You are on page 1of 39

Telekomunikasi seluler di Indonesia

Telekomunikasi seluler di Indonesia adalah sebuah kumpulan informasi yang mencakup keseluruhan hal yang berhubungan perkembangan telekomunikasi seluler yang terjadi di Indonesia hingga sekarang.

Perkembangan Awal
Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984 dan hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pertama mengadopsi teknologi seluler versi komersial. Teknologi seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone) dari Eropa, disusul oleh AMPS (Advance Mobile Phone System), keduanya dengan sistem analog. Teknologi seluler yang masih bersistem analog itu seringkali disebut sebagai teknologi seluler generasi pertama (1G). Pada tahun 1995 diluncurkan teknologi generasi pertama CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA (Extended Time Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya tersedia di beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sementara itu di dekade yang sama, diperkenalkan teknologi GSM (Global Global System for Mobile Communications) yang membawa teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia ke era generasi kedua (2G). Pada masa ini, Layanan pesan singkat (Inggris: short message service) menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel berkat sifatnya yang hemat dan praktis[1]. Teknologi GPRS (General Packet Radio Service) juga mulai diperkenalkan, dengan kemampuannya melakukan transaksi paket data. Teknologi ini kerap disebut dengan generasi dua setengah (2,5G), kemudian disempurnakan oleh EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution), yang biasa disebut dengan generasi dua koma tujuh lima (2,75G). Telkomsel sempat mencoba mempelopori layanan ini, namun kurang berhasil memikat banyak pelanggan[2]. Pada tahun 2001, sebenarnya di Indonesia telah dikenal teknologi CDMA generasi kedua (2G), namun bukan di wilayah Jakarta, melainkan di wilayah lain, seperti Bali dan Surabaya[3]. Pada 2004 mulai muncul operator 3G pertama, PT Cyber Access Communication (CAC), yang memperoleh lisensi pada 2003. Saat ini, teknologi layanan telekomunikasi seluler di Indonesia telah mencapai generasi ketiga-setengah (3,5G), ditandai dengan berkembangnya teknologi HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access) yang mampu memungkinkan transfer data secepat 3,6 Mbps.

Sejarah
1984: Teknologi seluler diperkenalkan di Indonesia

Teknologi komunikasi seluler mulai diperkenakan pertama kali di Indonesia. Pada saat itu, Ketika itu, PT Telkom Indonesia bersama dengan PT Rajasa Hazanah Perkasa mulai menyelenggarakan layanan komunikasi seluler dengan mengusung teknologi NMT -450 (yang menggunakan frekuensi 450 MHz[4]) melalui pola bagi hasil. Telkom mendapat 30% sedangkan Rajasa 70%.[5]

1985-1992: Penggunaan teknologi seluler berbasis analog Generasi 1 (1G)

Pada tahun 1985, teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System, mempergunakan frekuensi 800 MHz[6], merupakan cikal bakal CDMA saat ini) dengan sistem analog mulai diperkenalkan, di samping teknologi NMT-470, modifikasi NMT-450 (berjalan pada frekuensi 470 MHz, khusus untuk Indonesia[7]) dioperasikan PT Rajasa Hazanah Perkasa. Teknologi AMPS ditangani oleh empat operator: PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti, dan PT Telekomindo Prima Bakti, serta PT Telkom Indonesia sendiri. Regulasi yang berlaku saat itu mengharuskan para penyelenggara layanan telepon dasar bermitra dengan PT Telkom Indonesia.[8] Pada saat itu, telepon seluler yang beredar di Indonesia masih belum bisa dimasukkan ke dalam saku karena ukurannya yang besar dan berat, rata-rata 430 gram atau hampir setengah kilogram. Harganya pun masih mahal, sekitar Rp10 jutaan. Pada tahun 1967, PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat Tbk) didirikan sebagai Perusahaan Modal Asing (PMA), dan baru memulai usahanya pada 1969 dalam bidang layanan telekomunikasi antarnegara. Pada 1980, Indosat resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara[9].
1993: Awal pengembangan GSM

Pada Oktober 1993, PT Telkom Indonesia memulai pilot-project pengembangan teknologi generasi kedua (2G), GSM], di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan penggunaan teknologi AMPS atau beralih ke GSM yang menggunakan frekuensi 900 MHz. Akhirnya, Menristek saat itu, BJ Habibie, memutuskan untuk menggunakan teknologi GSM pada sistem telekomunikasi digital Indonesia. Pada waktu itu dibangun 3 BTS (Base Transceiver Station), yaitu satu di Batam dan dua di Bintan. Persis pada 31 Desember 1993, pilot-project tersebut sudah on-air. Daerah Batam dipilih sebagai lokasi dengan beberapa alasan: Batam adalah daerah yang banyak diminati oleh berbagai kalangan, termasuk warga Singapura. Jarak yang cukup dekat membuat sinyal seluler dari negara itu bisa ditangkap pula di Batam. Alhasil, warga Singapura yang berada di Batam bisa berkomunikasi dengan murah meriah, lintas negara tapi seperti menggunakan telepon lokal. Jadi pilot-project ini juga dimaksudkan untuk menutup sinyal dari Singapura sekaligus memberikan layanan komunikasi pada masyarakat Batam.
1994: Kemunculan operator GSM pertama

PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia, melalui Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. PM108/2/MPPT-93, dengan awal pemilik saham adalah PT Telkom Indonesia, PT Indosat, dan PT Bimagraha Telekomindo[10], dengan wilayah cakupan layanan meliputi Jakarta dan sekitarnya. Pada periode ini, teknologi NMT dan AMPS mulai ditinggalkan, ditandai dengan tren melonjaknya jumlah pelanggan GSM di Indonesia. Beberapa faktor penyebab lonjakan tersebut antara lain, karena GSM menggunakan Kartu SIM yang memungkinkan pelanggan untuk berganti handset tanpa

mengganti nomor. Selain itu, ukuran handset juga sudah lebih baik, tak lagi sebesar 'pemukul kasti'.
1995: Kemunculan telepon rumah nirkabel

Penggunaan teknologi GMH 2000/ETDMA diperkenalkan oleh Ratelindo. Layanan yang diberikan oleh Ratelindo berupa layanan Fixed-Cellular Network Operator, yaitu telepon rumah nirkabel. Pada tahun yang sama, kesuksesan pilot-project di Batam dan Bintan membuat pemerintah memperluas daerah layanan GSM ke provinsi-provinsi lain di Sumatera. Untuk memfasilitasi hal itu, pada 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia, dengan kepemilikan bersama Satelindo.
1996: Awal perkembangan layanan GSM

Pada akhir tahun 1996, PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga. Telkomsel yang sebelumnya telah sukses merambah Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar dengan produk Kartu Halo, mulai melakukan ekspansi ke Jakarta. Pemerintah juga mulai turut mendukung bisnis seluler dengan dihapuskannya bea masuk telepon seluler. Alhasil, harga telepon seluler dapat ditekan hingga Rp1 juta. Pada 29 Desember 1996, Maluku tercatat menjadi provinsi ke-27 yang dilayani Telkomsel. Pada tahun yang sama, Satelindo meluncurkan satelit Palapa C2, dan langsung beroperasi pada tahun itu juga.
1997-1999: Telekomunikasi seluler pada masa krisis moneter

Pada tahun 1997, Pemerintah bersiap memberikan 10 lisensi regional untuk 10 operator baru yang berbasis GSM 1800 atau PHS (Personal Handy-phone System. Keduanya adalah sama seperti GSM biasa, namun menggunakan frekuensi 1800 MHz). Namun, krisis moneter 1998 membuat rencana itu batal. Pada tahun yang sama, Telkomsel memperkenalkan produk prabayar pertama yang diberi nama Simpati, sebagai alternatif Kartu Halo. Lalu Excelcom meluncurkan Pro-XL sebagai jawaban atas tantangan dari para kompetitornya, dengan layanan unggulan roaming pada tahun 1998. Pada tahun tersebut, Satelindo tak mau ketinggalan dengan meluncurkan produk Mentari, dengan keunggulan perhitungan tarif per detik. Walaupun pada periode 1997-1999 ini Indonesia masih mengalami guncangan hebat akibat krisis ekonomi dan krisis moneter, minat masyarakat tidak berubah untuk menikmati layanan seluler. Produk Mentari yang diluncurkan Satelindo pun mampu dengan cepat meraih 10.000 pelanggan. Padahal, harga kartu perdana saat itu termasuk tinggi, mencapai di atas Rp100 ribu dan terus naik pada tahun berikutnya[11]. Hingga akhir 1999, jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai 2,5 juta pelanggan, yang sebagian besar merupakan pelanggan layanan prabayar.

