You are on page 1of 12

28

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan Identitas diri Remaja Etnis Jawa (Studi di FIAI UII Yogyakarta)
Muhammad Idrus Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Abstract

This research aims at determining the effect of adolescent rearing practices toward self identity formation. Several hyphoteses are set as follows: (1) there is the effect of adolescence rearing practice toward self identity formation; (2) there is defference between boys and girls in terms of adolescence rearing practice and self identity formation; (3) there is defference between students departement in terms of adolescence rearing practice and self identity formation; (4) there is defference between parent occupation in terms of adolescence rearing practice and self identity formation.; (5) there is defference between geographics student from in terms of adolescence rearing practice and self identity formation. The subject of the research are 68 Syariahs Departement students and 57 Tarbiyahs Departement students both from Javanese etnic. The data have been collected with OM-EIS from Adam, Shea, & Fitch (1979). The first hyphotesis was analysis by using regression analysis, the second and third hyphoteses are analysis by using t test, and the others using one way analysis of varian The result of this reserach (1) there was F values 12.862., whereas the determinant coeficient is 0.095, it meant there was significanly effect of adolescence rearing practice toward self identity formation; (2) The second analysis showed that there are not difference between boys and girls, students departement, parent occupation and geographics student in terms of adolescence self identity formation,; (3) there are not defference between boys and girls, geographics student in term of adolescence rearing practice. Keywords: parenting, self identity, psychosocial stages, sex

Umat manusia baru saja memasuki gerbang milenium ketiga, satu masa yang bukan hanya memberikan banyak peluang bagi berkembangnya ilmu dan teknologi, serta seluruh perangkat kehidupan manusia, namun juga memberi tantangan yang tidak ringan bahkan mungkin justru menyulitkan. Perubahan yang terjadi di setiap sisi kehidupan sosial harus diakui telah memberikan kebaikan dan kemajuan yang luar
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

29

biasa bagi umat manusia. Namun di balik semua keberhasilan, perubahan juga menitipkan dampak negatif terhadap lingkungan alam, sosial serta perilaku masyarakat. Terlebih bagi bangsa-bangsa yang baru menyiapkan perpindahan dari budaya agraris menuju budaya industri. Durkheim (1964) memberi catatan bagi masyarakat yang demikian, biasanya akan terjadi perubahan struktural dan kultural serta keterkejutan budaya secara tidak sejalan, atau bahkan saling berbenturan, sehingga terjadi anomi terhadap perangkat nilai yang berlaku. Senada dengan ungkapan Durkheim, Huntington (1994) menyatakan bahwa sejarah belum berakhir dan dunia tidaklah satu. Peradaban dapat menyatukan dan memecahkan manusia. Isyarat ini mengartikan bahwa dalam dunia peradaban yang berbeda-beda, akan dengan sendirinya memunculkan nilai-nilai yang berbeda-beda. Sementara benturan antara peradaban memang tak dapat dielakkan, dan hal tersebut menjadikan individu mengalami pelbagai goncangan dan kesulitan memilih nilai dan melakukan komitmen antar sesamanya. Belum lagi situasi krisis ekonomi saat ini, menjadikan beberapa negara khususnya di dunia ketiga mengalami keterpurukan sosial. Bagi masyarakat Indonesia, hadirnya milenimum ketiga ini disikapi secara bervariasi. Sementara kalangan telah menyiapkan seperangkat rencana matang, di lain sisi banyak individu yang belum siap meninggalkan dunia agrarisnya. Banyaknya pilihan dan komitmen yang harus dibuat individu dengan masyarakatnya menjadikan individu kerap mengalami kesulitan untuk menemukan siapa dirinya. Situasi ini memberi kontribusi yang signifikan dalam kegamangan penentuan identitas. Kegamangan menentukan jati diri oleh Van Peursen (1976) disebut sebagai krisis kepastian, dan Erikson (1963) mengistilahkanya dengan krisis identitas. Derasnya arus informasi, yang juga melanda pada peradaban etnis Jawa, menjadikan fenomena yang dipaparkan Herusatoto (1991) semakin lama semakin mengalami pergeseran. Muncul kecenderungan pada kaum muda Jawa saat ini untuk tidak lagi melaksanakan ritual budaya Jawa seketat generasi sebelumnya. Rangkaian upacara yang semula memiliki sifat mistis dan religi, saat ini telah kehilangan daya simboliknya, dan penghayatan akan makna tradisional dan religi telah banyak dikesampingkan. Ritual kegiatan upacara hanya sekadar rangkaian aktivitas yang menunjukkan bahwa pelaksana aktivitas tersebut adalah orang Jawa. Hadirnya Kethoprak Humor, Ludruk Gelak dan Humur, wayang kulit dengan dalang edan merupakan fenomena pada budaya Jawa yang mencoba bergeser dari pakem yang ada. Dengan sendirinya pergeseran ini secara tidak langsung juga mengubah nuansa kultural yang ada. Kesenian sebagai bagian dari etnisitas dan pada awalnya dijadikan sebagai alat untuk meyampaikan nilai-nilai luhur (adiluhung), maka dengan munculnya gejala-gejala di atas menjadikan proses penyampaian (tranformasi) nilai-nilai tersebut tidak tercapai dengan baik, bahkan berubah menjadi komoditi humor semata. Dalam kritiknya terhadap fenomena budaya yang muncul tersebut, Herusatoto (1991) melihat dengan kaca mata filsafat eksistensialisme. Artinya jika saat ini masih ada rangkaian upacara tradisional Jawa, maka sekadar menghidupkan kembali adat
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

