You are on page 1of 87

TO KNOW THE UNKNOWN

Oleh MOH. ARIS ASARI, S.Pd

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA SMK NEGERI 1 CIREBON 2011
Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

FOREWORD

This book was adapted and compiled from several books Refrigeration and Air Conditioning Techniques and based on the analysis and the author alone. This book is not suitable for practitioners because the authors put forward only in theory than practice. Thats why this titled "to Know the Unknown", just for who does not know and only contains the basic of refrigeration systems and control systems. I try to make it simple and useful for the student of Vocational School. Honor and respect author given to: 1. The whole book author Refrigeration and Air Conditioning Techniques that have provided inspiration and reference for writers, especially ASHRAE, Dossat, Karaghpur, Stoecker, etc. youre the inspiration. 2. All companies that have provided all catalog that very useful for writers, especially Trane, mc Quay Int., Carrier, Grasso Int., Etc. 3. Wife and the Gazza son..I will say never say never for you. 4. All of the teacher of Refrigeration and Air Conditioning Technical Skill Program SMKN 1 Cirebon, we have to move even though it's a crawl so no one can bringing us down. 5. All the free website, especially to www.scribd.com, Asosiasi Pendingin Indonesia Facebook Group, best regard for all of you. 6. All the student of Refrigeration and Air Conditioning Technical Skill Program SMKN 1 Cirebon, this book is only and especially for all of you and I hope this book is useful for you. Finally, Im not accepted criticism and suggestions from the reader, but I waiting for your action and your work for the improvement and perfection of this book. Yours trully

mr. Gazza

DAFTAR ISI

CHAPTER ONE

PRESSURE, WORK, POWER, ENERGY


1.1 Pressure

Pressure (tekanan) adalah gaya yang diberikan pada per unit area. Bisa juga dijelaskan bahwa pressure adalah ukuran intensitas gaya yang diberikan pada suatu titik permukaan. Persamaannya adalah sebagai berikut : p= Dimana F A tekanan dalam F per satuan A (A-1)

p =

F =tatal gaya dalam satuan gaya A =total area dalam satuan area Dalam persamaan A-1 diatas, tekanan ditetapkan dengan satuan gaya per unit area, atau bisa juga disebut pounds per square inch (psi).

1.2 Atmospheric Pressure (tekanan atmosfer)

Selama udara memiliki massa dan ada aksi dari gravitasi bumi maka akan muncul Atmospheric Pressure atau tekanan atmosfer. Ukuran 1 atm atau 1 atmosphere adalah 14,7 psi, dimana 1 in2 kolom suatu udara berada pada gaya gravitasi bumi pada ketinggian permukaan air laut sebesar 14,7 pounds (lb). Namun Atmospheric Pressure tidaklah selalu konstan, bisa bervariasi bergantung temperatur, kelembapan, dan kondisi lainnya. Selain itu juga bervariasi pada posisi ketinggiannya.

1.3 Barometer Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer. Barometer yang sederhana biasanya menggunakan air raksa dalam gelas tabung beserta mistar dalam satuan inchi. Telah kita ketahui bahwa

tekanan normal atmosfer pada ketinggian permukaan air laut adalah 14,7 psi, sedangkan dalam pengukuran barometer menunjukkan kenaikan air raksa setinggi 29,92 inchi, sehingga didapat hubungan : In. Hg= Psi = (psi/0,491) (in.Hg) (0,491)

1.4 Pressure Gages

Pressure gages adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Pada sistem refrigerasi, prinsip pressure gages yang sering digunakan biasanya bertipe manometer dan bourdon tube. A.4-1 Manometer Gage bertipe manometer menggunakan tabung liquid yang digunakan untuk mengukur tekanan, tinggi dari tabung mengindikasikan magnitude dari tekanan. Liquid yang digunakan pada manometer biasanya berisi air raksa.

Fig. 2 Jenis-jenis manometer 1.4-2 Bourdon Tube Gages Bourdon tube gages banyak digunakan secara meluas untuk mengukur tekanan tinggi pada sistem refrigerasi. Bourdon tube gages bisa mengukur tekanan di atas ataupun di bawah tekanan atmosfer. Berikut beberapa tipe nya : a. Pressure gages digunakan untuk membaca tekanan di atas tekanan atmosfer yang menggunakan satuan psi. b. Vacuum Gage digunakan untuk membaca tekanan di bawah tekanan atmosfer yang biasanya menggunakan satuan in.Hg. c. Compound gage digunakan untuk mengukur tekanan di bawah ataupun di atas tekanan atmosfer, dimana untuk tekanan di atas tekanan atmosfer menggunakan satuan psi dan dibawah tekanan atmosfer menggunakan satuan in.Hg.