2000-2002: Deregulasi dan kemunculan operator CDMA

Telkomsel dan Indosat memperoleh lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional sesuai amanat Undang-undang Telekomunikasi No. 36/1999. Layanan seluler kedua BUMN itu direncanakan akan beroperasi secara bersamaan pada 1 Agustus 2001. Pada tahun yang sama, layanan pesan singkat (Inggris: Short Message Service/SMS) mulai diperkenalkan, dan langsung menjadi primadona layanan seluler saat itu. Pada tahun 2001, Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. Pada 8 Oktober 2002, Telkomsel menjadi operator kedua yang menyajikan layanan tersebut[12]. Masih pada tahun 2001, pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas[13]. PT Telkom Indonesia pun tak lagi memonopoli telekomunikasi, ditandai dengan dilepasnya saham Satelindo pada Indosat. Pada akhir 2002, Pemerintah Indonesia juga melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (SingTel). Kebijakan ini menimbulkan kontroversi, yang pada akhirnya membuat Pemerintah terus berupaya melakukan aksi beli-kembali/buyback. Pada Desember 2002, Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi FWA (Fixed Wireless Access). Artinya, sistem penomoran untuk tiap pelanggan menggunakan kode area menurut kota asalnya, seperti yang dipergunakan oleh telepon berbasis sambungan tetap dengan kabel milik Telkom.
2003-2004: Kemunculan operator 3G pertama

Satelindo meluncurkan layanan GPRS dan MMS pada awal 2003[14], dan menjadi operator seluler Indonesia ketiga yang meluncurkan layanan tersebut. Melalui Keputusan Dirjen Postel No. 253/Dirjen/2003 tanggal 8 Oktober 2003, pemerintah akhirnya memberikan lisensi kepada PT Cyber Access Communication (sekarang PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom) sebagai operator seluler 3G pertama di Indonesia melalui proses tender[15], menyisihkan 11 peserta lainnya. CAC memperoleh lisensi pada jaringan UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) atau juga disebut dengan W-CDMA (Wideband-Code Division Multiple Access) pada frekuensi 1.900 MHz sebesar 15 MHz. Pada November 2003, Indosat mengakuisisi Satelindo, Indosat-M3, dan Bimagraha Telekomindo. Pada akhirnya, ketiganya dilebur ke dalam PT Indosat Tbk[16]. Maka sejak saat itu, ketiganya hanya menjadi anak perusahaan Indosat. Di bulan yang sama, PT Radio dan Telepon Indonesia (Ratelindo) berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian diikuti dengan kehadiran Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom pada Desember 2003, namun dengan lisensi CDMA berjelajah nasional, seperti umumnya operator

seluler berbasis GSM. PT Indosat Tbk menyusul kemudian dengan StarOne pada bulan Mei 2004, juga dengan lisensi CDMA FWA. Pada Februari 2004, Telkomsel meluncurkan layanan EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution), dan menjadikannya sebagai operator EDGE pertama di Indonesia[17]. EDGE sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sekitar 126 kbps (kilobit per detik) dan menjadi teknologi dengan transmisi data paling cepat yang beroperasi di Indonesia saat itu. Bahkan menurut GSM World Association, EDGE dapat menembus kecepatan hingga 473,8 kilobit/detik[18]. Sejak April 2004, para operator seluler di Indonesia akhirnya sepakat melayani layanan MMS antar-operator[19]. Pada akhir tahun 2004, jumlah pelanggan seluler sudah menembus kurang lebih 30 juta[20]. Melihat perkembangan yang begitu pesat, di prediksi pada tahun 2005 jumlah pelanggan seluler di Indonesia akan mencapai 40 juta[21]. Pada Mei 2004, PT Mandara Seluler Indonesia meluncurkan produk seluler Neon di Lampung pada jaringan CDMA 450 MHz. Namun Neon tak bisa berkembang akibat kalah bersaing dengan operator telekomunikasi lainnya, sampai akhirnya diambil alih oleh Sampoerna Telecom pada 2005, dan menjadi cikal bakal Ceria.[22] Pada tanggal 17 September 2004, PT Natrindo Telepon Seluler (Lippo Telecom, sekarang PT Axis Telekom Indonesia) memperoleh lisensi layanan 3G kedua di Indonesia. Perusahaan ini memperoleh alokasi frekuensi sebesar 10 MHz.
2005-2008: Era reformasi Pertelekomunikasian Indonesia

Pada Mei 2005, Telkomsel berhasil melakukan ujicoba jaringan 3G di Jakarta dengan menggunakan teknologi Motorola dan Siemens, sedangkan CAC baru melaksanakan ujicoba jaringan 3G pada bulan berikutnya. CAC melakukan ujicoba layanan Telepon video, akses internet kecepatan tinggi, dan menonton siaran MetroTV via ponsel Sony Ericsson Z800i. Setelah melalui proses tender, akhirnya tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai pemenang untuk memperoleh lisensi layanan 3G, yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Excelcomindo Pratama (XL), dan PT Indosat Tbk (Indosat) pada tanggal 8 Februari 2006[23]. Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan layanan 3G secara komersial. Pada Agustus 2006, Indosat meluncurkan StarOne dengan jaringan CDMA2000 1x EV-DO di Balikpapan[24]. Pada saat yang sama, Bakrie Telecom memperkenalkan layanan ini pada penyelenggarakan kuliah jarak jauh antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan California Institute for Telecommunication and Information (Calit2) di San Diego State University (UCSD) California[25]. Pemerintah melalui Depkominfo mengeluarkan Permenkominfo No. 01/2006 tanggal 13 Januari 2007 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler IMT-2000, menyebutkan bahwa penyelenggaraan jaringan tetap lokal dengan mobilitas terbatas hanya dapat beroperasi di pita frekuensi radio 1.900 MHz sampai dengan 31 Desember

2007. Jaringan pada frekuensi tersebut kelak hanya diperuntukan untuk jaringan 3G. Operator dilarang membangun dan mengembangkan jaringan pada pita frekuensi radio tersebut. Maka, berdasarkan keputusan tersebut, para operator seluler CDMA berbasis FWA yang menghuni frekuensi 1.900 MHz harus segera bermigrasi ke frekuensi 800 MHz. Saat itu ada dua operator yang menghuni frekuensi CDMA 1.900 MHz, yaitu Flexi dan StarOne. Akhirnya, Telkom bekerjasama dengan Mobile-8 dalam menyelenggarakan layanan Fren dan Flexi, sedangkan Indosat dengan produk StarOne bekerja sama dengan Esia milik Bakrie Telecom[26]. Jumlah pengguna layanan seluler di Indonesia mulai mengalami ledakan. Jumlah pelanggan layanan seluler dari tiga operator terbesar (Telkomsel, Indosat, dan Excelcom) saja sudah menembus 38 juta[27]. Itu belum termasuk operator-operator CDMA. Hal ini disebabkan oleh murahnya tarif layanan seluler jika dibandingkan pada masa sebelumnya yang masih cukup mahal. Namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 220 juta pada saat itu, angka 38 juta masih cukup kecil. Para operator masih melihat peluang bisnis yang besar dari industri telekomunikasi seluler itu. Maka, untuk meraih banyak pelanggan baru, sekaligus mempertahankan pelanggan lama, para operator memberlakukan perang tarif yang membuat tarif layanan seluler di Indonesia semakin murah. Namun di balik gembar-gembor tarif murah itu, BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) menemukan fakta menarik, ternyata para operator seluler telah melakukan kartel tarif layanan seluler, dengan memberlakukan tarif minimal yang boleh diberlakukan di antara para operator yang tergabung dalam kartel tersebut[28]. Salah satu fakta lain yang ditemukan BRTI dan KPPU adalah adanya kepemilikan silang Temasek Holdings, sebuah perusahaan milik Pemerintah Singapura, di PT Indosat Tbk (Indosat) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)[29], yang membuat tarif layanan seluler cukup tinggi. Maka, pemerintah melalui Depkominfo akhirnya mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan para operator seluler menurunkan tarif mereka 5%-40% sejak bulan April 2008, termasuk di antaranya penurunan tarif interkoneksi antar operator[30]. Penurunan tarif ini akan dievaluasi oleh pemerintah selama 3 bulan sekali.
2009-2012 : Perkembangan telekomunikasi di Indonesia

Di Indonesia pada tahun 2009, telah beroperasi sejumlah 10 operator dengan perkiraan jumlah pelanggan sekitar 175,18 juta. Berikut ini adalah Tabel Perolehan pelanggan per tahun 2009 pada setiap Operator :
Operator Bakrie Telecom Esia Produk Jaringan Jumlah Pelanggan (Q1-2009, kecuali ada catatan)[31] 10,6 juta (Q4-2009)[32]

CDMA

800MHz Hutchison Indosat 3 GSM 6,4 juta 33,1 juta (Q4-2009)[33]

IM3, Indosat Matrix, Indosat GSM Mentari StarOne CDMA 800MHz CDMA 800MHz GSM CDMA 450MHz CDMA 1.900MHz CDMA 800MHz GSM GSM

570.000

Mobile-8 Natrindo Sampoerna Telekom Smart Telecom

Fren, Mobi dan Hepi Axis Ceria[34]

3 juta 5 juta 780.000

Smart

>2 juta

Telkom

Flexi Kartu AS, Kartu HALO dan Simpati XL

13,49 juta

Telkomsel XL Axiata

81,644 juta (Q4-2009)[35] 31,437 juta (Q4-2009)[36]

Sebagian besar operator telah meluncurkan layanan 3G dan 3,5G. Seluruh operator GSM telah mengaplikasikan teknologi UMTS, HSDPA dan HSUPA pada jaringannya, dan operator CDMA juga telah mengaplikasikan teknologi CDMA2000 1x EV-DO. Akibat kebijakan pemerintah tentang penurunan tarif pada awal 2008, serta gencarnya perang tarif para operator yang makin gencar[37][38], kualitas layanan operator seluler di Indonesia terus memburuk, terutama pada jam-jam sibuk[39][40]. Sementara itu, tarif promosi yang diberikan pun seringkali hanya sekedar akal-akalan, bahkan cenderung merugikan konsumen itu sendiri[41]. Jumlah pengguna seluler di Indonesia hingga bulan Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan, atau mencapai sekitar 80 persen populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler itu, sebanyak 95 persen adalah pelanggan prabayar. Menurut catatan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), pelanggan Telkomsel hingga bulan Juni 2010 mencapai 88 juta nomor, XL sekitar 35 juta, Indosat sekitar 39,1 juta, selebihnya merupakan pelanggan Axis dan Three. Direktur Utama PT Telkomsel, Sarwoto mengatakan, dari sisi pendapatan seluruh

operator seluler sudah menembus angka Rp100 triliun. Industri ini diperkirakan terus tumbuh, investasi terus meningkat menjadi sekitar US$2 miliar per tahun, dengan jumlah BTS mencapai lebih 100.000 unit.[42]