30

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

istiadat Jawa yang hampir dilupakan bukan bermaksud meninggikan simbol-simbol yang secara religi dapat dijadikan panutan kehidupan, namun simbol-simbol itu justru dijadikan sebagai tanda pengenal akan ke-aku-an yang dimiliki pribadi. Paparan di atas mengisyaratkan bahwa terjadi keterputusan budaya antar kaum muda Jawa dengan para pendahulunya. Hasil penelitian longitudinal yang dilakukan Erikson (1963) terhadap suku Indian Sioux dan Yurok menemukan ternyata kebanyakan dari kaum muda suku tersebut merasa kehidupan mereka sudah terputus dengan kehidupan nenek moyang merka, sementara di lain sisi mereka belum sanggup memandang masa depan dengan menerima sistem nilai orang kulit putih. Bagi Sampson (1976) apabila antara tiap generasi terdapat kesinambungan nilai, niscaya individu akan memiliki tempat berpijak yang sekaligus menjadi dasar sesuatu yang baru di atasnya. Artinya, jika antara kaum muda dan generasi tua terjadi interaksi pewarisan budaya yang sehat, maka kaum muda tidak akan kesulitan untuk menemukan identitas dirinya. Sebaliknya, tentu saja keterputusan interaksi antar generasi menjadikan para generasi penerusnya mengalami kesulitan menentukan identitas dirinya. Dalam tulisannya, De Jong (1985) melihatnya lebih jauh lagi, bahwa salah satu penyebab terjadinya krisis identitas ini adalah ketidakselarasan proses pembaharuan (modernisasi) dengan dasar spiritual bangsa. Ketidak selarasan tersebut pada akhirnya menimbulkan pelbagai goncangan jiwa dan ketidakpastian. Berdasar paparan di atas, penulis menganggap perlu untuk mengkaji secara lebih dalam keterkaitan identitas diri etnis Jawa dengan pola pengasuhan yang mereka terima. Fenomena ini menarik untuk ditelusur ulang, apakah tesis ini masih tetap berlaku pada kaum muda masyarakat Jawa yang mengalami pola pengasuhan berbeda, agama resmi berbeda, serta pengetahuan keagamaan yang khas pada masing-masing individu. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh pola pengasuhan terhadap pembentukan identitas diri? 2) Adakah perbedaan model pengasuhan yang diterima ditinjau dari jenis kelamin? 3) Adakah perbedaan pembentukan identitas diri ditinjau dari jenis kelamin? 4) Adakah perbedaan model pengasuhan yang diterima ditinjau jurusan mahasiswa? 5) Adakah perbedaan pembentukan identitas diri ditinjau jurusan mahasiswa? 6) Adakah perbeadaan model pengasuhan yang diterima ditinjau dari jenis pekerjaan orangtua mahasiswa? 7) Adakah perbedaan pembentukan identitas diri ditinjau dari jenis pekerjaan orangtua mahasiswa? 8) Adakah perbedaan model pengasuhan yang diterima ditinjau asal daerah mahasiswa? 9) Adakah perbedaan pembentukan identitas diri ditinjau dari asal daerah mahasiswa? Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pola pengasuhan terhadap pembentukan identitas diri. Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah secara empirik diketahui status identitas diri mahasiswa etnis Jawa, sedangkan secara praktis jika diketahui pola pengasuhan mempengaruhi identitas diri, maka untuk memperkuat identitas diri harus terlebih dahulu dimatangkan dalam pola pengasuhannya.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