Fig. 3 (a) Pressure gage, (b) Vacuum Gage, (c) Compound gage

1.5 Absolute dan Gage Pressure (tekanan absolute dan tekanan gage) Absolute pressure bisa dikatakan sebagai tekanan total atau tekanan sebenarnya dari fluida. Sedangkan gage pressure adalah tekanan fluida yang ditunjukkan oleh alat ukur (gage). Perlu kita pahami bahwa gage pressure akan mengindikasikan nol pada tekanan atmosfer. Sehingga absolute pressure adalah jumlah dari tekanan atmosfer dengan gage pressure. Jadi bias disimpulkan, Absolute pressure = gage pressure + tekanan atmosfer

= gage pressure + 14,7 psi

A.6 Work Kerja mekanik terjadi jika suatu gaya membuat suatu benda bergerak dari posisi awalnya. Jadi bisa diambil suatu persamaan : w Dimana = (F)(s)

w =kerja dalam satuan foot-pounds (ft-lb) F =gaya dalam pounds S =jarak dalam feet

1.7 Power Power adalah laju waktu dalam kerja. Satuan untuk power mekanik adalah horsepower (hp). Satu horsepower bisa didefenisikan sebagai kerja dengan laju 33000 ft-lb/min atau 550 ft-lb/s. Power yang dibutuhkan dalam horsepower bisa dihitung dengan menggunakan persamaan :

P= Dimana

w (33000)(t )

(A-2)

P =power dalam horsepower w =kerja dalam foot-pounds t =waktu dalam menit

atau juga bisa gunakan persamaan, P= w (550)(t )

t =waktu dalam detik

1.9 Energy Energi dideskripsikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi dibutuhkan untuk melakukan kerja dan suatu benda memiliki energi jika benda tersebut mampu melakukan sejumlah pekerjaan. Jumlah energi yang tersedia akan sama dengan jumlah kerja yang dilakukan. Begitu juga dengan jumlah energi pada suatu benda, akan selalu sama dengan kerja yang bisa benda tersebut lakukan. Seperti kerja, energi mekanik memiliki satuan foot-pounds. a. Energi kinetik Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat gerak atau kecepatannya. Contohnya adalah benda yang jatuh, aliran fluida dan lain-lain. Jumlah dari energi kinetik yang dimiliki oleh suatu benda bisa dihitung dengan persamaan : Ek = (m)(v 2 ) (2)( g c )

dimana : Ek m v gc = energi kinetik dalam foot-pounds (ft-lb) = massa dalam pounds (lb) = kecepatan dalam feet/second (fps) = percepatan gravitasi (32,174 ft/s2)

b. Energi potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat posisi dan konfigurasi nya. Contoh akibat posisinya adalah bendungan air, sedangkan akibat konfigurasinya antara lain pegas dan karet yang diregangkan. Untuk mencari energi potesial, dapat menggunakan persamaan : E p = (m)( z ) EP m z = Energi potensial dalam foot-pounds (ft-lb) = massa dalam pounds (lb) = jarak dalam feet (ft)

1.10 Total External Energy Total External Energy yang dikandung benda adalah jumlah keseluruhan antara energi kinetik dengan energi potensial. Total Energi= EP + EP (ft-lb)

CHAPTER TWO MATTER, HEAT, TEMPERATURE


2-1. Heat (Panas) Panas adalah suatu bentuk dari energi. Secara thermodinamika, panas bisa didefinisikan sebagai perpindahan suatu energi dari suatu benda ke benda lainnya yang menghasilkan perbedaan temperatur di antara ke dua benda tersebut. Sedangkan semua perpindahan energi yang terjadi adalah kerja (Work).

2-2. Matter and Molecules (Unsur dan Molekul) Segala yang memiliki massa dan menempati ruang (unsur) terdiri atas molekul. Molekul adalah partikel terkecil yang stabil dari suatu unsur yang masih bisa dibagi lagi dan masih memiliki sifat seperti substan asalnya.

2-3. States of Matter (Wujud suatu unsur)

Unsur bisa berada pada tiga bentuk fasa atau keadaan, yaitu : solid (padat), liquid (cair) ataupun gas (uap).

