You are on page 1of 6

Syahrir Pakki: Uji Ketahanan Galur/Calon Varietas Jagung Terhadap Penyakit Bulai

UJI KETAHANAN GALUR/CALON VARIETAS JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)
Syahrir Pakki
Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Maros pada bulan Agustus sampai dengan November 2007, bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketahanan galur-galur jagung terhadap cekaman penyakit bulai. Percobaan ditata dalam Rancangan Kelompok 2 (dua) ulangan. Dari 100 galur/calon varietas yang diuji, setiap 10 galur diantarai pembanding peka varietas Pulut Takalar dan pembanding tahan varietas Lagaligo. Takaran pemupukan 350 kg/ha Urea, 100 kg TSP/ha dan 50 kg KCL/ha. Infeksi bulai pada galur-galur uji terjadi secara alami, sumber inokulumnya disebarkan dari pertanaman yang telah diinokulasi 21 hari sebelum penanaman tanaman galur uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keadaan varietas pembanding peka mencapai 100 % terinfeksi bulai dan 84 galur uji lainnya terinfeksi bulai lebih besar 80 %, atau beberapa populasi galur sudah mati, diperoleh 7 galur (4%) yang memperlihatkan reaksi lebih tahan yaitu D45/MR14, D67/MR14, N139/MR14, N153/MR14, SP006-BBBB-69-B/MR14, SP007-BBBB-26-B/MR14, dan SP008-BBBBB-84-B/MR14. Kata kunci: Jagung, penyakit bulai, uji ketahanan, resisten

ABSTRACT
Study was conducted at Maros Experimental Farm, on August to November 2007, with the aim to know the different of their resistant against downy mildew infection. The experiment was arranged in randomized block design (RBD) with two replications. Source of inoculum were planted at earlier and inoculated at 7 and 8 days after planting. A hundred test materials were planted 21 days after inoculation. In between 10 lines, susceptible check (sticky corn) in resistant check (Lagaligo) were planted. Dosage of fertilizer given were 350 kg urea, 100 kg TSP/ha, and 50 kg KCL/ha. Infection of DM into the test material were naturaly, no artificial inoculation. The result indicated that DM infection rate where very high, were the susceptible check was 100% infected and 84 lines were more than 80% plant infected with some lines completely die. Seven resistant lines with DM infection 4% were D45/MR14, D67/MR14, N139/MR14, N153/MR14, SP006-BBBB-69-B/MR14, SP007-BBBB-26B/MR14, and SP008-BBBBB-84-B/MR14. Key words: Maize, downy mildew, screening, resistant

PENDAHLUAN Salah satu masalah dalam upaya peningkatan produksi adalah banyaknya varietas-varietas unggul nasional baik dari jagung komposit, maupun jagung-jagung hibridia yang telah dilepas tergolong tidak tahan terhadap penyakit bulai (Perononosclerospora philippinensis). Organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut dapat menurunkan hasil dalam skala yang luas dengan kisaran mencapai 90% ( Wakman dan Kontong (2000); Pakki dan Jabbar(1999). Hal lainnya adalah pada wilayah-wilayah tertentu terdapat kecenderungan terbentuknya ras-ras baru yang lebih virulen, sehingga fungisida

berbahan aktif metalaksil tidak efektif lagi mengendalian penyakit bulai (Komunikasi pribadi, Wakman 2007). Ini disebabkan karena adanya proses adaptasi sehingga terdapat populasi ras yang lebih virulen dan mengakibatkan varietas-varietas yang awalnya tahan menjadi rentan. Upaya pengendalian selama ini hanyalah pemberian berupa perlakuan benih dengan bahan aktif metalkasil. Resiko dari penggunaan varietas yang peka adalah suatu patogen dapat menyebar secara cepat pada suatu hamparan yang luas dan berpotensi menyebabkan tersedianya sumber inokulum sepanjang musim(Chang 2002); Semangun (1993) Keadaan ini biasa