Prospek telekomunikasi seluler di Indonesia


Di Indonesia, teknologi 4G mulai diperkenalkan, dimulai dengan dikembangkannya WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) oleh Pemerintah[43]. Pemerintah selaku regulator telah menerbitkan tiga peraturan pada bulan Februari 2008 melalui keputusan Dirjen Postel No. 94, 95, 96 mengenai persyaratan teknis mengenai alat dan perangkat telekomunikasi pada frekuensi 2.3 Ghz, sebagai frekuensi yang akan ditempati WiMAX di Indonesia. Pemerintah sendiri telah menyiapkan dana sebesar Rp18 milyar untuk penelitian dan pengembangan teknologi WiMAX di Indonesia, bekerjasama dengan beberapa lembaga penelitian dan perguruan tinggi.[44] Pemerintah membuka akses internet untuk publik sembari menguji coba teknologi WiMAX lokal selama tiga bulan berturut-turut mulai 15 Oktober hingga akhir 2008.[45] WiMAX sendiri adalah teknologi telekomunikasi terbaru yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan koneksi internet berkualitas dan melakukan aktivitas dan teknologi nirkabel telekomunikasi berbasis protokol internet yang berjalan pada frekuensi 2,3 GHz. Telkomsel telah menggunakan frekuensi 5,8 GHz untuk menguji coba teknologi WiMAX tersebut. Namun, karena tak punya izin lisensi, operator ini mengklaim meminjam perangkat dan izin penggunaan frekuensi dari penyelenggara lain. Telkomsel sendiri mengklaim mereka tak akan mengkomersilkan WiMAX, sebab mereka lebih memilih LTE (Long Term Evolution) sebagai teknologi masa depan mereka. Telkomsel menggunakan teknologi WiMAX ini untuk backhaul saja.[46] Sementara itu, Indosat melalui produk IndosatM2 bekerja sama dengan Intel untuk menawarkan program pengadaan komputer beserta koneksi internet nirkabelnya di sekolah-sekolah. Program itu nantinya jadi cikal-bakal untuk membidik peluang WiMAX di sekolah.[47] Melihat jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan penetrasi seluler yang baru hampir mencapai 50%, maka masih ada peluang yang terbuka lebar untuk meraih banyak pelanggan baru. Pada 2012, diperkirakan penetrasi seluler di Indonesia akan mencapai 80%.[48]

Teknologi Telekomunikasi di Indonesia Sejak Amerika Serikat meluncurkan The National Infrastructure Information-nya pada tahun 1991, banyak negara industri lain di dunia bergegas menyusul dengan meluncurkan kebijakankebijakan infrastruktur komunikasinya. Dalam kurun waktu lima tahun setelah itu, negara-negara Eropa seperti Perancis, Denmark, Inggris, Jerman, dan lainnya merancang dan mempublikasikan kebijakan-kebijakan superhighways informasi mereka. Inggris menamai programnya dengan The Information Society Initiative dan Jerman The Info 2000. Di Asia, Jepang menampilkan kebijakan serupa pada tahun 1994 (Yuliar, dkk, 2001: 162-163). Tak lama kemudian, yakni tahun 1996, negara-negara di wilayah Asia Tenggara pun tidak mau ketinggalan meluncurkan kebijakan-kebijakan infrastruktur komunikasi- informasi mereka, seperti Filipina dengan Tiger, Malaysia dengan Multimedia Super Coridor dan Singapura dengan Singapore-ONE. Pada awal tahun 1997, Indonesia meluncurkan kebijakan infrastruktur superhighways informasi yang diberi nama Nusantara 21, yang selanjutnya dikuatkan dengan dikeluarkannya Keppres No. 30 tahun 1997 mengenai Pembentukan Tim Koordinasi Telematika Indonesia, yang bertugas mengkoordinasikan pengembangan pembangunan dan pemanfaatan telematika di Indonesia (Yuliar, dkk, 2001: 162-163) Namun demikian, menurut Yuliar, dkk (2001: 172), kebijakan infrastruktur dalam proyek Nusantara 21 masih dipengaruhi kepentingan pemerintah, seperti dicerminkan dari hubungannya dengan kebijakan pertahanan dan keamanan, persatuan dan kesatuan Indonesia, ketahanan nasional, dan Wawasan Nusantara. Begitu pula peran pemerintah masih sangat dominan melebihi pihak-pihak lain, misalnya swasta dan masyarakat, dengan adanya Tim Koordinasi Telematika Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden No.30/1997, yang melibatkan 14 menterinya, yaitu 1 menteri koordinator, 8 menteri departemen, dan 5 menteri negara, namun tidak melibatkan pihak-pihak di luar pemerintahan. Dengan demikian Nusantara 21 mencerminkan warna sentralisasi yang masih sangat kuat dan nuansa demokratisasi kurang diperhatikan. Akibatnya visi Nusantara 21 yang awalnya dikenalkan secara top down sebagai simbol yang mengemas kerangka pembangunan infrastruktur pemerintah Orde Baru tersebut lengser mengikuti lengsernya pemerintahan Orde Baru. Selain itu krisis ekonomi, sosial, dan politik pada tahun 1997 serta bangkitnya semangat otonomi daerah mengikis proyek Nusantara 21 yang dinilai sangat kental bernuansa sentralistik. Secara konseptual, Nusantara 21 adalah sebuah visi nasional yang memperjuangakan bsnagsa Indonesia untuk memasuki kancah persaingan ekonomi global di abad 21. Sebagai kebijakan, infrastruktur informasi Nusantara 21 tidak telepas dari visi Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, serta pertahanan dan keamanan, yang telah muncul sejak adanya konsep satelit telekomunikasi Palapa 16 Agustus 1976. Bahkan Nusantara 21 lebih terlihat sebagai pemutakhiran dari proyek Palapa, dengan tetap menggunakan pendekatan pada nilai-nilai pemersatuan seluruh Nusantara sebagai negara kepulauan. Dengan demikian, secara paradigmatis, tidak ada sesuatu yang relatif baru dari proyek Nusantara 21 bagi pembangunan infrastruktur komunikasi Indonesia dibanding proyek satelit palapa sebelumnya.

Dari sisi teknologi, sebelum satelit Palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat teresterial, yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau pulau-pulau, kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut). Tetapi sistem SKKL itupun masih mahal dan sulit untuk dipergunakan. Setelah satelit Palapa mengorbit, jangkauan telekomunikasi Indonesia dapat menjangkau seluruh nusantara, kecuali beberapa daerah blank spot. Satelit Palapa yang diluncurkan waktu itu tidak hanya dapat digunakan untuk telepon, namun juga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman faksimili, telex, telegram, videotext, dan berbagai informasi dalam bentuk lain, termasuk di bidang penyiaran (broadcasting), serta sistem cetak jarak jauh bagi suratkabar. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dimuali dari peluncuran Satelit Palapa berdampak positif bagi penanaman investasi asing. Sebelumnya pada inverstor enggan melirik Indonesia karena buruknya infrastruktur telekomunikasi yang ada di tanah air. Satelit-satelit Komunikasi Indonesia Waktu Jumlah Peluncuran Transponder 08-07-1976 10-03-1977 19-06-1983 06-02-1984 20-03-1990 20-03-1990 07-05-1992 01-02-1996 15-05-1996 31-08-2009 13-08-1999 17-11-2005 12 12 24 24 24 24 24 34 36 40 36 24 Perkiraan Usia (Tahun) Delta 2914 7 Delta 2914 7 Challenger 8 Challenger 8 Delta 3920 8 Delta 6925-8 8 Delta 7925 11 Atlas 2 AS 14 Ariane 144 L 14 Chinese long 10* march 3B Ariane 15 Ariane 5 15 Pesawat Luncur

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Nama Palapa A-1 Palapa A-2 Palapa B-1 Palapa B-2 Palapa B-2P Palapa B-2R Palapa B-4 Palapa C-1 Palapa C-2 Palapa D-1 Telkom-1 Telkom-2

sumber: http://masdiisya.wordpress.com diolah dr berbagai sumber Di berbagai belahan dunia, munculnya teknologi broadband memudahkan orang mengakses internet di mana saja dengan teknologi mobile. Bila teknologi generasi pertama/1G yaitu NMT (Nordic Mobile Telephony) dan AMPS (Advanced Mobile Phone System) yang muncul pada awal 1990-an sekadar melampaui keterbatasan fungsi telepon yang statis menjadi dinamis, serta hanya menampilkan suara, maka pada teknologi generasi kedua/2G, GSM (Global System for Mobile) yang bergerak pada pertengahan dekade 1990-an, teknologi seluler tidak hanya mampu menjadi wahana tukar informasi dalam bentuk suara, tetapi juga data yang berupa teks dan gambar (SMS dan MMS). Karena murah, akses teknologi mobile generasi kedua ini berkembang pesat di Indonesia, sehingga memasuki 2000-an, handphone menjadi perangkat hidup (gadget) sehari-hari.

