Professional Documents
Culture Documents
3 September
2017
ABSTRACT
Increased intracranial pressure is a state of neurological emergency caused by various
neurological injuries and is associated with poor outcomes, including brain ischemia and
even death. Rapid diagnosis, careful analysis of the pathophysiology involved, and
invasive monitoring and therapy are essential for the successful management of this
potentially hazardous condition. Invasive methods for diagnosis and monitoring have their
own risks. New techniques in non-invasive diagnoses and ICP elevated assessments can
improve morbidity and mortality, but need to be tested in large-scale clinical trials before
becoming standard therapy. Until now there have been few interventions showing the
efficacy of ICP reduction but not all have been shown to improve outcomes. The risks and
benefits of medical and surgical interventions should be carefully evaluated and the best
therapeutic options should be directed to each patient.
ICP monitoring is necessary to prevent the phase of compensation into the decompensation
phase. ICP monitoring can be done with the help of monitors, imaging, non-invasive
measurements (TCD), advanced monitoring with several modalities. With the monitoring
of ICT, the management will become more optimal. Management of ICP upgrading
includes general and specific management.
There are two methods of ICP monitoring that are invasive (direct) and non invasive
(indirect) methods. Non-invasive method (indirectly) performed monitoring of clinical
status, neuroimaging and neurosonology (Trancranial Doppler Ultrasonography / TCD).
While the invasive method (directly) can be done intraventrikular, intraparenkimal,
subarakhnoid / subdural, and epidural. Commonly used method is intraventricular and
intraparenkimal (microtransducer sensor) because it is more accurate but need attention
to the risk of bleeding and infection due to its installation. With ICP monitoring also
we can know the value of CPP, which is very important, which shows whether or not
perfusion is achieved by brain brain oxygenation.
ABSTRAK
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan sebuah keadaan emergensi neurologis yang
disebabkan oleh berbagai cedera neurologis dan berhubungan dengan outcome yang buruk,
termasuk iskemia otak dan bahkan kematian. Diagnosis cepat, analisis cermat terhadap
patofisiologi yang terlibat, dan pemantauan invasif serta terapi sangat penting untuk
keberhasilan penatalaksanaan kondisi yang berpotensi berbahaya ini. Metode-metode
invasif untuk diagnosis dan pemantauan memiliki risiko tersendiri. Teknik terbaru dalam
diagnosis non-invasif dan penilaian peningkatan TIK bisa memperbaiki angka morbiditas
dan mortalitas, tetapi perlu diuji dalam trial-trial klinis skala besar sebelum menjadi
standar terapi. Sampai sekarang ada sedikit intervensi yang menunjukkan efikasi
pengurangan TIK tetapi tidak semua telah terbukti memperbaiki outcome. Risiko dan
manfaat intervensi medis dan bedah harus dievaluasi secara cermat dan pilihan-pilihan
terapi terbaik harus diarahkan untuk setiap pasien.
Pemantauan TIK sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya fase kompensasi ke
fase dekompensasi. Pemantauan TIK dapat dilakukan dengan bantuan alat monitor,
pencitraan, pengukuran non invasif (TCD), monitoring lanjutan dengan beberapa
modalitas. Dengan adanya pemantauan TIK maka penatalaksanaan akan menjadi lebih
optimal. Penatalaksanaan peningkatan TIK meliputi tatalaksana umum dan khusus.
Ada dua metode pemantauan TIK yaitu metode invasif (secara langsung) dan non
invasive (tidak langsung). Metode non invasif (secara tidak langsung) dilakukan
pemantauan status klinis, neuroimaging dan neurosonology (Trancranial Doppler
Ultrasonography/TCD). Sedangkan metode invasif (secara langsung) dapat dilakukan
secara intraventrikular, intraparenkimal, subarakhnoid/subdural, dan epidural. Metode
yang umum dipakai yaitu intraventrikular dan intraparenkimal (microtransducer sensor)
karena lebih akurat namun perlu perhatian terhadap adanya risiko perdarahan dan infeksi
akibat pemasangannya. Dengan pemantauan TIK juga kita dapat mengetahui nilai CPP,
yang sangat penting, dimana menunjukkan tercapai atau tidaknya perfusi otak begitu juga
dengan oksigenasi otak.