31

Identitas dan Pola Pengasuhan Erikson mengungkap bahwa pembentukan identitas dapat dipandang sebagai resolusi yang dapat bersifat aktif ataupun pasif. Bersifat aktif bagi Erikson ini merupakan dasar bagi kepribadian sehatmerupakan keinginan dalam bentuk pencarian, seleksi diri dan proses-proses sentral integrasi psikologis yang mendasari pembentukan identitas, sedangkan bersifat pasif secara umum dipandang sebagai penerimaan secara penuh kebingungan pilihan-pilihan, dan harapan-harapan orang lain (Erikson dalam Adams & Archer, 1994: 194). Dari keempat model identitas yang diajukan Marcia, salah satunya adalah identity foreclosure. Dalam tulisannya Carver & Scheier (1996) mengungkapkan bahwa orang foreclosure memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka. Selain itu orang foreclosure juga menginginkan banyak orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang kejadian-kejadian hidupnya. Biasanya yang secara signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang adalah orang tuanya, serta keluarga dekatnya. Sebagaimana diungkapkan Erikson bahwa individu-individu sejak lahirnya telah memiliki predisposisi untuk merespon ke arah harapan-harapan lingkungan sosial. Dengan begitu dalam aktivitas kehidupannya secara tidak sengaja individu terkadang akan mengidentifikasi dirinya dengan lingkungan sosialnya, atau secara tidak sedar berusaha untuk memenuhi nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang diinginkan lingkungannya (social desirable). Kecenderungan ini pada akhirnya menjadikan individu berusaha untuk memenuhi seluruh harapan-harapan sosial. Dalam kerangka harapanharapan sosial tersebut termasuk di dalamnya adalah harapan dari orang tua, ataupun keluarganya. Adanya keinginan dari orang tua terhadap anaknya, akan menjadikan orang tua memberikan model pembimbingan yang sesuai dengan dirinya. Model pembimbingan ini kerap disebut dengan istilah gaya pengasuhan orang tua. Kuatnya pengaruh keluarga terhadap pembentukan identitas diungkap oleh Grotevant dan Cooper yang dikutip oleh Papini (1994) bahwa peran penting dan kualitas keluarga yang ikut mewarnai pembentukan identitas antara lain terletak pada interaksi orang tua dengan anak yang terangkum dalam gaya pengasuhan orang tua. Adanya interaksi orang tua anak dalam kehidupan berkeluarga yang oleh Hauser disebut dengan gaya interaksi dengan sendirinya terjadi proses transmisi ataupun pewarisan budaya keluarga yang berlangsung secara halus. Dalam proses tersebut anak akan mengambil nilai-nilai yang secara tidak sengaja ataupun sengaja diberikan orang tua, dan pada kehidupan selanjutnya nilai-nilai itu akan digunakannya dalam mensikapi objek ataupun peristiwa yang sama. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Burr, Leigh, Day & Constantine (dalam LAbate, 1994) bahwa anggota keluarga berkomunikasi melalui seperangkat maknya yang kompleks, memungkinkan anggota keluarga berbagi pengalman dan melibatkan dua orang atau lebih dalam suatu proses sosial yang sangat bermakna, orang tua dan anak menyadari akan pentingnya satu sama lain, mereka terikat oleh ikatan batin, dan mereka sangat mengenal bagaimana pengalaman-pengalaman mereka penting secara sosial.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