Sejak tahun 2006, masyarakat di Indonesia sudah bisa menikmati layanan audio-visual yang lebih canggih dengan teknologi generasi ketiga (3G). Ada juga pilihan koneksi internet ke aplikasi seluler dengan sistem UMTS, WiFi, dan WiMAX (Worlwide interoperability for Microwave Access). Aplikasi teknologi terbaru berkaitan dengan kecepatan akses sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa jaringan operator seluler antara lain berupa jaringan cepat yang dikenal dengan High-Speed Downlik Packet Access (HSDPA) atau sering disebut dengan 3,5G; yaitu generasi yang merupakan penyempurnaan dari 3G. Terakhir, tidak lama lagi, vendor maupun operator seluler siap dengan teknologi Next Generation Network (NGN) atau 4G. Pada babakan inilah apa yang disebut konvergensi media akan mencapai titik maksimal. Lewat segenggam handset, orang di berbagai penjuru dunia bisa mengakses informasi secara cepat dan lengkap sesuai kebutuhan (Yusuf dan Supriyanto, Jurnal Komunikasi UII, Volume 1, No. 2, April 2007). Perkembangan lebih lanjut dari teknologi 4G ini adalah revolusi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) menjadi LTE (Long Term Evolution) dan revolusi EV-DO (Evolution for Data Only) menjadi UMB (Ultra Mobile Broadband). Pada awalnya LTE dan UMB dijadwalkan masih cukup lama untukmmulai diimplementasikan, mungkin akan lebih cepat dengan kemunculan WiMAX (Worlwide interoperability for Microwave Access) yang memiliki kemampuan seperti halnya 4G (Djamili, Kompas, 7 April 2008). Bagi teknologi 3G, WiMAX mobile bisa dikatakan sebagai suatu ancaman. Dengan kemampuan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari 3G yang ada saat ini, WiMAX mobile menawarkan kinerja yang lebih baik penggunanya. Di lain sisi jika layanan panggilan suara dengan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol) diintegrasikan melalui WiMAX, diprediksi akan memicu persaingan ketat antara 3G dan WiMAX. Dalam ketersediaan teknologi, saat ini teknologi LTE maupun UMB sebagai revolusi secara alamiah teknologi 3Gmemiliki keterlambatan ketersediaan dibanding teknologi WiMAX (Djamili, Kompas, 7 April 2008). Menurut Djamili (Kompas, 7 April 2008) Kemunculan WiMAX di Indonesia semakin dekat dengan ditandatanganinya peraturan mengenai aspek persyaratan teknis untuk sistem BWA di pita frekuensi 2,3 GHz oleh Dirjen Postel pada 26 Februari 2008. Peraturan ini tentunya akan menjadi acuan dalam dokumen lelang BWA yang dijadwalkan pada tahun 2008 ini. Meksipun tidak disebutkan secara spesifik bahwa pita frekuensi ini merupakan alokasi untuk teknologi WiMAX, namun dalam siaran pers disebutkan bahwa Dirjen Postel bersama-sama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi membuat program penelitian perngkat radio WiMAX di frekuensi 2,3 GHz sehingga kemungkinan besar teknologi WiMAX akan diimplementasikan. Lebih lanjut, Djamili (Kompas, 7 April 2008) menyebutkan, WiMAX memiliki kemampuan memberikan layanan koneksi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) seperti layanan Telkom Speedy tetapi melalui jaringan nirkabel, sehingga berpotensi menjadi alternatif layanan bagi masyarakat dan bagi daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan telepon. Selain itu, WiMAX memiliki kemampuan seperti sistem seluler (mobility) sehingga dapat memberi layanan seperti 3G saat ini. Operator Telekomunikasi di Indonesia

sumber foto: http://kinko.wordpress.com Di Indonesia bisnis telepon akan terus meningkat meningat penetrasi pasar masih sangat luas untuk dikembangkan. Pertumbuhan penggunan selular (GSM) diperkirakan telah mencapai angka lebih dari 150 juta pelanggan, yang berarti setengah dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 240 juta. Hingga saat ini, pemain-pemain industri selular terus bertambah banyak jumlahnya, meskipun masih dimonopoli oleh operator besar, seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Excelcomindo Pratama (XL), PT Telekomunikasi Indonesia Seluler (Telkomsel), PT Indosat, PT Bakrie Telecom, PT Hutchinson, PT Mobile-8, dan PT Smart Telecom. Di tengah persaingan ketat, mereka tidak hanya memberi layanan yang menjawab kebutuhan berkomunikasi, namun mulai merambah ke bisnis content (isi), seperti ringtone, Iring, wallpaper, game, dan sebagainya. [Iwan Awaluddin Yusuf]

[1] Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, peneliti di Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta Posted in Sejarah dan Ekologi Media | Tagged operator seluler indonesia, perkembangan telekomunikasi di Indonesia, sejarah telekomunikasi, teknologi, teknologi komunikasi, telekomunikasi, telekomunikasi di Indonesia, telekomunikasi Indonesia | Leave a reply

Menyongsong Perbaikan Infrastruktur Telekomunikasi di Indonesia

Posted on 24 November 2009

Sumber foto: http://analysis.capitalprice.com/ Iwan Awaluddin Yusuf[1] Sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, perkembangan peradaban sangat dipengaruhi oleh corak pembangunan infrastruktur telekomunikasinya. Kenyataan ini sejalan dengan fungsi utama teknologi telekomunikasi yang memudahkan pengiriman infromasi dari satu tempat ke tempat lain secara efisien. Berbagai cara dikembangkan mulai dari penggunaan asap di ketinggian tebing-tebing atau lembah hingga pembangunan menara yang sangat tinggi untuk mengirim sinyal-sinyal mekanik. Di era modern, telepon menjadi ujung tombak bagi pengembangan infrastruktur telekomunikasi. Pada awalnya telepon sangat terbatas daya jangkau dan konektivitasnya. Namun infrastruktur telepon dari waktu ke waktu terus-menerus disempurnakan dengan memanfaatkan gelombang mikro, satelit, dan transmisi sistem fiber-optik. Puncak dari pengembangan teknologi telepon saat ini adalah penemuan teknologi telepon bergerak yang melahirkan perangkat-perangkat populer seperti pager, mobile phone, dan telepon selular. Dalam perkembangan mutakhir, generasi kedua dari telepon seluler ini sepenuhnya menggunakan sitem digital. Bagaimana kebijakan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia? Sejak Amerika Serikat meluncurkan The National Infrastructure Information-nya pada tahun 1991, banyak negara industri lain di dunia bergegas menyusul dengan meluncurkan kebijakankebijakan infrastruktur komunikasinya. Dalam kurun waktu lima tahun setelah itu, negara-negara Eropa seperti Perancis, Denmark, Inggris, Jerman, dan lainnya merancang dan mempublikasikan kebijakan-kebijakan superhighways informasi mereka. Inggris menamai programnya dengan The Information Society Initiative dan Jerman The Info 2000. Di Asia, Jepang menampilkan kebijakan serupa pada tahun 1994.Tak lama kemudian, yakni tahun 1996, negara-negara di wilayah Asia Tenggara pun tidak mau ketinggalan meluncurkan kebijakan-kebijakan

infrastruktur komunikasi- informasi mereka, seperti Filipina dengan Tiger, Malaysia dengan Multimedia Super Coridor dan Singapura dengan Singapore-ONE. Awal tahun 1997, Indonesia meluncurkan kebijakan infrastruktur superhighways informasi yang diberi nama Nusantara 21, yang selanjutnya dikuatkan dengan dikeluarkannya Keppres No. 30 tahun 1997 mengenai Pembentukan Tim Koordinasi Telematika Indonesia, yang bertugas mengkoordinasikan pengembangan pembangunan dan pemanfaatan telematika di Indonesia. Sayangnya, kebijakan infrastruktur dalam proyek Nusantara 21 masih kental dipengaruhi kepentingan pemerintah, seperti dicerminkan dari hubungannya dengan kebijakan pertahanan dan keamanan, persatuan dan kesatuan Indonesia, ketahanan nasional, dan Wawasan Nusantara. Begitu pula peran pemerintah masih sangat dominan melebihi pihak-pihak lain, misalnya swasta dan masyarakat, dengan adanya Tim Koordinasi Telematika Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden No.30/1997, yang melibatkan 14 menterinya, yaitu 1 menteri koordinator, 8 menteri departemen, dan 5 menteri negara, namun tidak melibatkan pihak-pihak di luar pemerintahan. Dengan demikian Nusantara 21 mencerminkan warna sentralisasi yang masih sangat kuat dan nuansa demokratisasi kurang diperhatikan. Akibatnya visi Nusantara 21 yang awalnya dikenalkan secara top down sebagai simbol yang mengemas kerangka pembangunan infrastruktur pemerintah Orde Baru tersebut lengser mengikuti lengsernya pemerintahan Orde Baru. Selain itu krisis ekonomi, sosial, dan politik pada tahun 1997 serta bangkitnya semangat otonomi daerah mengikis proyek Nusantara 21 yang dinilai sangat kental bernuansa sentralistik. Hingga beberapa waktu kemudian, Nusantara 21 pun tidak terdengar lagi gaungnya. Kabar baik terdengar seiring munculnya teknologi broadband yang memudahkan masyarakat mengakses internet di mana saja dengan teknologi mobile. Bila teknologi generasi pertama/1G yaitu NMT (Nordic Mobile Telephony) dan AMPS (Advanced Mobile Phone System) yang muncul pada awal 1990-an sekadar melampaui keterbatasan fungsi telepon yang statis menjadi dinamis, serta hanya menampilkan suara, maka pada teknologi generasi kedua/2G, GSM (Global System for Mobile) yang bergerak pada pertengahan dekade 1990-an, teknologi seluler tidak hanya mampu menjadi wahana tukar informasi dalam bentuk suara, tetapi juga data yang berupa teks dan gambar (SMS dan MMS). Karena murah, akses teknologi mobile generasi kedua ini berkembang pesat di Indonesia, sehingga memasuki 2000-an, handphone menjadi perangkat hidup (gadget) sehari-hari. Sejak tahun 2006, masyarakat di Indonesia sudah bisa menikmati layanan audio-visual yang lebih canggih dengan teknologi generasi ketiga (3G). Ada juga pilihan koneksi internet ke aplikasi seluler dengan sistem UMTS, WiFi, dan WiMAX (Worlwide interoperability for Microwave Access). Aplikasi teknologi terbaru berkaitan dengan kecepatan akses sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa jaringan operator seluler antara lain berupa jaringan cepat yang dikenal dengan High-Speed Downlik Packet Access (HSDPA) atau sering disebut dengan 3,5G; yaitu generasi yang merupakan penyempurnaan dari 3G. Terakhir, tidak lama lagi, vendor maupun operator seluler siap dengan teknologi Next Generation Network (NGN) atau 4G. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi 4G ini adalah revolusi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) menjadi LTE (Long Term Evolution) dan revolusi EV-DO (Evolution for Data Only) menjadi UMB (Ultra Mobile Broadband). Pada awalnya LTE dan UMB dijadwalkan masih cukup lama untukmmulai diimplementasikan, mungkin akan lebih cepat