42

Syahrir Pakki: Uji Ketahanan Galur/Calon Varietas Jagung Terhadap Penyakit Bulai

ditemukan terutama pada daerah yang mempunyai pola tanam tidak serempak.Olehnya itu pencarian varietas tahan tetap diperlukan, sehingga varietas unggul yang toleran maupun yang tahan bulai tetap tersedia, guna mengatasi dinamika ras bulai di lapangan. Kegagalan panen lebih banyak terjadi pada varietas yang tergolong peka dan terinfeksi lebih awal atau tanaman yang masih muda. Pada varietas peka, masuknya patogen ke sel-sel jaringan berpengaruh nyata dalam hal pertumbuhan, perkembangan daun dan tongkol kurang sempurna, atau tanaman menjadi kerdil sehingga jumlah biji yang terbentuk juga lebih sedikit atau sebagian berkriput dibanding varietas yang lebih tahan. Burhanuddin dan Pakki (1999) melaporkan bahwa pada tanaman terinfeksi awal terdapat perkembangan akar yang kurang normal, sehingga tanaman mudah rebah dan mengering. Tanaman resisten merupakan salah satu komponen utama dalam program penanggulangan penyakit secara terpadu. Peranan tanaman resisten sangat menonjol terutama dalam penanggulangan penyakit pada komoditas bernilai jual rendah, seperti serealia dan tanaman pangan lainnya. Galur-galur yang memperlihatkan reaksi tahan diharapkan dapat digunakan untuk calon tetua persilangan dengan galurgalur berpotensi hasil tinggi. Kombinasi kedua karakter genetik tersebut diharapkan menghasilkan varietas unggul berpotensi hasil tinggi dan tahan ataupun toleran terhadap penyakit bulai. BAHAN DAN METODE Sebanyak 100 galur-galur hibrida dan calon varietas, termasuk pembanding peka (varietas Pulut Takalar) dan pembanding tahan (varietas Lagaligo), diuji ketahanannya terhadap penyakit bulai (P. philippinensis). Dilaksanakan di Kebun Percobaan Balitsereal pada musim kemarau yaitu bulan Agustus sampai dengan November 2007. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan dua ulangan, setiap galur ditanam 10 biji. Empat minggu sebelum penanaman galur-galur uji, maka disekeliling petakanpetakan galur-galur uji ditanam tanaman sumber inokulum yang diinokulasi pada umur 10 hari. Konidia bahan inokulum dikoleksi pada pagi hari sekitar pukul 04 subuh,

selanjutnya dijadikan sebagai bahan inokulan untuk tanaman sumber inokulum tersebut. Untuk mendapatkan persentase tanaman terinfeksi bulai yang maksimal maka inokulasi dilakukan dua kali yaitu pada pagi hari berikutnya. Tanaman tersebut diharapkan sebagai sumber inokulum alami di lapangan. Setiap 10 galur uji diantarai varietas yang tahan dan peka. Varietas tahan menggunakan varietas Surya dan pembanding peka yaitu varietas Pulut Takalar. Takaran pupuk yaitu urea, KCl, SP36 (350, 100, 100). Urea diberikan 1/3 bagian pada 10 hari setelah tanam (HST) dan 2/3 bagian diberikan pada umur 30 HST. Penyiangan dilakukan bersamaan pemupukan kedua, dan penyiraman dilakukan sebanyak 6 kali. Pengamatan pada 15, 30 dan 45 HST. Hal yang diamati adalah persentase tanaman terinfeksi bulai sebagai berikut. A I= ------ x 100 % B Keterangan : I = Intensitas A = Jumlah tanaman terinfeksi B = Populasi tanaman yang diamati Kriteria ketahanan terhadap penyakit bulai adalah sebagai berikut : 0 10 % = Tahan 11 25 % = Agak Tahan 26 50 % = Agak peka 51 100 % = Peka HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, tanaman sumber inokulum disekeliling tanaman uji, memperlihatkan patogen bulai sudah mencapai 70%, kondisi demikian adalah optimal untuk menginfeksi secara alami galur-galur uji, sehingga dapat diperoleh galur-galur yang betul-betul tahan. Spora yang dihasilkan pada tanaman sumber inokulum mencapai puncaknya dalam umur 21 hari, sementara tanaman uji di lapangan sudah berumur sekitar 10 hari, sehingga reaksi genetik akan tampak lebih awal pada setiap calon varietas yang diuji. Galur adalah materi genetik suatu populasi atau varietas yang telah mengalami silang sendiri (Selfing) dan hasilnya sebagai famili (Yasin et al., 2008). Dalam tabel 1, terlihat bahwa pada 15 hari setelah tanam (HST) semua populasi galur uji memperlihatkan reaksi yang berbeda-beda, dan masih lebih banyak tanaman yang tidak

