Professional Documents
Culture Documents
To Understand Paticca Samuppada we could read the Upanisa Sutta (translated by bikkhu
Bodhi).
Upanisa Sutta
End.
Mengapa penting untuk mengerti Paticca Samuppada?
PaticcaSamuppada merupakan salah satu ajaran dasar dari Buddha. Bahkan, Buddha sendiri
mengatakan bahwa paticcaSamuppada sangat penting dengan menyatakan:
Yo paticcasamuppadam passati,
so Dhammam passati.
Yo Dhammam passati,
so paticcasamuppadam passati.
Sumber:
(. Majjhima-nikaya I, Nal. 241, PTS 191.)
Tanhadutiyo puriso,
dighamaddhana samsaram
Itthabhavannathabhavam,
samsaram nativattati
Etamadinavam natva,
tanham dukkhassa sambhavam
Vitatanho anadano,
sato bhikkhu paribbaje.
Nandi-samyojano loko,
vitakkassa vicaranam
Tanhaya vippahanena,
nibbanam iti vuccati
The man with craving as his companion has been flowing in the stream of repeated existences from time
immemorial. He comes into being, experiences various types of miseries, dies again and again, and does
not put an end to this unbroken process of becoming. This is samsara, the world of suffering,
Rightly understanding the perils of this process, realizing fully craving as its cause, becoming free from
craving and attachment, one should mindfully lead the life of detachment.
Pleasure is the binding force in the world. Rolling thought processes are its ever-changing base. With the
complete eradication of craving, The state called nibbana is attained.
Sumber:
Paticca Samuppada berasal dari kata Paticca dan Samuppada, Paticca berarti Saling bergantungan, dan
Samuppada berarti musabab atau kemunculan. Untuk itu Paticca Samuppada dapat diartikan Kemunculan
yang saling bergantung.
Salah satu perkataan Buddha adalah
Paticca Samuppada bersifat natural, artinya sesuatu terjadi karena kondisi yang memungkinkan, bila
kondisi tersebut tidak sesuai maka tidak akan muncul hal selanjutnya. Bila tidak ada avijja maka tidak
akan ada sankhara dan seterusnya.
Gambar diatas menunjukkan gambar seekor raksasa Yaksha yang merepresentasikan sebagai waktu yang
melahap semua makhluk yang terdelusi oleh kekelirutahuan (avijja). Kelima tengkorak diatas kepalanya
menunjukkan panca-khanda, yang seharusnya tidak dilekati karena mereka tidaklah permanen, Jubah
macan yang dikenakan oleh Yaksha mengsimbolkan mental yang telah tercemar yang telah melekat pada
makhluk yang hidup. Buddha berada diatas menunjukkan bahwa bodhi dapat dicapai bila tidak ada avijja.
Mata yaksha hitam dan putih, hitam menunjukkan malam dan putih menunjukkan siang, bunga pada
telinga yaksha menunjukkan bagaimana makhluk melekat dengan 5 objek sensual (bentuk, suara, aroma,
rasa, dan objek). Kalung yaksha menunjukkan kemelakatan pada hubungan keluarga, gelang kaki yaksha
menunjukkan kemelakatan pada rumah, tanah, perhiasan dan uang. Gelang tangan menunjukkan
kemelekatan pada pasangan. Buddha yang sedang menunjuk memberikan arah bahwa jalan untuk
menghilangkan dukkha adalah melalui 4 noble truth dan melakukan eightfold noble path dan mengerti
paticca samuppada dan naik lebih dari kamma baik dan buruk. Saat itu orang akan keluar dari lingkaran
eksistensi (bhavacakka) dan mencapai nibbana.
Lingkaran pertama menunjukkan Ayam, ular dan babi menunjukkan Lobha, dosa dan moha. Dalam versi
ini menunjukkan bahwa lobha dan dosa berasal dari moha (delusi).
Hitam dan putih pada lingkaran kedua menunjukkan kamma baik dan kamma buruk, kamma baik akan
menghasilkan hasil baik dan kamma buruk menghasilkan hasil buruk.
Paticca-samuppada
Anuloma
Avijja-paccaya sankhara;
sankhara-paccaya vinnanam;
vinnana-paccaya nama-rupam;
nama-rupa-paccaya salayatanam;
salayatana-paccaya phasso;
phassa-paccaya vedana;
vedana-paccaya tanha;
tanha-paccaya upadanam;
upadana-paccaya bhavo;
bhava-paccaya jati;
jati-paccaya jara-maranam
soka-parideva-dukha-
domanassupayasa sambhavanti;
evametassa kevalassa
dukkhakkhandhassa samudayo hoti.