dengan kemunculan WiMAX (Worlwide interoperability for Microwave Access) yang memiliki kemampuan seperti halnya 4G. Bagi teknologi 3G, WiMAX mobile bisa dikatakan sebagai suatu ancaman. Dengan kemampuan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari 3G yang ada saat ini, WiMAX mobile menawarkan kinerja yang lebih baik penggunanya. Di lain sisi jika layanan panggilan suara dengan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol) diintegrasikan melalui WiMAX, diprediksi akan memicu persaingan ketat antara 3G dan WiMAX. Dalam ketersediaan teknologi, saat ini teknologi LTE maupun UMB sebagai revolusi secara alamiah teknologi 3Gmemiliki keterlambatan ketersediaan dibanding teknologi WiMAX. Kemunculan WiMAX di Indonesia semakin dekat dengan ditandatanganinya peraturan mengenai aspek persyaratan teknis untuk sistem BWA di pita frekuensi 2,3 GHz oleh Dirjen Postel pada 26 Februari 2008. Peraturan ini tentunya akan menjadi acuan dalam dokumen lelang BWA yang dijadwalkan pada tahun 2008 ini. Meksipun tidak disebutkan secara spesifik bahwa pita frekuensi ini merupakan alokasi untuk teknologi WiMAX, namun dalam siaran pers disebutkan bahwa Dirjen Postel bersama-sama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi membuat program penelitian perngkat radio WiMAX di frekuensi 2,3 GHz sehingga kemungkinan besar teknologi WiMAX akan diimplementasikan (Kompas, 7 April 2008). WiMAX memiliki kemampuan memberikan layanan koneksi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) seperti layanan Telkom Speedy, tetapi melalui jaringan nirkabel, sehingga berpotensi menjadi alternatif layanan bagi masyarakat dan bagi daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan telepon. Selain itu, WiMAX memiliki kemampuan seperti sistem seluler (mobility) sehingga dapat memberi layanan seperti 3G saat ini. Di Indonesia bisnis telepon akan terus meningkat meningat penetrasi pasar masih sangat luas untuk dikembangkan. Dilihat dari data sampai akhir tahun 2007 misalnya, pertumbuhan penggunan selular (GSM) diperkirakan telah mencapai angka lebih dari 80 juta pelanggan, yang berarti baru sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia. Ini membuka peluang untuk bagi pemerintah dan pihak swasta untuk mengembangkan terus-menerus infrastruktur telekomunikasi sebagai bagain dari investasi bangsa di bidang ekonomi, budaya, sekaligus pertahanankeamanan. Tentunya jika dalam pembangunan infrastrktur ini mendayagunakan aset-aset nasional, bukan modal asing.

Surat Berdasarkan prasasti dan dokumen yang ditemukan, surat-menyurat di Indonesia sudah ada sejak zaman Kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanegara, Mataram Kuno, Purnawarman, dan Majapahit. Masuknya agama Budha dan Hindu memicu budaya maneulis dan surat menyurat. Namun, biasanya hanya dilakukan antara bangsawan dan biarawan. Bentuknya sederhana, mengunakan batu, kayu, kulit kayu, bambu atau lontar, dan menggunakan bahasa sansakerta. Ketika VOC berkuasa (sekitar abad 17 dan 18), surat menyurat dilakukan antara Pulau Jwa dan daratan Eropa. Saat itu surat hanya boleh ditujukan kepada para pejabat resmi dan isinya tidak boleh menceritakan kegiatan VOC di Indonesia. Pengirimannya melalui kapal yang berlayar dari Belanda ke Indonesia atau sebaliknya. Tak berapa lama jasa pengiriman pas pun muncul melalaui kantor pas. Pengiriman surat pun semakin lancer saat Jalan Raya Pos (de Grote Posweg) dari Anyer ke Panarukan (1.000 km) mulai dibangun. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirim surat dari Jawa Barat ke Jawa Timur semakin singkat. Merpati Pos Merupakan alat komunikasi dengan menggunakan burung merpati sebagai mengantar surat atau pesan, Merpati dipilih karena burung ini pintar, memiliki daya ingat kuat, kemampuan navigasi dan naluri alamiah untuk kembali ke sarang, metode ini berasal dari orang-orang Persia yang melatih burung-burung merpati. Pertama kali digunakan oleh Sultan Bagdad, Nuruddin (1416) untuk mengirimkan pesan sekitar kerajaannya. Orang Romawi menggunakan merpati pos untuk mengirim pesan kepada pasukan militernya. Orang Yunani memberitahukan pemenang olimpiade melalui merpati pos. pada masa perang dunia pertama (1914-1918) pun pasukan Amerika menggunakan permati pos untuk komunikasi. Telegraf Telegraf merupakan alat untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh. Alat ini ditemukan oleh seorang warga Amerika, Samuel F.B. Morse bersama asistennya Alexander Bain pada tahun 1837. pesan pertamanya dikirim pdaa 6 Januari 1838. pesan yang dikirimkan oleh perator menggunakan kode morse. Pesan ini sering dinamakan pesan kabel atau kawat. Media ini sangat efektif dan dulu menjadi primadona meskipun yang bisa mengirim dam menerima hanyalah orang yang paham kode Morse. Untuk keperluaan peperangan, media ini sangat diperlukan agar pesan rahasia tetap terjaga. Pesan ini pun diistimewakan karena umumnya pesan tersebut adalah pesan penting. Perkembangan selanjutkan, media ini melahirkan media baru seperti teleprinting dan faksimile. Di Indonesai pemanfaatan telegraf dimulai sejak saluran telegraf pertama dibuka 23 Oktober 1855, oleh Pemerintah Hidia Belanda. Telegraf pun dapat dirasakan masyarakat di 28 kantor telegraf. Tidak hanya menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), telegraf pun bisa menghubungkan Jakarta dan Singapura, Jawa dan Australia. Telefon Penemuan telepon dipicu oleh permintaan penggunaan telegraf yang semakin berkembang dan meningkat. Telefon pun ditemukan pada sekitar tahun 1876 oleh Alexander Graham Bell. Di Indonesia telefon lokal pertama digunakan sejak 16 Oktober 1882 yang diselenggarakan pihak swasta. Jaringan telefon pertama ini menghubungkan Gambir dan Tanjung Priok (Batavia). Selanjutnya jaringan telefon dibuat di kota-kota besar lainnya. Tahun 1906, perusahaan jaringan telefon diambil alih dan dikelola Pemerintah Hindia Belanda. Melalui PTT (Post, Telegraf, Tetefon) Dienst. Seiring perkembangan, kebutuhan telekomunikasi meningkat jaringan

telekomunikasi pun diperluas. Tahun 1967 PT Indosat (Indonesia Satelite Corporation) mulai membangun jaringan telefon gelombang mikro. Dimulai dengan jaringan Trans Sumatra dan Indonesia Timur. Selanjutnya, tahun 1976, satelit Palapa A-1 diluncurkan sehingga mengungkinkan jaringan telefon Indonesia meluas hingga mencapai luar negara. Telegram Telegram baru dipopulerkan pada tahun 1920-an. telegram barisi kombinasi kode yang ditransmisikan oleh telegraf. Telegram ini tarif mengirimannya lebih murah dari telefon, meskipun tarifnya dihitung berdasarkan jumlah karakter termasuk tanda baca. Namun waktu yang dibutuhkan pun sangat singkat, kurang dari satu hari, tidak seperti surat. Di Indonesia, telegram dipopulerkan oleh perusahaan Telkom. Ada dua jenis telegram, telegram biasa dan Indah. Tetegram biasa berwarna biru muda, sedangkan telegram indag biasa dikirmkan pada hari-hari khusus seperti hari raya ratau tahun baru. Pager Pager atau radia panggil merupakan alat telekomunikasi untuk menyampaikan dan menerima pesan pendek. Sekarang mungkin sudah jarang ditemukan, tetapi alat ini masih sering dipakai untuk orang-orang yang bergerak dibidang jasa seperti jasa informasi dari kesehatan. Pager ditemukan tahun 1956 oleh Multitone Electronic di Rumah Sakit St. Thomas London oleh dokter-dokter yang sedang bertugas dalam kondisi darurat. Sejak itu pager semakin berkembang. Sebelum telefon seluler berkembang, pager digunakan sebagai pengganti untuk layanan telefon lokal dan internasional. Di Indonesia pager muncul sebelum tahun 1997. pelanggannya mencapai 800.000. namun karena harga perangkat yang terus menerus melambung pelangan pun perlahan menurun. Apalagi telah munculnya teknologi telefon seluler. Surat Leletronik (E-mail) Merupakan sarana mengirim surat melalui jaringan komputer, misalnya internet. Surat elektronik mulai dipakai pada tahun 1960-an. Saat itu internet belum terbentuk, tetapi surat terkirim melalui jaringan yang berbentuk dari kumpulan mainframe. Mulai tahun 1980-an mulai bisa dipakai oleh umum. Internet Rangkaian yang membentuk iuternet (kependekan dari interconnected-networking) diawali pada tahun 1969 sebagai ARPANET. Rangkaian ini dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Tahun 1983. ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya dari NCP ke TCP/IP, yang merupakan awal dari internet yang kita kenal. Di Indonesia, sejarah internet dimulai pada awal tahun 1990-an. Tahun 1992 hingga 1994, beberapa nama muncul diawal pembangunan internet salah satu diantaranya Onno W. Purbo. Tahun 1994 IndoNet menjadi ISP (Internet Serveci Provider) komersial pertama di Indonesia. Saat ini pihak Pos dan Telekomunikasi belum melihat celah bisnis internet. Mulai 1995 mucul jasa akses Telnet ke luar negeri, sehingga pemakai internet di Indonesia bisa mengakses internet (HTTP). Telepon Genggam Penemuan telefon genggam tak terlepas dari perkembangan radio. Berawal pada tahun 1921, Departemen Kepolisian Detroit Michigan mulai menggunakan telefon mobil satu arah. Kemudian tahun 1940, Galvin Manucfatory Corporation (sekarang Motorola) mengembangkan