Elevasi kepala dan mencegah terjadinya MJ, Neurophysiology & Anesthesia, in Clinical
Anesthesiologi. 4th ed. USA : 2006 )
obstruksi vena
Tujuan terapi peningkatan TIK ini
Peningkatan MAP (jika perlu)
adalah menjaga agar TIK < 20 mmHg dan
Pa CO2 30-35 mmHg, atau 25-30
menjaga agar CPP > 60 - 70 mmHg.
mmHG jika terdapat tanda-tanda
1,2,7
Penatalaksanaan umum
herniasi
Tujuannya adalah menghindari
Manitol 0,5 – 1,0 g/kg tiap 6 jam(jika
hipoksia (PaO2 < 60 mmHg) dengan
perlu) dan furosemid 20 mg(jika perlu)
mengoptimalkan oksigenasi(Saturasi O2
Ventrikulostomi untuk drainase LCS,
>94% atau PaO2 >80 mmHg) dan
jika memungkinkan
menghindari hipotensi (tekanan darah
Pemeberian obat sedasi dengan opiate,
sistol ≤ 90 mmHg). Beberapa hal yang
benzodiazepine dan/ atau propofol
berperan besar dalam menjaga agar TIK
Penyesuaian kadar PEEP
tidak meninggi antara lain adalah :
Mempertahankan normovolemia, awasi
1. Mengatur posisi kepala lebih tinggi
CVP
sekitar 30-45º, dengan tujuan
Penanganan agresif (pada pasien yang
memperbaiki venous return
gagal dengan penanganan konvensional
o 2. Mengusahakan tekanan darah yang
Induksi hipotermi pada 33-34 C
optimal, tekanan darah yang sangat
Supresi EEG maksimal dengan induksi
tinggi dapat menyebabkan edema
propofol atau barbiturate
serebral, sebaliknya tekanan darah
terlalu rendah akan mengakibatkan 8. Pasang kateter vena sentral untuk
iskemia otak dan akhirnya juga akan memasukkan terapi hiperosmolar atau
menyebabkan edema dan peningkatan vasoaktif jika diperlukan. MAP < 65
TIK. mmHg harus segera dikoreksi.
3. Mencegah dan mengatasi kejang 9. Atasi hipoksia
4. Menghilangkan rasa cemas, agitasi Kekurangan oksigen akan
dan nyeri menyebabkan terjadinya metabolisme
5. Menjaga suhu tubuh normal < 37,5ºC anaerob, sehingga akan terjadi
Kejang, gelisah, nyeri dan demam metabolisme tidak lengkap yang akan
akan menyebabkan menghasilkan asam laktat sebagai sisa
ketidakseimbangan antara suplai dan metabolisme. Peninggian asam laktat
kebutuhan akan substrat metabolisme. di otak akan menyebabkan terjadinya
Di satu sisi terjadi peningkatan asidosis laktat, selanjutnya akan
metabolisme serebral, di lain pihak terjadi edema otak dan peningkatan
suplai oksigen dan glukosa TIK.
berkurang, sehingga akan terjadi 10. Pertahankan kondisi normokarbia
kerusakan jaringan otak dan edema. (PaCO2 35 - 40 mmHg)
Hal ini pada akhirnya akan 11. Hindari beberapa hal yang
mengakibatkan peninggian TIK. menyebabkan peninggian tekanan
6. Koreksi kelainan metabolik dan abdominal seperti batuk, mengedan
elektrolit. dan penyedotan lendir pernafasan
Hiponatremia akan menyebabkan yang berlebihan.
penurunan osmolalitas plasma Penatalaksanaan khusus
sehingga akan terjadi edema 1. Mengurangi efek massa
sitotoksik, sedangkan hipernatremia Pada kasus tertentu seperti hematom
akan menyebabkan lisisnya sel-sel epidural, subdural maupun
neuron. perdarahan intraserebral spontan
7. Hindari kondisi hiperglikemia maupun traumatik serta tumor
maupun abses intrakranial tentunya
akan menyebabkan peninggian TIK dilakukan dalam hal ini yaitu :
dengan segala konsekuensinya. memasang kateter intraventrikel,
Sebagian dari kondisi tersebut lumbal punksi, atau memasang
memerlukan tindakan pembedahan kateter lumbal. Pemilihan metode
untuk mengurangi efek massa. yang dipakai tergantung dari
Kraniektomi dekompresi dapat penyebab hidrosefalus atau
dilakukan untuk peningkatan yang ada/tidaknya massa intrakranial.