Patiloma
Avijjaya tveva asesa viraga-
nirodha, sankhara-nirodho;
sankhara-nirodha vinnana-nirodho;
vinnana-nirodha nama-rupa-nirodho;
nama-rupa-nirodha salayatana-nirodho;
salayatana-nirodha phassa-nirodho;
phassa-nirodha vedana-nirodho;
vedana-nirodha tanha-nirodho;
tanha-nirodha upadana-nirodho;
upadana-nirodha bhava-nirodho;
bhava-nirodha jati-nirodho;
jati-nirodha jara-maranam
soka-parideva-dukkha-
domanassupayasa nirujjhanti;
evametassa kevalassa
dukkhakkhandhassa nirodho hoti.
Bergantung pada kelahiran, muncul penuaan dan Berhentinya perasaan menyebabkan berhentinya
kematian (jara-marana). nafsu keinginan.
Avijja digambarkan sebagai orang buta yang sedang berjalan dengan tongkatnya tanpa
mengetahui kemana ia akan pergi, avijja adalah kebutaan, tidak adanya kemampuan untuk
melihat sesuatu sebagaimana semestinya.
Biasanya Avijja diartikan sebagai ketidaktahuan akan four noble truths, beberapa
mengartikannya sebagai ketidak-mampuan untuk melihat sesuatu sebagaimana adanya. Sehingga
melihat kehidupan kehidupan sebagai sesuatu yang permanen, menyenangkan, dan terjerat dalam
ke-aku-an.
Avijja juga dapat diartikan ketidaksadaran akan apa yang kita lakukan dan kenapa kita
melakukannya. ketidaksadaran akan bagaimana pikiran kita bekerja, Meskipun kita sadar
mengenai apa yang kita lihat, dengar dan rasakan, saat kita melihat kedalam kita tidak dapat
melihat pikiran kita. Jika ada orang yang menanyakan dimana pikiran kita, kita tidak dapat
menunjukkannya.
2. Sankhara
Sankhara digambarkan sebagai seorang pembuat pot, seperti layaknya seorang pembuat pot yang
menciptakan sebuah pot dari tanah liat, sebuah tindakan yang berasal dari pikiran (aktivitas
mental).
Sankhara biasa diterjemahkan sebagai tindakan berkehendak, dalam beberapa literature
sankhara juga diterjemahkan sebagai pembentukan atau hal yang dibentuk (fabricators atau
fabricated).
Ilustrasi sankhara memperlihatkan seorang pembuat pot, pembuat pot membuat dunia
sesuai dengan pikiran mereka, dan inilah Sankhara tersebut. Sankhara adalah aktivitas mental,
pikiran yang menciptakan tindakan-tindakan. Pikiran yang menciptakan dunia.
Sankhara dibagi menjadi Vica Sankhara, Kaya Sankhara dan Citta Sankhara.
Buddha menggambarkan ini dengan sebuah gatha saat ia keluar dari Samadhi di pohon bodhi:
Vinnana digambarkan sebagai monyet yang melompat di pohon, merepresentasikan kesadaran kita
yang melompat-lompat dari satu organ representatives ke organ representatives lainnya (mata, hidung,
lidah, telinga, tubuh, pikiran).
Vinnana diterjemahkan sebagai consciousness atau kesadaran, sebuah tindakan menyadari data dan
ide. Saat kita melihat sebuah benda yang kita lihat hanyalah objek, saat kita menyadari objek tersebut
dan tidak melihat mereka bukan sebagai objek maka saat itu kita memberi mereka……
4. Nama-Rupa
Digambarkan dengan orang duduk diatas sebuah perahu dan didayung oleh seseorang, orang
tersebut menggambarkan pikiran dan perahu tersebut bentuk.
Nama-Rupa sering diterjemahkan batin dan jasmani, setelah melakukan research lebih
saya menemukan bahwa translasi yang lebih tepat untuk Nama-Rupa adalah nama dan rupa
(Name and form) atau pelabelan dan bentuk (identity and entity).
5. Salayatana
Digambarkan oleh rumah dengan 6 jendela yang melambangkan indera kita yaitu
1. Landasan mata (cakkhayatana) – media bentuk
2. Landasan telinga (sotayatana) – media suara
3. Landasan hidung (ghanayatana) – media aroma
4. Landasan lidah (jivhayatana) – media rasa(flavor)
5. Landasan tubuh (kayayatana) – media sensasi
6. Landasan pikiran (manayatana) – media ide
6. Phasa
Phasa atau kontak diilustrasikan dengan hubungan intim, yang dimaksud dengan kontak adalah
kontak antara senses dan objek, saat kita melihat objek, lidah merasakan makanan, telinga
mendengar suara. Kontak antara senses dan objek ini menimbulkan
7. Vedana
Vedana adalah perasaan, hal ini digambarkan dengan orang yang matanya terkena panah. Panah
merupakan symbol dari data yang terkontak dengan mata, gambaran itu meninggalkan perasaan
yang dalam. Meskipun dalam ilustrasi ini menunjukkan rasa sakit, namun, perasaan dapat
nyaman atau tidak nyaman. Apapun perasaan itu sakit atau menyenangkan, kita terkondisi
olehnya.