Handle-talllkle SCR536 untuk keperluan komunikasi di medan perang saat perang Dunia II. Namun, penemuan telefon genggam yang sebenarnya terjadi pada tahun 1973 oleh Martin Cooper dari Matorola Corp. telefon ini kemudian dikenal sebagai telefon genggam generasi pertama atau 1G. dari model inilah kemudian muncul telefon genggam berikutnya. Tahun 1990an generasi kedua atau 2G muncul dengan teknologi GSM dan CDMA. Teknologi ini dilengkapi dengan pesan suara, panggilan tunggu dan sms (short message service). Ukuran dan berat yang lebih kecil menjadi unggulan teknologi ini. Kini, teknologi telefon genggam sudah mencapai generasi ketiga (3G) dan keempat (4G). teknologi ini memberikan jangkauan yang lebih luas lagi termasuk internet. Fitur telefon seluler pun bahkan mendekati fungsi PC. Bahkan untuk teknologi 4G memiliki heterogenitas jaringan hingga memungkinkan pengguna menggunakan beragam system kapan saja dan dimana saja. di Indonesia, teknologi telefon genggam pertama kali hadir pada tahun 1984 dengan bberbasis teknologi Nordic Mobile Telephone (NMT). Telefon genggam pun mulai beredar tahun 1985-1992, tetapi dengan bentuk yang masih besar dan berat. Tahun1993, PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital GSM (Global System for Mobile) yang dimulai di dua pulau, Batam dan Bintan. Setahun kemudian (1994) operator GSM pertama di Indonesia beroerasi melalui PT Satelindo. Selanjutnya mulai bermunculan operator GSM lainnya. Pesan Instan (Instan Messaging) Merupakan sebuah teknologi internet di mana para pengguna jaringan internet dapat mengirimkan pesan-pesan singkat pada saat yang bersamaan (real time). Istilah pesan instan ini mengacu pada teknologi yang dipopulerkan oleh America Online (AOL), kemudian diikuti Yahoo! (Yahoo Massenger), Google dan Microsoft (Windows Live Messenger). Bermula ketika orang-orang marak menggunakan teknologi secara online awal tahun 1990. para pengembang peranti lunak menciptakan software chat room, yakni suatu grup atau perseorangan bisa mengirimkan pesan kepada setiap orang di room tersebut. Tahun 1996, pesan instan ini meledak saat diperkenalkan ICQ, sebuah pesan gratis. Namun AOL, menjadi pionir dalam kemunitas online pada tahun 1997, karena AOL bisa memberikan kemampuan pengguna berkomunikasi dalam waktu yang sama. Dari sinilah semakin berkembang perusahaanperusahaan lainnya yang menciptakan mesin pesan instan. Blackberry. Blackberry menjadi perangkat telefon genggam yang popular dan fenomenal beberapa tahun terakhir. Blackberry menjadi sangat fenomenal karena memiliki teknologi yang mampu menyampaikan informasi melalui jaringan data nirkabel dari layanan perusahaan telefon genggam. Produk andalam blackberry dan digemari pengguna adalah fitur email cepat (push email). Blackberry juga memiliki kemampuan untun chatting melalui Balcberry Messenger (BBM). Blackberry hadir pada tahun 1997 oleh perusaaan Canada, Research in Motion (RIM). Sementara di Indonesia pertama kali hadir pada pertengahan Desember 2004.

Abstrak Telepon Genggam merupakan perangkat telekomunikasi nirkabel. Teknologi telepon genggam merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya cukup pesat di dunia saat ini. Teknologi yang digunakan telepon genggam saat ini ada dua, GSM dan CDMA. Di Indonesia sendiri, GSM lebih banyak digunakan dibandingkan dengan CDMA. Telepon Genggam yang dulu hanya dapat digunakan untuk telepon dan mengirim pesan sekarang dapat memiliki fitur yang hampir sama dengan komputer. Telepon genggam tipe ini sering disebut juga dengan smartphone. Selain itu teknologi sistem operasi pada smartphone juga semakin banyak dan berkembang sangat cepat. Sistem operasi tersebut antara lain Android, Blackberry OS, iOS, Symbian, dan Windows Phone. Makalah ini akan membahas preferensi masyarakat Indonesia, terutama kalangan mahasiswa. tentang preferensi mereka dalam memilih perangkat mobile serta perlengkapan yang mendukung seperti penyedia layanan dan Operating System yang digunakan. Kata Kunci : Telepon genggam, Smartphone, GSM, OS 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telekomunikasi mobile sekarang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Telepon selular yang dulunya hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke atas sekarang dapat didapatkan dengan harga yang sangat murah, bahkan dapat dinikmati oleh kaum marginal. Perkembanagn dunia telekomunikasi juga semakin cepat dan pesat. Kecepatan transfer komunikasi baik suara maupun data sudah sangat cepat, Kemampuan Processor mobile juga sudah mendekati kemampuan netbook, dan yang mendapat perhatian terbesar sekarang adalah pada segmen sistem operasi. Dalam memilih ponsel sekarang, masyarakat mulai memikirkan berbagai macam aspek yang dulunya tidak terlalu diperhatikan seperti sistem operasi, kemampuan processor, ukuran layar, dan sebagainya. Sebagian masyarakat memilih menggunakan tipe ponsel buatan produsen tertentu karena memiliki fitur yang hanya dimiliki oleh ponsel buatan produsen tersebut. Ada juga yang memilih ponselnya berdasarkan tren atau preferensi teman-temannya. Berdasarkan hal-hal tersebut, makalah ini dibuat untuk mengetahui preferensi masyarakat Indonesia, terutama Mahasiswa Universitas Kristen Petra dalam memilih ponsel yang digunakan. Hal-hal yang menjadi fokus antara lain preferensi produsen, preferensi provider telekomunikasi, dan preferensi sistem operasi yang digunakan. 1.2. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap perangkat mobile serta penyedia layanan telekomunikasi yang digunakan.

1.3. Metodologi Penelitian Data Primer Quisioner Penulis melakukan penyebaran quisioner yang berisi pertanyaan pertanyaan tentang preferensi masyarakat dalam penggunaan perangkat mobile di Indonesia melalui website dan forum online untuk mengumpulkan data langsung dari sumbernya. Data Sekunder Internet dan Buku Mengumpulkan data dengan melakukan observasi melalui jaringan internet dan majalah teknologi. Data tersebut biasanya berupa artikel, website, dan sebagainya. 2. DASAR TEORI

2.1. Telepon Genggam Definisi Telepon Genggam Telepon genggam adalah perangkat yang menggunakan gelombang radio untuk membuat atau menerima panggilan telepon sembari bergerak dalam bidang geografis. Dalam perkembangannya, telepon genggam juga memiliki fitur-fitur lain seperti pesan teks, pesan multimedia, pemutar multimedia, dan internet. Telepon Genggam pertama di dunia Pada 3 April 1973, Dr.Martin Cooper, seorang peneliti dan eksekutif Motorola, membuat telepon genggam analog pertama yang diberi nama Motorola DynaTAC. DynaTAC diambil dari kependekan Dynamic Adaptive Area Coverage. Dengan berat 793,7 gram dan dimensi 13 x 1,75 x 3,5 in, DynaTAC8000x adalah telepon genggam yang pertama kali diperjual-belikan dengan

harga $3,995(sekitar $8807 dalam dolar amerika sekarang)

Gambar 2.1.1 Telepon Genggam Pertama, Motorola DynaTAC 8000x Komponen Telepon Genggam Telepon genggam sendiri memiliki beberapa komponen yang pasti ada untuk menfasilitasi komunikasi nirkabel. Terdiri dari : - Baterai : Semua telepon genggam pasti memiliki baterai sebagai sumber tenaga dalam pengoperasionalannya. - Mekanisme Input : Telepon genggam juga memerlukan media untuk memasukkan data. Telepon genggam generasi lama menggunakan tombol keypad, layar sentuh juga menjadi salah satu pilihan di jaman sekarang. - Layanan Dasar : Fasilitas dasar seperti SMS dan membuat panggilan telepon.

- Slot SIM - Antena

: Tempat untuk menempatkan SIM card. : Antena disini tepatnya media untuk menerima dan mengirim sinyal.

2.2. Komunikasi Radio

Teknologi Komunikasi Radio Teknologi komunikasi radio pertama kali yang ada di dunia adalah teknologi MTS (Mobile Telephone Service). Tetapi ponsel pertama yaitu Motorola DynaTAC menggunakan sistem AMPS (Advanced Mobile Phone System). Teknologi ini menggunakan sistem FDMA (Frequency Divison Multiple Access) sehingga setiap panggilan yang terjadi menggunakan frekuensi yang terpisah-pisah. Keunggulan AMPS dibandingkan dengan IMTS (yang merupakan pengembangan dari MTS) adalah frekuensi yang diberikan kepada pengguna tergantung pada kekuatan sinyal pengguna tersebut. Jika ada seorang pengguna yang sinyalnya semakin melemah, pengguna tersebut akan dipindahkan ke jaringan lain dengan sinyal yang lebih baik. Frekuensi yang ditinggalkan oleh pengguna tersebut dapat kemudian digunakan oleh pengguna lain. Karena AMPS menggunakan teknologi analog, standar komunikasi ini pada akhirnya tidak digunakan lagi karena tingkat keamanan panggilan yang dilakukan sangat rendah karena orang lain dapat mendengarkan pembicaraan menggunakan scanner gelombang radio. Gelombang analog juga sangat rentan terhadap medan elektromagnetik serta noise. Standar AMPS akhirnya digantikan oleh standar komunikasi baru berbasiskan digital yaitu GSM dan CDMA GSM GSM (Global System for Mobile Communications) merupakan standar komunikasi yang paling banyak digunakan oleh pengguna perangkat seluler sementara ini. GSM berbasiskan teknologi komunikasi radio digital full duplex, yang berarti dua pengguna yang sedang berkomunikasi

dapat saling berbicara secara bersamaan.