43

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

terinfeksi, namun beberapa galur sudah ada yang mencapai intensitas serangan 4,3% 7,8%. Keadaan ini terjadi karena masa inkubasi atau antara masuk dan timbulnya gejala penyakit bulai adalah sekitar 12 sampai dengan 21 hari. Banyaknya galur yang belum memperlihatkan gejala karena tanaman masih kecil, air gutasi sebagai media awal

proses penetrasi spora untuk infeksi bulai pada daun belum optimal. Calon varietas yang memperlihat infeksi pada 15 HST, sekitar 4 - 7% adalah D45/MR14, D67/MR14, N139/MR14, N153/MR14, SP006-BBBB-69B/MR14, dan SP007-BBBB-26-B/MR14, SP 008BBBBB-84-B/MR 14 dan varietas pembanding peka Pulut Takalar.

Tabel 1. Penampilan galur-galur jagung hibrida terhadap cekaman penyakit bulai


No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Asal 1001 1002 1003 1006 1007 1011 1012 1013 1016 1020 1025 2090 1026 1027 1030 1032 1042 1049 1050 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 Galur D4/MR-4 D6-1/MR-4 D6-2/MR-4 D12/MR-4 D17/MR-4 D27/MR-4 D28/MR-4 D30/MR-4 D39/MR-4 D56/MR-4 D74/MR-4 B11-209/MR-4 D75-1/MR-4 D75-2/MR-4 D88/MR-4 D93/MR-4 N20/MR-4 SP007-BBBBB-29-B/MR-4 SP008-BBBB-5-B-B/MR-4 SP008-BBBBB-95-B/MR-4 SP008-BBBBB-101-B/MR-4 SP009-BBBB-57-B/MR-4 SP009-BBBB-71-B/MR-4 SP009-BBBB-76-B/MR-4 BISMA-94-2-1-1-1-1-B-B/MR-4 SW-5-10-2-1-1-3-B-B/MR-4 SP008-BBBB-74-B/MR-4 SP008-BBBB-75-B/MR-4 SP008-BBBB-81-B/MR-4 SP008-BBBB-83-B/MR-4 SP009-BBBB-84-B/MR-4 SP009-BBBB-74-B/MR-4 SP009-BBBB-94-B/MR-4 SP010-BB-8-B-B/MR-4 SP010-BB-31-B-B/MR-4 SP010-BB-67-B-B/MR-4 EYDMR-6-C5-S2-BBBB-4-BBBBB-1-B-B/MR-4 BISMA-164-2-B-B-4-1-B-B/MR-4 BM+(S1)C0-10-1-1-1-1-B-B/MR-4 BM+(S1)C0-172-2-B-1-1-B-B/MR-4 SW5-10-2-1-2-1-B-B-B/MR-4 MKB-52-1-B-1-1-B-B/MR-4 MKB-52-1-B-1-2-B-B/MR-4 Persentase serangan bulai (%) 15 HST 30 HST 45 HST 0,00 96,66 96,66 0,00 94,33 96,66 0,00 95,00 95,00 0,00 45,19 58,30 0,00 84,74 84,74 0,00 91,61 91,61 0,00 51,51 58,44 0,00 83,33 91,66 0,00 90,91 95,45 0,00 95,00 95,00 0,00 77,27 81,82 0,00 87,09 92,09 0,00 83,76 83,76 0,00 91,66 91,66 0,00 96,43 96,43 0,00 75,68 84,46 0,00 71,79 78,97 0,00 79,16 63,33 0,00 61,55 69,73 0,00 64,74 83,76 0,00 60,33 74,28 0,00 45,90 59,89 0,00 70,57 77,75 0,00 96,43 96,43 0,00 84,21 89,47 0,00 92,50 92,50 0,00 76,78 80,35 0,00 97,37 97,37 0,00 91,42 91,94 0,00 88,33 91,66 0,00 100,00 100,00 0,00 67,36 76,04 0,00 66,36 76,36 0,00 100,00 100,00 0,00 76,19 83,33 0,00 100,00 100,00 0,00 49,99 53,57 0,00 49,12 62,58 0,00 67,50 80,62 0,00 82,77 85,55 0,00 83,30 90,45 0,00 86,36 86,36 0,00 70,00 77,14

