You are on page 1of 19

sebagai sumber devisa negara, sumber

pendapatan petani, penciptaan lapangan


kerja, terbentuknya pusat pusat
pertumbuhan, mendorong agribisnis dan
agroindustri kakao.
Luas areal 1.677.254ha
Ekspor
salah satu komoditi
utama dan unggulan
perkebunan
didominasi olehperkebunan
rakyat (94,51%), melibatkan
petani secara langsung sebanyak
1.563.669 KK. Produksi 712.231 ton
Volume 436,9 ributon
Nilai US$ 1,410 milyar
penghasil devisa
terbesar ketiga
subsektor
perkebunan
setelahkelapa
sawit dankaret.
KAKAO
PENYEBARAN KAKAO NASIONAL
TAHUN 2011*
No. Wilayah
Areal
Produksi
(Ton)
Ha % thd
Nasional
1. Sulawesi 988.309 58,92 448.344
2. Sumatera 377.032 22,47 166.609
5. Maluku +Papua 107.641 6,42 33.568
4. J awa 92.435 5,51 31.453
3. NTT+NTB+Bali 68.637 4,09 18.121
6. Kalimantan 43.201 2,58 14.136
TOTAL 1.677.254 100 712.231
Keterangan:
*) Angka sementara
PerkembanganAreal TanamanKakaoTahun2007-2011* (Ha)
No Pengusahaan 2007 2008 2009 2010 2011*
Rata2
pertb/th
(%)
1 PR 1,272,782 1,326,784 1,491,808 1,558,421 1,585,153 5,72
2 PBN 57,342 50,584 49,489 48,932 48,932 -3,77
3 PBS 49,156 47,848 45,839 43,268 43,169 -3,17
Total 1,379,280 1,425,216 1,587,136 1,650,621 1,677,254 5,08
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, DitjenPerkebunan
Keterangan:
*) AngkaSementara
No Pengusahaan 2007 2008 2009 2010 2011*
Rata2
pertb/th(%)
1 PR 671,370 740,681 741,981 772,771 644,688 -0,48
2 PBN 34,643 31,130 34,604 34,740 34,373 0,09
3 PBS 33,992 31,783 32,998 30,407 33,170 -0,36
Total 740,005 803,593 809,583 837,918 712,231 -0,54
PerkembanganProduksiKakaoTahun2007-2011* (Ton)
PerkembanganProduktivitasKakaoTahun2006-2011* (kg/ha)
No Pengusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011*
Rata2
pertb/th(%)
1 PR 843 796 779 811 793 648 -4,82
2 PBN 880 787 834 941 958 911 1,03
3 PBS 961 874 884 994 944 957 0,18
Nasional 849 801 832 822 898 837 -0,11
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan
Keterangan:
*) Angka Sementara
Produktivitas perkebunan rakyat paling rendah dibandingkan dengan
produktivitas perkebunan besar dan produktivitasnya menunjukkan
penurunan. Hal ini karenapengelolaantanamanpadaperkebunanrakyat
belumdilakukansecaraintensifsesuai denganstandarteknis.
Produktivitas pada beberapa tahun terakhir memang menunjukkan
penurunan. Namun, dengan adanya Gernas Kakao sejak tahun 2009,
diharapkanproduktivitasakanmeningkathinggamencapai 1,5ton/tahun.
Produksi KakaoDunia
(4 jutaton)
Pantai Gading
1,4 jutaton (35%)
Ghana:
0,860 jutaton (21,5%)
Indonesia:
0,712 jutaton (17,8%)
Lainnya:
1,028 jutaton (25,7%)
No
EKSPOR BIJI &
OLAHAN KAKAO
2008 2009 2010 2011 2012*
1 Volume (ribu ton) 531,3 554,8 578,3 436,9 187,3
2 Nilai (US$ juta) 1.307,2 1.460,9 1.701,9 1.410,1 511,0
PERKEMBANGANEKSPOR DAN IMPOR
TAHUN 2008 - 2012
No
IMPOR BIJI &
OLAHAN KAKAO
2008 2009 2010 2011 2012*
1 Volume (ribu ton) 56,1 48,2 49,5 44,7 20,6
2 Nilai (US$ juta) 122,6 124,3 171,5 180,1 75,7
Sumber: BPS diolah KementerianPerdagangan
Keterangan:
*) Januari Mei 2012
Penurunantingkat produktivitas akibat sebagianbesar tanamantua/rusak,
belummenggunakanbibit unggul, kurangnyaperawatantanaman, serangan
hamapenyakitutamanyaVSDdanPBK;
Rendahnyatingkat diseminasi teknologi akibat minimnyatenagapenyuluh,
luasnyacakupanwilayah,terbatasnyasaranadanprasaranapendukung;
Terbatasnyaaksesterhadappermodalan;
Kelembagaanpetani belumkuat;
Kualitasbiji kakaomasihrendah(sebagianbesar biji kakaoyangdihasilkan
belumdifermentasi);
Masih terbatasnya kemitraan antara pengusaha/industri dengan petani
pekebun;
Tataniagabiji kakaoyangmasihpanjang(didominasi olehtengkulak);
1
2
4
5
3
7
6
PROSPEK
& POTENSI
Meningkatnyapermintaan
kakao dunia (terbukanya
pasar baru di China, Rusia,
India, Jepang dan Timur
Tengah)
Terbuka peluang untuk
pengembangan industri kakao
menjadi produk jadi dan
produk setengah jadi serta
pengembangan pasar dalam
negeri
Keterbatasan negara
produsen utama (Pantai
Gading dan Ghana) untuk
meningkatkan pasokan
biji kakao
Tersedianya teknologi
budidaya
Tersedianya peneliti dan
tenaga ahli di bidang