Gambar 2.2.1 Sistem GSM GSM pada akhirnya mengalami banyak pengembangan, mulai dari kapabilitas koneksi internet menggunakan GPRS, dikembangkan lagi sehingga muncul EDGE, sampai dengan koneksi 3G (UMTS) dan akhir-akhir ini, 4G (LTE. Sejarah Komunikasi di Indonesia Pada tahun 1984, teknologi komunikasi mulai diperkenalkan di Indonesia oleh PT Telkom bersama dengan PT Rajasa Hanazanah Perkasa. Teknologi yang diselenggarakan adalah NMT450 Tahun 1985-1992, teknologi seluler berbasis analog generasi 1 ( 1G ) mulai diterapkan. Selain teknologi NMT-470 (modifikasi teknologi NMT-450) dioperasikan oleh PT Rajasa Hazanah Perkasa, ada teknologi AMPS(Advance Mobile Phone System) yang pada saat itu ditangani 4 operator: PT. Elektrindo Nusantara, PT. Centralindo Panca Sakti, PT Telekomindo Prima Bakti sertaPTTelkom. Regulasi yang berlaku saat itu mengharuskan para penyelenggara layanan

telephony dasar bermitra dengan PT Telkom. Telepon seluler waktu itu masih belum bisa dimasukan kedalam saku karena ukurannya besar dan berat, rata-rata 430 gram. Harganya pun mahal, sekitar Rp 10 juta. Pada Oktober 1993, PT. Telkom memulai pengembangan teknologi 2G di Indonesia menggunakkan teknologi GSM. Kemudian teknologi GPRS yang merupakan teknologi 2,5G yang kemudian disempurnakan menjadi EDGE yang biasa disebut generasi 2,75G. 3G pertama kali muncul pada tahun 2004. Teknologi saat ini menggunakan HSDPA yang merupakan teknologi generasi 3,5G 2.3 Smartphone dan Operating System Smartphone Smartphone atau ponsel pintar merupakan telepon genggam biasa dengan kemampuan lebih. Sebuah telepon genggam dapat dikategorikan sebagai smartphone apabila memiliki kemampuan untuk mengolah data seperti email, aplikasi bisnis, dan sebagainya. Smatphone dulu dikenal sebagai PDA (Personal Data Assistant). Sekarang ini, semua PDA adalah smartphone. Smartphone juga dapat dikatakan telah dapat memenuhi kebutuhan pengguna atas komputer dalam batas tertentu. Smartphone OS Seperti halnya sistem operasi pada PC, smartphone juga membutuhkan sistem operasi yang berguna mendukung kebutuhan akan aplikasi dan fitur yang memadai. Ada banyak macam sistem operasi untuk smartphone, seperti Android, Blackberry OS, iOS, Symbian, Windows Phone, Bada, Maemo, Meego. Tetapi sistem operasi yang paling banyak dipakai saat ini adalah Android, Blackberry, iOS, Symbian dan Windows Phone. iOS iOS dikembangkan oleh Apple, sistem operasi ini digunakan di iPhone, iPad, dan Apple Tv. Kelebihan kelebihan yang dimiliki oleh sistem operasi ini adalah banyaknya aplikasi yang sudah terintegrasi, user interface yang menarik serta dukungan multi touch yang canggih menjadikan iOS tidak kalah bersaing dalam pasar sistem operasi smartphone. Pada 6 juni 2011, Apple merilis versi beta dari iOS 5. Fitur baru yang ditawarkan dalam iOS 5 diantaranya iMessage chat untuk sesama pengguna device yang menggunakan iOS 5, sistem notifikasi baru, Newsstand subscriptions, Reminder app, dan integrasi secara penuh dengan iCloud. versi iOS

terbaru ini mendukung semua versi iPad, iPhone 3GS, iPhone 4, serta iPod generasi 3 dan 4.

Gambar 2.3.1. iDevices Blackberry OS Blackberry OS dikembangkan oleh RIM(Research in Motion). Seperti Nokia dengan Symbian nya dan Apple dengan iOS nya, RIM juga menggunakan sistem operasi yang mereka kembangkan sendiri untuk Blackberry. Kelebihan kelebihan yang dimiliki oleh sistem operasi ini adalah sistem update Blackberry dapat dilakukan langsung lewat Blackberry, termasuk instalasi beberapa software dapat dilakukan secara online tanpa bantuan komputer, Blackberry merupakan sistem operasi yang paling baik dalam menangani corporate e-mail, sinkronisasi dengan aplikasi lain cukup mudah, selain itu Blackberry juga memiliki sistem chat yang dapat digunakan untuk user yang menggunakan Blackberry yang biasa disebut Blackberry Messenger. Versi Blackberry yang terbaru adalah versi Blackberry 7 OS pada Agustus 2011, yang mendukung Blackberry Bold, Torch, Curve dan Blackberry Playbook tablet computer. Windows Phone Windows Phone merupakan sistem operasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Perangkat yang menggunakan Windows Phone antara lain beberapa produk dari HTC, Samsung, dan Nokia. Beberapa fitur yang dimiliki oleh Windows Phone adalah user interface yang cukup atraktif dengan code name Metro. Sistem Windows Phone juga bisa disebut sebagai mobile game console, karena terdapat dukungan XNA framework untuk platform Microsoft XNA sehingga developer game dapat dengan mudah melakukan porting berbagai game PC dan console ke smartphone Windows 7 OS, berbagai game untuk mendukung OS ini juga akan tersedia di Xbox Live. Beberapa fitur Windows Phone terhubung dengan hub yang menggabungkan konten lokal dan online melalui integrasi Windows Phone dengan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Windows Live. Selain itu aplikasi lain yang terhubung dengan hub adalah musik dan video yang terintegrasi dengan Zune, games dengan Xbox Live, Windows Phone Marketplace, dan

Microsoft Office. Versi terbaru dari Windows Phone adalah Windows Phone 7.5 bernama Mango.

Gambar 2.3.2. Windows Phone dengan Metro UI Android OS Android dibangun oleh Andy Rubin dan diakuisisi oleh Google Inc. pada 2005, Google mengembangkan Android bersama dengan Open Handset Alliance. Android digunakan pada Samsung, HTC, Sony Ericsson, LG, Motorola, dan berbagai produsen telepon genggam lainnya. Karena Android menggunakan basis Linux yang merupakan software Open Source, banyak produsen menggunakan Android sebagai sistem operasi perangkat mobile nya. Versi terbaru dari android saat ini adalah android versi 3.0/3.1 Honeycomb untuk tablet, dan versi 2.3 Gingerbread

untuk ponsel. Tetapi pada akhir 2011 nanti, Android versi 4 Ice Cream Sandwich akan dirilis.

Gambar 2.3.3. Android di Sony Ericsson Xperia Ray Symbian OS Symbian dikembangkan oleh Symbian Ltd. sampai seluruh saham Symbian dibeli oleh Nokia. Symbian telah banyak digunakan oleh berbagai vendor produk peralatan komunikasi mobile dengan jenis produk yang bervariasi. Hal ini dimungkinkan karena sistem operasi ini memiliki API (Application Programming Interface) yang merupakan objek aplikasi yang didefinisikan pada level aplikasi. Symbian juga mampu melakukan multi-threading, multi-tasking, dan pengamanan terhadap memory dan semua pemrograman pada Symbian yang dilakukan secara event-based. Versi terbaru dari Symbian OS adalah Symbian Belle yang digunakan pada Nokia seri 600 dan 700 3. HASIL KUISONER

Kami telah melakukan survei dengan cara menggunakan fasilitas dari Google Docs (https://docs.google.com) untuk membuat survei online. Survei ini berisi pertanyaan tentang preferensi pengguna perangkat mobile, baik dalam hal produsen perangkat, penyedia layanan, serta Operating System. Survei ini telah diisi oleh 50 orang dan tidak ada rekayasa dalam pengisian survei ini.

Grafik 3.1. Umur Responden

Grafik 3.2. Status Pekerjaan Responden Dari grafik yang ada, dapat disimpulkan mayoritas pengisi survei ini adalah kalangan orang muda. Mayoritas pekerjaan responden juga adalah mahasiswa, diikuti dengan pakar atau professional di bidang IT. Dapat disimpulkan dari grafik diatas, survei ini sedikit banyak akan mewakili preferensi mahasiswa, orang muda, dan professional atau pemerhati IT.

Grafik 3.3. Lama Pengalaman Menggunakan

Grafik 3.4. Lama Penggunaan dalam Satu Hari Mayoritas responden kami sudah memiliki pengalaman panjang dengan telepon genggam karena mayoritas mengatakan sudah lebih dari 6 tahun menggunakan telepon genggam. Adanya yang menjawab kurang dari satu tahun mungkin salah mengartikan maksud pertanyaan dengan Sudah berapa lama anda menggunakan telepon genggam yang anda punyai sekarang?. Untuk lama penggunaan, jawaban responden mayoritas tersebar dengan mayoritas memakai telepon genggamnya lebih dari 6 jam setiap hari. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sudah banyak responden yang menggunakan telepon genggamnya hampir dalam setiap kesempatan.

Grafik 3.5. Jenis Perangkat

Grafik 3.6. Tipe Ponsel Hal yang cukup mengagetkan disini adalah bahwa pengguna komputer tablet sudah banyak, mencapai 20% dari total responden. Hal ini menyatakan bahwa komputer tablet sudah mulai banyak digunakan, tetapi masih belum dapat menggantikan fungsi telepon genggam karena pengguna tablet masih memiliki telepon genggam mereka. Untuk jenis telepon genggam yang digunakan, jenis ponsel yang digunakan merata di semua jenis, dengan mayoritas pemilik dua buah ponsel sekaligus. Hal ini disebabkan banyak yang merasa sayang untuk membuang ponsel lama mereka atau membutuhkan fasilitas khusus yang hanya bisa didapatkan dari jenis ponsel tertentu.

Grafik 3.7. Vendor Produk

Grafik 3.8. Kriteria Handphone yang Disukai Untuk vendor ponsel, dari hasil yang ada Nokia dan Blackberry memiliki jumlah pengguna yang sama. Sedangkan vendor lain seperti Samsung, Sony Ericsson, dan Apple memiliki jumlah pengguna yang tidak jauh berbeda, tetapi Apple menempati peringkat terbawah, hal yang mengangetkan. Kami juga memperkirakan bahwa pengguna Nokia masih banyak karena kesederhanaan dan kemudahan penggunaannya, sedangkan Blackberry banyak digunakan karena fasilitas Blackberry Messenger nya. Hal ini tercermin dari jawaban responden terhadap apa yang anda suka dari ponsel yang anda punyai, banyak yang menjawab nyaman digunakan serta memiliki kebutuhan khusus yaitu BBM.

Grafik 3.9. Operating System yang Disukai.