44

Syahrir Pakki: Uji Ketahanan Galur/Calon Varietas Jagung Terhadap Penyakit Bulai
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 2001 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 D4/MR-14 D6-1/MR-14 D12/MR-14 D17/MR-14 D25/MR-14 D27/MR-14 D28/MR-14 D32/MR-14 D34/MR-14 D36/MR-14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 89,13 90,19 72,49 94,99 88,09 86,84 57,18 95,23 100,00 70,14 89,13 90,19 75,12 94,94 90,47 89,47 80,22 95,23 100,00 79,16

Lanjutan Tabel 1........


No. 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 Asal 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2030 2033 2036 2048 2049 2051 2052 2053 2054 2055 2056 2057 2058 2060 2061 2062 2063 2064 2065 2066 2069 2071 2072 2073 2074 Galur D38/MR-14 D39/MR-14 D43/MR-14 D44/MR-14 D45/MR-14 D52/MR-14 D53/MR-14 D54/MR-14 D59/MR-14 D61/MR-14 D65/MR-14 D66/MR-14 D67/MR-14 D70/MR14 D75-2/MR14 D94/MR14 N139/MR14 N153/MR14 SP006-BBBBB-53-B/MR14 SP006-BBBBB-65-B/MR14 SP006-BBBBB-69-B/MR14 SP006-BBBBB-77-B/MR14 SP007-BBBBB-22-B/MR14 SP007-BBBBB-24-B/MR14 SP007-BBBBB-26-B/MR14 SP007-BBBBB-29-B/MR14 SP007-BBBBB-36-B/MR14 SP007-BBBBB-39-B/MR14 SP006-BBBBB-104-B/MR14 SP007-BBBBB-76-B/MR14 SP007-BBBBB-86-B/MR14 SP008-BBBB-36-B--B/MR14 SP008-BBBB-38-B--B/MR14 SP008-BBBB-47-B-B/MR14 SP009-BBBB-57-B-B/MR14 SP008-BBBBB-74-B/MR14 SP008-BBBBB-84-B/MR14 SP009-BBBB-79-B/MR14 SP010-BB-8-B-B/MR14 SP010-BB-31-B-B/MR14 Persentase serangan bulai (%) 15 HST 30 HST 45 HST 0,00 95,00 95,00 0,00 87,95 90,45 0,00 97,62 97,62 0,00 94,73 94,73 4,34 91,65 91,65 0,00 100,00 100,00 0,00 62,23 69,87 0,00 91,22 91,22 0,00 85,65 85,65 0,00 33,15 55,78 0,00 95,45 95,45 0,00 94,11 94,11 4,75 98,00 98,00 7,89 100,00 100 0,00 84,65 87,59 0,00 72,22 78,47 5,26 86,95 91,33 10,00 85 88,12 0,00 83,62 88,21 0,00 100 100 7,14 100 100 0,00 78,12 78,12 0,00 82,64 85,41 0,00 62,56 70,03 4,35 97,82 97,82 0,00 80,84 85,16 0,00 100 100 0,00 85,41 85,41 0,00 84 84 0,00 100 100 0,00 0 0 0,00 87,1 89,73 0,00 49,41 55,29 0,00 94,44 94,44 0,00 52,08 68,06 0,00 74,85 80,35 5,88 90,99 9396 0,00 83,66 88,44 0,00 100 100 0,00 79,37 85,62