refrakter terhadap terapi konservatif Pengaliran cairan serebrospinal
dan menunjukkan penurunan TIK dengan kateter lumbal dapat
mencapai 70%. dikerjakan apabila diyakini pada
2. Sedasi dan/atau paralisis bila pemeriksaan imaging tidak
diperlukan, misalnya pada pasien didapatkan massa intrakranial
agitasi, atau terjadinya peningkatan atau hidrosefalus obstruktif.
TIK karena manuver tertentu seperti Biasanya dipakai kateter silastik
memindahkan pasien ke meja CT 16 G pada intradura daerah
scan. Paralitik dapat digunakan untuk lumbal. Dengan kateter ini
menurunkan TIK refrakter, tetapi disamping dapat mengeluarkan
beresiko terjadinya myopati/neuropati cairan serebrospinal, dapat juga
1,5
dan dapat mengaburkan kejang. dipakai untuk mengukur TIK.
3. Mengurangi volume cairan Keuntungan lainnya adalah
serebrospinal teknik ini tidak terlalu sulit dan
Mengurangi cairan serebrospinal perawatan dapat dilakukan di luar
1,5
biasanya dilakukan apabila ICU.
didapatkan hidrosefalus sebagai 4. Mengoptimalkan CPP dengan
penyebab peningkatan TIK menambahkan vasopressor dan /atau
seperti halnya pada infeksi cairan isotonik jika CPP < 60 mmHg.
meningitis atau kriptokokkus. 5. Mengurangi volume darah
Ada tiga cara yang dapat 1,2
intravaskular
Hiperventilasi akan menyebabkan diameter vaskuler dibanding terhadap
alkalosis respiratorik akut, dan kapasitas oksigen, sehingga akan terjadi
perubahan pH sekitar pembuluh darah vasokonstriksi dan akan mengurangi CBV
ini akan menyebabkan vasokonstriksi dan TIK. Namun, bila hematokrit turun
dan tentunya akan mengurangi CBV dibawah 30% akan berakibat menurunnya
sehingga akan menurunkan TIK. Efek kapasitas oksigen. Hal ini justru akan
hiperventilasi akan terjadi sangat mengakibatkan vasodilatasi sehingga TIK
cepat dalam beberapa menit. akan meningkat. Dengan demikian
Tindakan hiperventilasi merupakan strategi yang sangat penting dalam
tindakan yang efektif dalam menjaga TIK adalah mencegah hematokrit
1,2,5
menangani krisis peningkatan TIK jangan sampai turun dibawah 30%.
namun akan menyebabkan iskemik 6. Terapi osmotik
serebral. Sehingga hal ini hanya Terapi osmotik menarik air ke ruang
dilakukan dalam keadaan emergensi intravaskuler, baik mannitol maupun
saja. Hiperventilasi dilakukan dalam salin hipertonik memiliki manfaat
jangka pendek hingga mencapai dalam menurunkan viskositas darah
PaCO2 25-30 mmHg. Penurunan dan menurunkan volume dan rigiditas
PaCO2 1 mmHg akan menurunkan sel darah merah.
CBF 3%. Efek hiperventilasi dapat a. Salin hipertonik : loading dose 30
menyebabkan vasokonstriksi dan ml salin 23% diberikan dalam 10-
peningkatan resiko iskemik jaringan 20 menit melalui CVC, dosis
sehingga tindakan ini hanya pemeliharaan adalah salin 3% 1
dilakukan untuk waktu yang mg/kg/jam dengan kadar Na
1,5
singkat. serum 150-155 mEq/jam. Na
Hemodilusi dan anemia mempunyai harus diperiksa tiap 6 jam.