32

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

Merujuk pada pendapat Hauser (dalam Papini, 1994) bahwa model pengasuhan orang tua memiliki aspek kognitif dan afektif, yang keduanya memiliki kecenderungan ke arah enabling atau contraining. Aspek kognitif enabling meliputi pemusatan pada pemecahan masalah, keterlibatan dalam eksplorasi isu-isu keluarga, dan penjelasan pandangan inividu kepada anggota keluarga yang lain. Sementara aspek kognitif yang contraining berupa kebingungan anggota keluarga dalam menghadapi satu masalah, penyembunyian informasi dari interaksi, dan pengekpresian ketidakberbedaan terhadap anggota keluarga yang lain dan terhadap isu-isu yang muncul dalam keluarga. Aspek afektif enabling meliputi ekspresi empati dan penerimaan terhadap anggota keluarga yang lain. Adapun aspek afektif yang cenderung contraining adalah penilaian yang berlebihan anggota keluarga terhadap pandangan anggota keluarga lainnya. Dalam tulisannya LAbate (1994) proses pengasuhan berlangsung sejak anak masih bayi hingga anak mencapai usia dewasa. Lebih lanjut diungkap oleh LAbate dalam proses kehidupan anak, model pengasuhan ini bergeser peran dan fungsinya sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Dilihat dari sisi fungsinya, model pengasuhan ini oleh LAbate (1994) dibedakan menjadi pola yang fungsional dan yang disfungsional. Disebutkan oleh LAbate (1994) bahwa model pengasuhan yang fungsional adalah membiarkan anak tumbuh dan mandiri, penerimaan orang tua terhadap relasi orang tua dengan perkembangan anak, dengan tetap memberi dorongan, menjaga dan menghargai. Lebih lanjut diungkap LAbate bahwa dari proses pengasuhan fungsional ini akan diharapkan munculnya perilaku yang mandiri, mengembangkan hubungan dengan orang tua, bimbingan dan dukungan dari orang tua tetap mereka peroleh saat mereka butuhkan. Adapun proses pengasuhan yang disfungsional menurut LAbate yaitu pengasuhan yang cenderung adanya ketidak-mampuan untuk membiarkan anak tumbuh dan mandiri. Perilaku yang akan muncul dengan proses pengasuhan semacam ini adalah perilaku anak yang gagal dalam mengembangkan hubungan dengan orang tua.. Grotevan & Cooper (dalam Archer, 1994) mengungkap bahwa keluarga memainkan peran penting dalam proses pembentukan identitas remaja dengan cara memberi kesempatan remaja untuk mengemukakan pendapat dengan orang tua (individuality) dengan tetap membangun dan mempertahankan sense keterikatan/ kesesuaian (connectedness) dengan orang tua. Paparan-paparan di muka, menjadi dasar simpulan bahwa antara model pengasuhan dan pembentukan identitas individu memiliki keterikatan yang kuat. Mengacu pada pendapat Erikson dan Rotheram & Karen F.W bahwa dalam pembentukan identitas seseorang faktor sosial sekitarnya memiliki pengaruh yang kuat. Jika hal ini dikaitkan dengan kehidupan seseorang faktor sosial terdekat adalah keluarga, yang dalam bahasa Rotheram & Karen F.W dapat dimaknai sebagai etnis, sedangkan salah satu yang khas dalam satu etnis adalah model pengasuhan orang tua.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

33

Metode Penelitian Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah 1) Variabel Bebas: Pola pengasuhan orang tua 2) Variabel terikat: Pembentukan Identitas Diri Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FIAI UII yang berjumlah sebanyak 795 orang mahasiswa Per 20 Februari 2001 Dari jumlah tersebut akan diambil mereka yang berasal dari etnis Jawa. Dengan begitu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan model quota purposive random sampling. Dilihat dari perbandingan jenis kelamin, sample yang diambil adalah sebagai berikut: Tabel 1 Perbandingan Sampel yang Diambil Berdasar Jurusan dan Jenis kelamin
Jenis-kelamin Variabel Laki-laki Jurusan Syariah Tarbiyah Total 20 31 51 Perempuan 48 26 74 68 57 125 Total