45

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007 94 95 96 97 98 99 100 2075 2076 2077 2081 2083 SP010-BB-36-B-B/MR14 SP010-BB-55-B-B/MR14 SP010-BB-73-B-B CML 431/MR14 E45/MR14 PULUT LAGALIGO 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,88 0,00 97,62 94,73 100 70,17 77,71 70,1 42,78 97,62 94,73 100 75,58 87,08 83,48 55,68

Pengamatan selanjutnya pada 30 HST, beberapa galur sudah memperlihatkan intensitas serangan sekitar 50% , dan ada populasi yang terinfeksi sekitar 100%, hanya terdapat lima galur yaitu EYDMR-6-C5-S2BBBB-4-BBBB-1-B-B/MR14, Bisma-164-2-B-B4-1-B-B/MR14, D12/MR14, dan D61/MR14, SP008-BBBB-38.B-B/MR 14 terinfeksi bulai sekitar 34 %, demikian pula pembanding tahan varietas Lagaligo sudah mencapai 33,3% - 49,0%. Data ini menandakan kelima galur tersebut mempunyai karakter genetik yang lebih tahan dibanding 90 galur lainnya, ini mengindikasikan bahwa keempat galur tersebut mempunyai bawaan genetik yang lebih tahan atau berpotensi dijadikan sebagai tetua, guna memperoleh varietas yang tahan dan berdaya hasil tinggi. Telah dilaporkan oleh Burhanuddin dan Pakki (1999) bahwa gejala infeksi bulai yang tampak pada umur setelah fase silking, sekitar 45 hari tidak akan mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar. Dasar pemikiran ini dapat diinflementasikan lebih jauh yaitu berupa uji lanjutan kelima galur tersebut terhadap penyakit bulai. ini didasari oleh data ketahanan pada umur 45 HST, pertambahan tanaman terinfeksi hanya sekitar 10% (intensitas pada 45 HST hanya mencapai sekitar 53%). Galur uji yang memperlihatkan reaksi lebih tahan terhadap bulai adalah bentuk ketahanan yang terinduksi, yaitu suatu reaksi ketahanan yang berkembang pada suatu individu setelah adanya infeksi. Dugaan lain dari adanya reaksi lebih tahan keempat galur tersebut adalah sifat ketahanannya diatur oleh lebih banyak gen dibanding galur-galur lainnya. Karakter ketahanan yang diatur oleh banyak gen dalam jaringan tanaman mempunyai produk pitoaleksin yang mampu mengatasi perkembangan miselia cendawan dalam jaringan tanaman. Dari data reaksi genetik 100 galur uji tersebut, ditemukan tergolong sangat sedikit galur yang memperlihatkan reaksi lebih tahan atau hanya sekitar 4 galur atau sekitar 5%. Hal yang sama juga ditemukan uji ketahanan pada tahun-tahun sebelumnya, hanya