efek yang menguntungkan terhadap CBF Pemasukan salin hipertonik ini
dan penyampaian oksigen serebral. berkaitan dengan edema. Salin
Hematokrit sekitar 30% (viskositas darah hipertonik dihentikan setelah 72
yang rendah) akan lebih berefek terhadap
jam untuk mencegah terjadinya Namun, ada beberapa hal yang
8,9
edema rebound. harus diperhatikan dalam pemakaian
b. Mannitol 20% (dosis 0,25-1 gr/kg) mannitol yaitu sebagai berikut :
: Loading dose 1gr/kg BB, diikuti i. Mannitol membuka sawar darah otak,
dengan dosis pemeliharaan 0,5 dan mannitol yang melintasi sawar
gr/kg BB tiap 4-6 jam dengan darah otak ke sistem saraf pusat dapat
kadar osmolaritas serum 300-320 memperburuk edema otak. Jadi
mOsm. Osmolalitas serum penggunaan mannitol harus
diperiksa tiap 6 jam. Waktu paruh diturunkan perlahan (tapering) untuk
mannitol adalah 0,16 jam. Efikasi mencegah rebound TIK.
terlihat dalam 15-30 menit, dan ii. Pemberian bolus yang berlebihan
durasi efek adalah 90 menit dapat menyebabkan hipertensi dan
10
hingga 6 jam. jika autoregulasi terganggu maka
Mekanisme mannitol memberikan akan meningkatkan CBF dimana
efek yang menguntungkan dalam terapi dapat mencetuskan herniasi daripada
ini masih kontroversial, tetapi mungkin mencegahnya.
15
meliputi kombinasi berikut : iii. Mannitol dosis tinggi beresiko untuk
1. Menurunkan TIK : terjadinya gagal ginjal akut
a. Ekspansi plasma segera : khususnya pada osmolaritas serum >
menurunkan hematokrit dan 320 mOsm/L, penggunaan obat-
viskositas darah dimana akan obatan nefrotoksik lainnya, sepsis,
meningkatkan CBF dan O2 adanya penyakit ginjal sebelumnya.
delivery. Ini akan menurunkan TIK
dalam beberapa menit. Tabel 4. Langkah untuk terapi krisis
PROGNOSIS intrakaranial.
Prognosis pasien dengan
peningkatan TIK sangat berhubungan
dengan tingkat keparahan dari patofisologi DAFTAR PUSTAKA
yang mendasari, efikasi manajemen, dan 1. Wolfe TJ, Torbey MT. Management of
menunjukkan suatu kondisi irreversibel 2. Mayer SA, Chong JY. Critical care
KESIMPULAN 2002;17:55-67.
baik dengan cara invasive maupun non Care. Saunders Elsevier. Philadelphia.
2008; 26-30.
invasive, kemudian dengan pengelolaan
4. Sadoughil A, Rybinnik I,Cohen R. 10. Cooper DJ, Rossenfeld JV, Murray
Measurement and management of L, et al. Decompressive craniectomy
Increased intracranial pressure. Crit in diffuse traumatic brain injury. N
Care Med 2013;6(Suppl 1:M4):56-65. Engl J Med 2011;364(16):1493-502.
5. Nakagawa K, Smith WS. Evaluation 11. Sorani MD, Manley GT. Dose-
and management of increased response relationship of mannitol
intracranial pressure. Continuum and intracranial pressure: a
Lifelong Learning Neurol metaanalysis. J Neurosurg
2011;17(5):1077-93. 2008;108:80-87.
6. Dubourg J, Javaohey E, Geeraerts T, 12. Arifin MZ, Risdianto A.
Messerer M, Kassai B. Perbandingan efektivitas natrium
Ultrasonography of optic nerve sheath laktat dengan manitol untuk
diameter for detection of raised menurunkan tekanan intracranial
intracranial pressure: a systemic review penderita cedera kepala berat. MKB
and meta-analysis. Intensive Care Med 2012;44(1):26-30.
2011;37:1059-1068. 13. Polderman KH. Induced
7. Latorre JG, Greer DM. Management of hypothermia and fever control for
acute intracranial hypertension: a prevention and treatment of
review. Neurologist 2009;15(4):193- neurological injuries. Lancet
207. 2008;371:1955-69
8. Ropper AH. Hyperosmolar therapy for
raised intracranial pressure. N Engl J
Med 2012;367(8):746-51.
9. Kamel H, Navi BB, Nakagawa K, et al.
Hypertonic saline versus mannitol for
the treatment of elevated iintracranial
pressure: a meta-analysis of
randomized clinical trials. Crit Care
Med 2011;39(3):554-57.