-4,4 135-146 3,4-5,4 95-100
% % % %
g/dl mmol/l mmol/l mmol/l
Diagnosis sementara
I. BCB II.SMK III.SC a/i CPD IV. NEC
Terapi
I
Rawat inkubator ( jaga suhu 36,5 o C -37,5 o C )
II
O2 (+) CPAP PEEP 6 cm H2O Fi O2 21 % Infus : IVFD D10 % : NaCl 4:1 + Ca Glukonas + KCl 17,3 tpm Protein : Aminoleban 3 gr, 6 cc/jam Inj. Meropenem 3 x 125 mg Inj. Omeprazole 1x2,68 mg Inj. Ranitidin 3x4 mg Inj. Metronidazole 2x32 mg Inj. Vit K 1x1 mg
III
IV
Monitor Keadaan umum, tanda vital, tanda hipoglikemia, tanda hipotermia, tanda gawat napas
VI
Program: puasa, rawat tali pusat, minimal handling Cek DL,Elektrolit, USG abdomen
DISKUSI
EKN
kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa kolon yang didapat
Diskusi
Teori Distensi abdomen Intoleransi makanan dengan peningkatan residu Ketidakstabilan suhu Kasus Hari perawatan ke 5 perut bayi distensi. Residu (+) coklat Suhu naik turun.
Diskusi
Teori Kasus Tanggal 11 September Foto rontgen terdapat 2011 dilakukan foto BNO, tanda patognomonis dari terdapat gambaran EKN, yaitu pneumotosis pneumotosis intestinal intestinal atau suspect NEC grade II. pneumoperitonium.
Bilirubin total
19.73
mg/dL
0.2
Bilirubin direk
11.18
* mg/dL
<0.25
Bilirubin indirek
8.55
* mg/dL
< 0.75
Diskusi
Teori Kasus Bayi ikterik
Kolestasis pada neonatus didefinisikan sebagai peningkatan kadar bilirubin direct yang berkepanjangan dalam serum sesudah umur 14 hari pertama.
Hari ke-20 dengan hasil laboratorium bilirubin direct yang meningkat (11,18 mg/dL).
PENATALAKSANAAN:
Puasa Dekompresi lambung Pengawasan tanda vital dan kondisi abdomen Pengawasan perdarahan saluran cerna Perbaikan kondisi respiratorik Perbaikan kondisi sirkulasi Pemberian antibiotik
Diskusi
Teori Pemberian antibiotik spektrum luas Ampisilin dan gentamisin serta metronidazole atau meropenem. Kasus Antibiotika lini III yaitu meropenem 3 x 152 mg {Antibotik lini I (ampicilin 2x200 mg dan gentamicin 20 mg/36 jam selama 4 hari) Ceftazidime 200 mg/12 jam selama 7 hari } Injeksi Ranitidin, OMZ, Vit K dan Metronidazole
Diskusi
Teori Kasus Perawatan hari ke 19, trombosit: 87.000/uL, Hb 8.5 mg/dl diberikan transfusi TC dan PRC. Trombositopeni pada 87% pasien.
Perawatan hari ke-30, bayi sudah rawat box dan dipindahkan ke ruang level II A (Ruang Teratai) karena sudah mulai stabil. Perawatan hari ke-32 bayi masih belum gerak aktif dan menangis kuat tetapi bayi dapat menyusu dengan kuat. Bayi dapat bergerak aktif dan menangis kuat pada perawatan hari ke-33 dan diperbolehkan pulang pada hari ke-34 dalam keadaaan baik
Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus BCB SMK SC atas indikasi CPD dengan NEC dan kolestasis, jenis kelamin laki-laki yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Ulin Banjarmasin. Telah mendapatkan terapi antibiotik ampisilin, gentamisin, ceftazidim, dan meropenem. Mendapat terapi ranitidin, metronidazole, omeprazole serta Vit.K. Selain itu juga mendapatkan nutrisi aminoleban. Serta transfusi PRC dan TC untuk menambah hemoglobin dan trombosit. Bayi pulang setelah perawatan hari ke-34 dalam keadaan baik.