Sumber Adam, Shea, & Fitch, 1979 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan angket yang disusun berdasar teori yang dikemukakan pada bab terdahulu. Untuk mengukur identitas akan dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Adam, Shea dan Fitch (1979) yang mengembangkan instrumen identitas diri berdasarkan pada teori yang diajukan oleh Marcia. Instrumen tersebut dikenal dengan nama Objective Measure of Ego Identity Status (OM-EIS). Dengan mengembangkan teori identitas yang dikemukakan oleh Marcia yaitu (1) Identity diffusion: yang dicirikan dengan adanya penghindaran terhadap komitmen, pengingkaran tentang tema utama kehidupan seperti pekerjaan, ideologi dan agama; (2) Identity foreclosure: yaitu orang yang membuat komitmen dengan tingkat krisis yang kecil; (3) Moratorium: dicirikan dengan perhatian terhadap keputusan-keputusan utama, eksplorasi terhadap kemungkinan masa depan (pekerjaan, politik, social, seksual) tetapi tidak ditentukan dalam komitmen solid; (4) Identity achievement: individu dengan status ini menentukan dan membuat komitmen tentang idealita dan
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

34

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

rencana-rencana. Instrumen yang dikembangkan Adam, Shea, & Fitch (1979) terdiri dari 6 soal untuk tiap subskala, sehingga jumlah seluruh soal sebanyak 24 soal. Untuk masingmasing subskala akan mengungkap tentang identitas pekerjaan (okupasi), identitas keyakinan agama dan identitas ideologi politik. Alternatif jawaban dikembangkan dengan menggunakan model skala Likert, hanya saja dalam penelitian ini akan dimodifikasi menjadi 5 alternatif, tidak 6 sebagaimana angket aslinya. Pengujian validitas OM-EIS yang dilakukan Adam, Shea, & Fitch (1979) skor sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 2 Median Korelasi antara skor Masing-masing Item Subskala dengan skor Total tiap Subskala pada OM-EIS
Keenam item pada subskala Diffusion (D) Foreclosure (F) Moratorium Achievement D 0,48 0,10 0,44 -0,14 F 0,15 0,67 0,21 0,05 M 0,26 0,20 0,60 0,19 A -0,24 0,08 -0,27 0,59

Sumber Adam, Shea, & Fitch, 1979 Adapun komposisi item yang dikembangkan Adam, Shea, & Fitch (1979) adalah sebagai berikut: Tabel 3 Penyebaran Butir Soal Menurut OM-EIS
Subskala Okupasi Politik Agama D 8, 16 1,11 3, 36 F 2, 4 17,7 21, 23 M 20, 22 5,19 12, 15 A 10, 14 13,24 9, 18

Sumber Adam, Shea, & Fitch, 1979 Dengan menggunakan model angket yang dibuat Adam, Shea & Fitch ini kemudian dibuat instrumen untuk mengukur status identitas responden. Instrumen inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Untuk instrumen pola pengasuhan disusun berdasarkan teori yang diajukan Baumrind (1967), yang kemudian dikembangkan oleh peneliti.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

35

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Pola Pengasuhan


Subskala Otokratis Demokratis Kesetaraan Permisif Laissezfaire/mengabaikan Nomor Item 25,30,35,40,46,50 26,31,36,41,42,47,48,51 28,33,38,44,53 27,32,37,43,52 29,34,39,45,49,54

Hipotesis Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang dibuat, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) ada pengaruh pola pengasuhan orangtua terhadap pembentukan identitas diri; 2) ada perbedaan pola pengasuhan dan pembentukan identitas yang diterima ditinjau dari jenis kelamin; 3) ada perbedaan pola pengasuhan dan pembentukan identitas yang diterima ditinjau dari jurusan mahasiswa; 4) ada perbedaan pola pengasuhan dan pembentukan identitas yang diterima ditinjau darijenis pekerjaan orangtua mahasiswa; 5) ada perbedaan pola pengasuhan dan pembentukan identitas yang diterima ditinjau dari asal mahasiswa. Teknik Analisis Data Untuk menjawab rumusan masalah penelitian akan digunakan analisis regresi ganda untuk mengetahui pengaruh model pengasuhan pada pembentukan identitas diri. Adapun untuk mempermudah proses analisisnya akan dilakukan dengan menggunakan computer dengan program Statistic Program for Social Science (SPSS) under windows. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data Deskriptif Variabel Penelitian Dari hasil analisis diperoleh hasil statistik deskriptif untuk masing-masing variabel sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 5 Data Deskriptif Untuk Masing-masing variabel
Variabel Pola ASuh Identitas diri Jumlah N 125 125 125 Range 31.00 33.00 Minimum 103.00 72.00 Maximum 134.00 105.00 Mean 119.5440 88.3280 Std. Deviasi 7.1148 4.8506 Varian 50.621 23.529

Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003

ISSN : 1693-4296

36

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

Perbedaan Masing-masing Variabel Ditinjau dari Jurusan, Jenis Kelamin, Asal Daerah dan Jenis Pekerjaan Orangtua Tabel 6 Ringkasan Hasil Perbedaan Masing-masing Variabel Ditinjau dari Jurusan, Jenis Kelamin, Asal Daerah dan Jenis Pekerjaan Orangtua

Ditinjau dari Variabel Jurusan Sig N.Sig Jenis kelamin N.Sig N.Sig Asal daerah N.Sig N.Sig Pek. OT Sig N.Sig

Pola Asuh Pembentukan Identitas

Dari tabel 7 di atas ternyata dari 5 analisis komparasi yang dilakukan terhadap masing-masing variabel, hanya dua (2) saja yang memperoleh hasil signifikan, yaitu (1) yang membandingkan pola asuh ditinjau dari jurusan, (2) yang membandingkan pola asuh dari latarbelakang pekerjaan orangtua. Dengan begitu, selain hasl tersebut ternyata tidak ada perbedaan baik pola pengasuhan orangtua, ataupun pembentukan identitas diri mahasiswa jika ditinjau dari aspek jenis kelamin dan asal daerah. Hasil-hasil tersebut dapat pula disimpulkan bahwa dari sisi jenis kelamin, pola pengasuhan yang diterapkan orangtua terhadap anaknya relatif sama, juga untuk proses pembentukan identias diri mahasiswa. Selain itu, jika dilihat dari latarbelakang asal daerah, ternyata memang tidak ada perbedaan budaya dari ketiga asal daerah. Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis nihil yang akan diuji dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh pengasuhan orangtua terhadap pembentukan identitas diri mahasiswa. Sebagai pembanding dari hipotesis nihil ini diajukan hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan pola pengasuhan orangtua terhadap pembentukan identitas diri mahasiswa. Dengan menggunakan formula regresi linier, dan metode enter ternyata diperoleh harga F sebesar 12,862. Hasil tersebut signifikansi pada taraf 5 %. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil yang diajukan ditolak, dan hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh pola asuh orangtua terhadap pembentukan identitas mahasiswa. Besar pengaruh tersebut dapat dilihat dari R2 yaitu sebesar 9,5%. Untuk kejelasan hasil dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

37

Intepretasi Hasil Penelitian Sebagaimana diungkap di muka bahwa dari hasil perhitungan dengan menggunakan formula regresi linier, dan metode enter diperoleh harga F sebesar 12,862. Hasil tersebut signifikansi pada taraf 5 %. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh pola asuh orangtua terhadap pembentukan identitas mahasiswa ditolak, dan hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh pola asuh orangtua terhadap pembentukan identitas mahasiswa, diterima. Besar pengaruh tersebut dapat dilihat dari R2 yaitu sebesar 9,5%. Dari hasil regresi tersebut dapat dinyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan dalam proses pembentukan identitas mahasiswa adalah pola asuh yang diterapkan orangtua mereka. Semakin baik pola asuh yang diterapkan orangtua, maka diprediksikan akan semakin matang pula identitas yang dimiliki anak. Hasil penelitian ini mendukung beberapa teori terdahulu yang mengungkap bahwa pola pengasuhan berperan penting dalam pembentukan identitas anak. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Grotevant dan Cooper yang dikutip oleh Papini (1994) bahwa peran penting dan kualitas keluarga ikut mewarnai pembentukan identitas antara lain terletak pada interaksi orang tua dengan anak yang terangkum dalam gaya pengasuhan orang tua. Artinya dari penelitian ini dapat dilakukan prediksi bahwa semakin baik, atau semakin erat hubungan antara orangtua dan anak, sebagai bagian dari model pengasuhan yang diterapkan, maka diduga akan semakin baik pula identitas yang dapat diraih anak. Meski besar sumbangannya relatif kecil, namun hal ini bukan berarti pola pengasuhan dapat diabaikan dalam proses pembentukan identitas anak. Simpulan Dari hasil perhitungan yang dilakukan ada beberapa simpulan yang dapat diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Ada perbedaan pola pengasuhan yang diterapkan orangtua jika ditinjau dari jurusan mahasiswa yang bersangkutan. 2) Tidak ada perbedaan pembentukan identitas diri mahasiswa ditnjau dari jurusan mahasiswa yang bersangkutan. 3) Tidak ada perbedaan pola asuh orangtua ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa yang bersangkutan. 4) Tidak ada perbedaan pembentukan identitas diri mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa yang bersangkutan. 5) Tidak ada perbedaan pola asuh orangtua ditinjau dari asal daerah mahasiswa yang bersangkutan. 6) Tidak ada perbedaan pembentukan identitas diri mahasiswa ditinjau dariasal daerah mahasiswa yang bersangkutan. 7) Ada perbedaan pola asuh orangtua ditinjau dari jenis pekerjaan orangtua mahasiswa yang bersangkutan. 8) Tidak ada perbedaan pembentukan identitas diri mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orangtua mahasiswa yang bersangkutan. 9) Menolak hipotesis nihil yang diajukan yang berbunyi tidak ada pengaruh pola asuhan orangtua terhadap pembentukan identias diri mahasiswa, dan menerima hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh pola pengasuhan orangtua terhadap pembentukan identitas diri mahasiswa.
Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003 ISSN : 1693-4296