Grafik 3.10. Fitur Operating System yang Disukai

Grafik 3.11. Kelemahan Operating System yang Disukai

Grafik 3.12. Fitur yang Digunakan di Ponsel Responden memilih Android sebagai OS yang paling disukai, disusul oleh Symbian pada posisi kedua. Blackberry OS menempati peringkat ketiga. Jika hal ini diperhatikan dan dibandingkan dengan vendor produk yang digunakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pergeseran minat pengguna Blackberry menuju ke Operating System lain seperti Android. Tetapi mereka masih menggunakan Blackberry karena membutuhkan Blackberry Messenger. Untuk fitur yang disukai, banyak responden yang menjawab mereka menyukai OS yang memiliki banyak fitur atau aplikasi dan juga simpel. Kelemahan OS yang paling dibenci adalah lambatnya OS berjalan di perangkat bersangkutan. Aplikasi yang sering digunakan di perangkat ponsel antara lain untuk multimedia, menjelajah internet, social networking, dan untuk instant messaging. Dapat dibuat kesimpulan bahwa para responden menggunakan ponsel miliknya untuk berkomunikasi dengan teman-temannya serta mengakses konten hiburan seperti internet dan multimedia. Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah penggunaan ponsel sudah mirip seperti penggunaan komputer dalam menjelajah dunia maya, hal ini menyimpulkan bahwa ponsel sudah dapat menggantikan fungsi komputer sampai

pada batas tertentu.

Grafik 3.13. Service Provider yang Digunakan.

Grafik 3.14. Service Provider yang Dicari Dari survei tentang Service Provider, kepemilikan pengguna hampir berbagi rata dengan XL, 3, dan IM3. Provider-provider lain seperti Telkomsel, AXIS, dan Smartfren yang merupakan satusatunya Service Provider berbasiskan CDMA yang berada dalam daftar. Service Provider sisanya merupakan Service Provider luar yang digunakan responden yang tinggal di luar negri. Pilihan responden berhubungan dengan Service Provider yang disukai, karena setengah dari responden menjawab dengan murah sebagai pertimbangan menggunakan Service Provider,

suatu kata yang berhubungan dekat dengan tiga Customer Service yang menempati posisi tiga teratas pilihan responden. Sisanya menjawab dengan realibilitas jaringan dan jaringan yang kuat. 4. KESIMPULAN

Telepon genggam sudah merupakan barang wajib punya oleh masyarakat Indonesia, dimana semua responden telah menggunakan telepon genggam. Telepon genggam sendiri yang pada awalnya hanya dapat digunakan untuk menelpon atau mengirim pesan singkat, sudah berkembang menjadi sangat pesat dengan perkembangan utama yang menyebabkan hal tersebut adalah internet. Responden mengetahui hal ini dan fasilitas ini sudah dipakai oleh hampir seluruh responden. Hal ini juga menyebabkan responden menggunakan ponsel dibandingkan dengan komputer karena ponsel saat ini dapat memenuhi beberapa kebutuhan responden yang dulunya hanya dapat dilakukan menggunakan komputer. Sistem Operasi yang digunakan juga mulai mengarahkan Android sebagai pemimpin pasar dan juga bukan tidak mungkin Android akan seperti Symbian dulu. Beberapa fakta mengejutkan juga terkuak bahwa pengguna dan pemerhati Apple dan iOS jauh lebih sedikit daripada perangkat dan Sistem Operasi lain. 5. DAFTAR REFERENSI

PC Media Edisi November 2011. Cover Story Smartphone OS. Verydias Aditya. http://en.wikipedia.org/wiki/Advanced_Mobile_Phone_System(diakses tanggal 11 Desember 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/Cell_Phone (diakses tanggal 11 Desember 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/Motorola_DynaTAC (diakses tanggal 11 Desember 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/GSM (diakses tanggal 12 Desember 2011)

Sekilas Sejarah Amatir Radio di Indonesia Kegiatan Amatir radio merupakan kegiatan orang-orang yang mempunyai hobby dalam bidang tehnik transmisi radio dan elektronika, kegiatan ini disahkan, diatur dan diawasi secara global baik oleh Badan-badan telekomunikasi international seperti ITU dan IARU maupun oleh badan telekomunikasi nasional disetiap negara. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatannya mereka mempunyai dan berlandaskan KODE ETIK AMATIR RADIO. Kegiatan amatir radio di Indonesia dimulai pada tahun 1930-an ketika Indonesia masih dalam jajahan Belanda atau Hindia Belanda. Sangat sedikit orang yang dipercaya oleh kekuasaan untuk memiliki izin amatir radio saat itu. Dua diantara mereka yang disebut-sebut sebagai pelopor adalah : Rubin Kain (YB1KW) yang izinnya didapat tahun 1932. Beliau telah meninggal pada tahun 1981. Yang kedua adalah B. Zulkarnaen (YB0AU) yang izinnya didapat pada tahun 1933. Beliau juga telah meninggal pada tahun 1984. Semua aktifitas amatir radio dihentikan pada saat pendudukan Jepan dan Perang Dunia II, namun ada dari sebagian mereka yang tetap nekat beroperasi dibawah tanah untuk kepentingan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan RI disiarkan ke seluruh dunia dengan menggunakan sebuah pemancar radio revolusioner yang dibuat sendiri oleh seorang amatir radio yang bernama Gunawan (YB0BD). Jasa YBoBD ini diakui oleh Pemerintah dan sebagai penghargaannya, pemancar radio buatan Gunawan tersebut di simpan di Museum Nasional Indonesia. Selanjutnya, kegiatan amatir radio diselenggarakan kembali pada tahun 1945 sampai dengan 1949. Namun karena alasan keamanan dalam negeri, pada tahun 1950, pemerintah melarang kegiatan amatir radio hingga tahun 1967. Landasan pelarang itu adalah Undang-undang No. 5/1964 yang menegaskan hukuman yang sangat berat bagi mereka yang memiliki pemancar radio tanpa izin. Pada tahun 1966, amatir radio memperjuangkan kepentingannya kepada pemerintah agar amatir radio dapat diselenggarakan kembali di Indonesia. Akhirnya, dengan Peraturan Pemerintah No. 21/1967, pemerintah mengizinkan kembali kegiatan amatir radio. Melalui Konferensi Amatior Radio yang pertama pada tgl. 9 Juli 1969 di Jakarta, didirikan organisasi yang bernama Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Pada Munas ORARI tahun 1977, nama organisasi dirubah menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan yang sama hingga sekerang. Terbentuknya ORARI dapat dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat atau pulau Jawa pada umumnya dan diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiwa , pelajar dan kaum muda, diawal tahun 1965 sekelompok mahasiwa publistik yang tergabung dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan bernama Radio Ampera, mulai saat itu juga bermunculanlah radio siaran lainya seperti Radio Fakultas Tehnik UI, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, Draba, dll. Sudah tentu semua radio siaran itu merupakan siaran yang tak memiliki izin alias Radio gelap. Sadar karena semakin banyaknya radio siaran bermunculan yang memerlukan suatu koordinasi demi tercapainya perjuangan ORBA maka dibentuklah pada tahun 1966 oleh para mahasiwa suatu wadah yang diberi nama PARD (Persatuan Radio Amatir Djakarta) diantaranya terdapat nama-nama koordinatornya seperti Willy A Karamoy. Ismet Hadad, Rusdi Saleh, dll. Di Bandung juga terbentuk PARB. Bagi anggota yang hanya berminat dalam bidang teknik wajib menempuh ujian tehnik dan bagi kelompok radio siaran disamping perlu adanya tehnisi yang telah di uji juga wajib menempuh ujian tehnik siaran dan publisistik. Setelah itu kesemuanya diberi callsign menggunakan prefix X, kode area 1 s/d 11 dan suffix 2 huruf sedangkan huruf suffix pertamanya mengidentifikasikan tingkat keterampilannya A s/d F seperti X6AM, X11CB dsb sedangkan untuk radio

siaran diberi suffix 3 huruf. Pada mulanya PARD merupakan wadah bagi para amatir radio dan sekaligus radio siaran . Sehingga pada saat itu secara salah masyarakat mengidentikan Radio amatir sebagai radio siaran non RRI. Karena adanya tingkatan keterampilan, PARD saat itu juga menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat. Disamping itu terdapat juga para Amatir era 1945-1952 yang tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir Repoeblik Indonesia 1950), diantaranya terdapat nama - nama , Soehodo . (YBAB), Dick Tamimi . (YBAC), Soehindrio (YBAD), Agus Amanto (YBAE), B. Zulkarnaen . (YBAU), Koentojo (YBAV) dll. Diantara mereka ternyata ada juga yang menjadi anggota PARD seperti, (YBAE) dan (YBAU). Radio Siaran Swasta PRSSNI sebagai wadah organisasi radio swasta di Indonesia menuliskan bahwa keberadaan radio siaran di Indonesia, mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi kemerdekaan, maupun didalam dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang demokratis, adil dan berkemakmuran. Di zaman Penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola warga asing menyiarkan program untuk kepentingan dagang, sedangkan radio siaran swasta yang dikelola pribumi menyiarkan program untuk memajukan kesenian, kebudayaan, disamping kepentingan pergerakan semangat kebangsaan. Ketika pendudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio siaran dikuasai oleh pemerintah, programnya diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945 para angkasawan pejuang menguasai Radio Siaran sehingga dapat mengumandangkan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama tahun 1965, Radio Siaran hanya diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI. Secara defacto Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme radio amatir yang dimotori kaum muda diawal Orde baru tahun 1966; secara yuridis keberadaan radio siaran swasta diakui, dengan prasyarat, penyelenggaranya ber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya. Hingga saat ini, saya mengamati perkembangan radio swasta semakin membaik, apalagi setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998. Terima kasih reformasi, karena sekarang saya dapat mendengarkan berita-berita aktual setiap saat melalui siaran radio swasta yang lebih kredibel. Kita tidak lagi terpasung mendengarkan berita pada jam-jam tertentu. Itu satu hal yang positif, bagaimana industri melihat peluang yang ada pada saat bergulirnya reformasi.

You might also like