berkisar 2-3% dari setiap populasi yang diuji (Pakki et al., 2007). Data-data tersebut menggambarkan bahwa pencarian galur yang tahan dan dapat digunakan sebagai tetua dalam persilangan perakitan varietas unggul baru adalah tergolong rendah. Hal ini akan menjadi lebih sulit apabila penemuan varietas unggul tahan bulai agak lambat, dan disisi lain potensi suatu patogen dapat mengalami mutasi gen dan cepat beradaptasi sehingga berpeluang menjadi lebih virulen (Agrios, 1977). Pemikiran-pemikiran kedepan untuk keadaan seperti hal tersebut, pemulia tanaman hendaknya mengarahkan pencarian varietas yang lebih toleran, mengingat penemuan galur tahan adalah memerlukan waktu lama. Varietas toleran diartikan sebagai suatu varietas yang tercekam suatu patogen namun tidak menurunkan hasil yang berarti (Musel, 1980). Hal ini berarti parameter toleran suatu varietas jagung , haruslah mencakup intensitas serangan dan penurunan hasil atau kedua kriteria tersebut menjadi pedoman dalam menentukan varietas jagung yang toleran terhadap penyakit bulai. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keadaan varietas pembanding peka mencapai 100 % terinfeksi bulai dan 84 galur uji lainnya terinfeksi bulai lebih besar 80%, atau beberapa populasi galur sudah mati, diperoleh lima galur yang memperlihatkan reaksi lebih tahan yaitu D12/MR-4, D45/MR14, D67/MR14, N139/MR14, N153/MR14, SP006BBBB-69-B/MR14, dan SP007-BBBB-26B/MR14, SP 008-BBBBB-84-B/MR14. Galur-galur tersebut disarankan dapat diuji ulang dan selanjutnya digunakan sebagai tetua dalam persilangan sebagai upaya mencari varietas yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai DAFTAR PUSTAKA

46

Syahrir Pakki: Uji Ketahanan Galur/Calon Varietas Jagung Terhadap Penyakit Bulai

Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology 4th. Academic Press. New York and London. 627 Burhanuddin dan S. Pakki. 1999. Penampilan tanaman jagung akibat penyakit bulai pada tingkat umur yang berbeda. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan XI PEI, PFI Sul-Sel. Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Musel. H, 1980. Tolerance to disease. Dalam Plant Disease an Advanced treatice. Vol 5. p : 39-52 Academic Press, New York. Djabbar dan Talanca. 1999. Keadaan serangan penyakit bulai pada jagung dengan perbedaan waktu tanam. Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia dan Perhimpunan Entomologi Indonesia Komda Sul-Sel.

Wakman W. 2000. Downy mildew disease of maize in Indonesia. Problem, research and solving. Aper presented of the International Congres and Symposium on sourtheast Asian Agricultural Science (IC-SAAS). Bogor Agricultural University. 6-8 Novemper 2000.

Chang, S.W. 2002. Ralationships of host genotype to Bipolaris Leaf Blight Severitis and Yield Components of Adlay. APS (on-line) (://A:\Plant Disease Relation Host Genotype, diakses 1 November 2004) Pakki dan Jabbar. 1999. Keadaan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) dan bercak daun dari beberapa waktu tanam. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia dan Perhimpunan Entomologi Indonesia Komda SulSelatan. Pakki S, R. Iriany, dan MS. Pabbage. 2007. Resistensi galur-galur jagung hibrida dalam cekaman penyakit bulai (Perenosclerospora philipinensis). Laporan internal Kelti Hama dan Penyakit Tanaman. Balitsereal Maros. Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. (Food crop diseases in Indonesia). Gadjah Mada University Press. 449 p. Vanderplank. 1984. Disease Resistance in Plants Second Edition. Acaddemic Press. California America.

Wakman. W dan M.S. Kontong. 2000. Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung dengan varietas tahan dan aplikasi fungisida metalaksil. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 19 (2):38-42 Wakman, W, S. Rahamma, M.S. Kontong dan Firdausil. A.B. 2001. Varietas jagung unggul tahan penyakit bulai. Penelitian Pertanian Tanaman pangan. Yasin, HG, Rahman, A. dan Nuning A. Subekti. 2008. Penampilan Daya gabung Umum dan spesipik galur superior jagung bermutu protein tinggi. Makalh disampaikan pada seminar mingguan Balitsereal, tgl 15 Februari 2008 (Belum dipublikasikan)

47

You might also like