38

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

Saran Berikut ini akan disarankan beberapa hal terkait dengan para akademisi yang menekuni bidang pendidikan dan psikologi. Pertama , penelitian tentang pola pengasuhan dan pembentukan identitas terkait dengan tema budaya lokal setempat, dan ini menarik untuk dilakukan kajian lebih mendalam tentang kontribusi budaya setempat terhadap model pengasuhan yang diterapkan oleh para orangtua. Kedua, identitas menjadi menarik dalam kajian psikologi sebab, hal ini memang menjadi salah satu tahapan yang memang sudah seharusnya dilalui oleh setiap individu. Penelitian lebih mendalam tentang tema identitas dapat dikaitkan dengan tema budaya setempat.

Pustaka Acuan Adam, G.R., Shea, J.A., Fitch, S. A., 1978. Toward the Development of an Objective Assessment of Ego Identity Status, dalam Journal of Youth and Adolescence. Adam, G.R & S.L. Archer. 1994. Identity: A Percursor to intimacy dalam Archer S.L. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. California: Sage Publications. Archer S.L. 1994. Interventions for Adolescent Identity Development. California: Sage Publications. Carver, Chalrles. S & Scheier, Michael. F. 1996. Perspective on Pernonality: Third Edition. Boston: Allyn and Bacon. De Jong. 1985. Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Kanisius Durkheim, E. 1964. The Division of Labor in Society. New York: Thr Free Press. Durkin, K. 1995. Developmental Social Psychology: From infancy to old age. Cambridge, Massachussetts: Blackwell Publishers, Ltd. Erikson, E.H. 1963. Childhood and Society. Second Editon. New York: W.W. Norton & Company. Inc Erikson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis: New York: W.W. Norton & Company. Inc Herusatoto, B. 1991. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita. Huntington, S.P. 1994. Jika Bukan Peradaban, Apa? Ulumul Quran Nomor 2 Thn V.

Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003

ISSN : 1693-4296

Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan ... oleh: Muhammad Idrus

39

Josselson, R. 1994. The Theory of Identity Development and the Question of Intervention: An Introduction. Dalam Archer S.L. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. California: Sage Publications. Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PN. Djambatan. Marcia, J.E 1993. The Ego Identity Status Approach to Ego Identity. Dalam Marcia. J.E., et al. (1993). Ego Identity: A Hancook for Psychosocial Research. New York: Springer Verlag. Marcia, J.E. 1980. Identity in Adolescence. Dalam Joseph Adelson (ed.). Handbook of Adolescence Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc. Marcia. J.E., et al. 1993. Ego Identity: A Hancook for Psychosocial Research. New York: Springer Verlag. Rotheram, M.J & Karen F.W. 1994. Ethnic Differences in Identity Development in the United States. Dalam Archer S.L. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development. California: Sage Publications. Sudjana. 1992. Teknik Analisis Korelasi dan Regresi. Bandung: Tarsito. Van Peursen, C.A., 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Fenomena: Vol. 1 No. 1 Maret 2003

ISSN : 1693-4296

You might also like