kakao
Minat masyarakat untuk
menanam kakao cukup
tinggi
Masih tersedianya lahan
yang sesuai untuk
pengembangan tanaman
kakao
Kakao Indonesia memiliki
karakteristik khusus yang tidak
dimiliki negara lain yaitu rasa
fruity denganmelting point yang
tinggisehingga tidak mudah
melelehpadasuhusetempat
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAKAO
Mensinergikanseluruhpotensi sumberdaya
tanamankakaodalamrangkapeningkatandaya
saingusaha, nilai tambah, produktivitasdan
mutuproduk, melalui partisipasi aktifpara
pemangkukepentingandanpenerapanstruktur
organisasi yang sesuai dengankebutuhan
berlandaskankepadailmupengetahuandan
teknologi sertadidukungdengantatakelola
pemerintah
Kebijakan
Umum
Pengembangankomoditi kakao
PeningkatankemampuanSumberDayaManusia
(SDM)
Pengembangankelembagaandankemitraan
Peningkataninvestasi usaha
Pengembangan sisteminformasi manajemen
Kebijakan
Teknis
Revitalisasi Lahan
Revitalisasi perbenihan
Revitalisasi teknologi danindustri hilir
Revitalisasi insfrastruktur dansarana
Revitalisasi kelembagaanpetani
Revitalisasi SDM
Revitalisasi Pembiayaanpetani
S
T
R
A
T
E
G
I
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Kakao
Berkelanjutan
GERNAS KAKAO
Pengembangan
Revitalisasi
Kakao
Pengembangan
KakaoNon
Revitalisasi
Pengembangan
Integrasi Kakao-
Ternak
Pengembangan
melalui APBD
Gernas Kakao
mulai dilaksanakan
tahun 2009 di
sentra produksi
kakao dengan
kegiatan utama
yaitu peremajaan
70.000 ha,
rehabilitasi
235.000 ha,
intensifikasi
145.000 ha serta
kegiatan
pendukung
upaya percepatan
pengembangan
perkebunan rakyat
melalui perluasan,
peremajaan dan
rehabilitasi
tanaman dengan
pembiayaan
melalui kredit
perbankan (KPEN-
RP) dengansubsidi
bunga dari
pemerintah
pengembangan
kakao rakyat
dengan sumber
dana APBN
melalui
pemberianbibit
unggul bermutu
dan pupuk
dengan Pola
Bantuan Sosial
(Bansos),
kegiatannya
meliputi
perluasan.
usaha tani terpadu kakao
dan ternak melalui
pemanfaaatan limbah
tanaman (sebagai pakan)
dan limbah ternak
(sebagai pupuk).
Kegiatan ini meliputi
bantuankepadakelompok
tani berupa 10-15 ekor
ternak(sapi/kerbau)dan1
set alat pengolah limbah
kakao (alat pencacah dan
alat penepung kulit buah
kakao).
Pengembangan
kakao rakyat
dengansumber
danadari APBD
Provinsi dan
Kabupaten
Keamanan Pangan
Standar Mutu
Kepastian Jumlah
Produksi Kakao
YangSustain
Keamanan
Lingkungan
Rasional
Sustainable
Cocoa
Production
Penerapan
pembatasan
Maximum Residu
Limit (MRL)
Undang-Undang
No. 18/2004 tentang
Perkebunan
Pembangunan perkebunan dilaksanakan
dengan azas berkelanjutan
UUD 1945
Pasal 33
DESAIN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS KAKAO
UNIT FERMENTASI BIJI
KAKAO
BangunanUnit Pengolah
Kapasitas1 ton/50 ha/4 hr
BIBITTANAMAN UNGGUL
BERMUTU
SUMBER ENTRESUNGGUL
PUPUK DAN
PESTISIDA/AGENSIA HAYATI
PERBAIKAN TANAMAN
MELALUI PEREMAJAAN,
REHABILITASI,
INTENSIFIKASI
PERLUASAN TANAMAN
KELEMBAGAAN
GAPOKTAN
KOPERASI
PEMBERDAYAAN PETANI
PENINGKATAN MANAJEMEN
ADMINISTRASI
INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
1) Output : * Cocoa Butter
* Cocoa Powder
* Cocoa Pasta
* Cocoa Cake
2) Output : Industri pengolahancokelat
(consume product)
16
ISU PENTING
SAAT INI
Terjadinya anomali iklimpada tahun 2010/2011 yangberakibat
padapenurunanproduktivitas.
Selisihhargaantarabiji kakaononfermentasi denganbiji kakao
fermentasi sangatrendah.
Sebagianbesar kualitasbiji kakaoyangdiproduksi petani belum
memenuhi standarmutuyangditetapkan,
Komoditas kakao belummemiliki brand sehingga nilai tambah
kakaoolahanmasihrelatifrendah.
Pengembangan kakao berkelanjutan/sertifikasi kebun kakao
menjadi issu penting bagi konsumen terkait dengan kepastian
jumlahproduksi kakaoyangmemenuhi standar mutu, keamanan
pangandanlingkungan.
Pengembangan kakao menjadi prioritas untuk memenuhi
kebutuhanindustri kakaodalamnegeri danluarnegeri
Perludibentukcocoa linkers sebagai wadahuntukberkoordinasi
bagi parapemangkukepentingandi bidangkakao
KelanjutanPengembangankakao
merupakantuntutankebutuhanglobal,
namunpelaksanaannyaharusdalam
bingkai pembangunan berkelanjutan;

You might also like