Terdapat 5 jenis perasaan:
5 jenis perasaan:
1. Menyenangkan secara fisik (kayika sukha-vedana)
2. Tidak menyenangkan secara fisik (kayika dukkha-vedana)
3. Menyenangkan secara mental (cetasika sukha-vedana)
4. Tidak menyenangkan secara mental (cetasika dukkha-vedana)
5. Netral (adukkha-m-asukha-vedana)
Layaknya orang yang meminum arak terus menerus mesti mengetahui bahwa hal itu merusak
tubuh, tetap saja orang meminum arak tanpa henti. Tanha diterjemahkan sebagai nafsu.
Tanha juga dapat diterjemahkan sebagai kehausan. Karena melihat maka timbul perasaan,
saat ada perasaan orang bereaksi baik karena kehausan fisik atau mental. Muncul keinginan untuk
memenuhi kehausan tersebut.
Tanha digambarkan monyet yang mengambil buah. Merupakan sebuah analogi seseorang yang
mengambil sebuah objek menjadi miliknya. Upadana biasa diterjemahkan sebagai kemelakatan
(grasping or clinging). Setelah melakukan studi literatur saya maka menggunakan kata
personalisasi (personalization).
Manusia dapat mengpersonalisasi baik hal buruk maupun buruk. Makanan saya,
minuman saya, bahkan rasa sakit saya, pikiran saya, dan saat orang mengpersonalisasi maka
muncullah Aku. (Upadana paccaya Bhava)
4 jenis kelekatan:
1. Kelekatan indrawi (kamupadana)
2. Kelekatan thd pandangan (ditthupadana)
3. Kelekatan thd ritual yang salah (silabatupadana)
4. Kelekatan thd paham adanya aku (attavadupadana)
10. Bhava
Menunjukkan gambar dari seorang ibu yang hamil, menggambarkan karma yang akan
memunculkan kehidupan berikutnya, ada namun belum keluar.
Bhava biasa diterjemahkan sebagai proses dumadi (being). Saat seseorang
mempersonalisasi tubuh, maka tubuh menjadi diri-Ku. saat itu kita mulai melihat kelahiran (jati)
2 aspek keberadaan:
1. Kamma-bhava
(karma penghasil kelahiran);
aspek aktif keberadaan;
penyebab kelahiran ulang;
terkandung dalam tindakan berkehendak kusala/akusala.
2. Upapatti-bhava
(proses kelahiran ulang);
aspek pasif keberadaan;
terkandung dalam pengembangan karma yang sudah dihasilkan;
fenomena batin dan badan yang netral secara moral.
11. Jati
Gambar wanita yang melahirkan anak, saat orang melekat kepada tubuh maka saat itu ia
memikirkan kelahiran (jati) dari tubuh tersebut. Saat itulah ia pun lahir. Kebanyakan orang
berpikir, karena ia lahir maka ia ada, namun, sebenarnya karena ia ada maka ia lahir. Bila
seseorang menyadari tidak adanya aku (no-self) maka saat itu tidak ada diri untuk dilahirkan, saat
itu tidak ada kelahiran dan saat itu tidak ada kematian
Venerable Nagarjuna mengatakan bahwa lebih baik buat kita untuk melepas
Untuk melanjutkan, karena orang melekat pada tubuh dan melihat kelahiran. Maka
setelah kelahiran muncullah…..
12. Jara-marana
Terlihat gambar seseorang yang sedang membawa mayat. Dalam salah satu intepretasi yang saya
dengar ini menggambarkan bahwa kematian adalah sebuah hal yang pasti, bahkan kita yang
sekarang ini seakan-akan sedang membawa mayat (tubuh) kita kemana-mana.
Jara-marana diterjemahkan sebagai penuaan dan kematian. Saat ada kelahiran maka
muncul penuaan, dan kematian. Karena menyadari adanya ini maka muncul beberapa
kemungkinan
5 hal bisa muncul sebagai kondisi sekunder:
Kesengsaraan (soka), ratapan (parideva), sakit (dukkkha), dukacita (domanassa), dan putus asa
(upayasa).
Perspektif lainnya adalah perspektif 2 akar (mula), dikatakan bahwa terdapat 2 mula dari paticca
samuppada ini, pertama adalah avijja (kekelirutahuan) dan yang kedua adalah Tanha (Kemelekatan).
Dengan padamnya avijja atau tanha, maka saat itu roda kematian dan kelahiran dapat diakhiri.
Awal proses ini tidak dapat ditentukan, karena tidak mungkin mengatakan dari mana asalnya arus
kehidupan ini diliputi oleh ketidaktahuan.
Tetapi, ketika ketidaktahuan ini berubah menjadi pengetahuan, dan arus kehidupan dialihkan menuju
Nibbana, maka proses kelahiran ulang akan diakhiri
PENUTUPAN
Untuk penutupan maka dikutip kisah Buddha dan Ananda saat Buddha membabarkan Paticca Samuppada