2-4. Efek panas pada wujud unsur Banyak unsur, dibawah kondisi tekanan dan temperatur yang diinginkan, bisa berwujud tiga fasa. Jumlah energi pada molekul dari unsur tidak hanya bisa dilihat dengan temperatur dari unsur tapi juga dari tiga fasa unsur tersebut. Dengan kata lain, penambahan atau pengurangan energi akan membawa perubahan dalam bentuk fasa dari unsur seperti hal nya perubahan temperatur pada unsur tersebut. Contohnya adalah pada saat kita melebur logam yang akan mengubah temperatur dan fasa logam tersebut.

2-5. The Solid Phase (fasa padat) Suatu unsur yang berfasa solid (padat) memiliki jumlah energi potensial internal yang relatif berjumlah kecil. Molekul pada fasa memiliki jarak antar molekul yang sangat rapat dan memiliki struktur molecular yang rigid jadi gerak antar molekul dibatasi, ukuran dan bentuk pun tetap, serta tidak bisa dikompresikan.

2-6. The Liquid Phase (fasa cair) Molekul pada unsur yang berfasa liquid memiliki energi lebih tinggi dibanding unsur yang berfasa solid, karena jarak antar molekul tidak terlalu dekat yang mengakibatkan pergerakan antar molekul lebih bebas. Namun liquid secara praktis tidak bisa dikompresikan akibat struktur molekulnya.

2-7. The Vapor or Gaseous Phase (fasa uap/gas) Molekul pada unsur yang berfasa gas memiliki jumlah energi yang paling besar dibanding fasa unsur lainnya. Gas memiliki energi yang cukup untuk menahan semua gaya. Keterikatan antar molekul gas tidak terlalu kuat, selain itu gas juga tidak terlalu terpengaruh oleh gaya gravitasi sehingga molekulnya bisa terbang pada kecepatan yang tinggi.

2-8 Temperatur

Temperatur adalah bagian unsur. Temperatur adalah ukuran tingkatan tekanan panas pada benda. Temperatur tinggi mengindikasikan tingginya tingkat tekanan panas, dan benda tersebut pun menjadi panas. Temperatur rendah mengindikasikan rendahnya tingkat tekanan panas, dan benda tersebut pun menjadi dingin. Dari beberapa penjelasan di atas, maka temperatur merupakan salah satu bentuk energi kinetik internal.

2-9 Thermometer

Instrumen yang banyak digunakan untuk mengukur temperatur diantaranya adalah thermometer. Alkohol dan mercury (air raksa) merupakan cairan yang paling sering digunakan untuk mengisi thermometer. Thermometer yang menggunakan mercury lebih akurat di bandingkan yang menggunakan alcohol karena lebih konstan untuk jangkauan temperatur yang lebih tinggi. Namun thermometer mercury lebih mahal dan lebih sulit untuk dilihat skala ukurannya, tidak seperti thermometer alkohol yang lebih murah dan mudah untuk diwarnai cairannya sehingga mudah untuk melihatnya. Skala temperatur yang banyak digunakan adalah skala Celcius dan Fahrenheit. Titik dimana air membeku di bawah standar tekanan barometric adalah nol skala Celcius, sedangkan titik didih air di bawah standar tekanan barometric adalah 100. Jarak-jarak antara dua poin ini disebut degrees (derajat). Fahrenheit merupkan skala temperatur yang pertama kali digunakan. pada skala Fahrenheit, titik dimana air membeku adalah 32 sedangkan untuk titik didih air adalah 212. Konversi antara dua skala ini bisa dilihat di bawah,

9 F = C + 32 5 5 C = ( F 32) 9 Pembacaan temperatur yang diambil dari skala Fahrenheit dan Celcius berdasarkan titik nol nya akan terlihat tidaklah sama. Ketika kita hanya ingin mengetahui temperatur yang terjadi pada suatu proses atau ke suatu substan, maka penggunaan pembacaan menggunakan dua skala di atas bisa digunakan. Namun, ketika hasil pembacaan temperatur diaplikasikan ke persamaan dengan hukum fundamental tertentu, perlu untuk menggunakan titik referensi yang benar yaitu temperatur absolute zero. Dari hasil eksperimen, diketahui absolute zero adalah sekitar -460F atau -273C. Temperatur pada skala Fahrenheit bisa di konversikan ke temperatur absolute dengan menambahkan 460 ke pembacaan skala Fahrenheit. Maka hasilnya adalah derajat Rankine (R). Sedangkan temperatur pada skala Celcius bisa di konversikan ke temperatur absolute dengan menambahkan 273 ke pembacaan skala Celcius. Maka hasilnya adalah derajat Kelvin (K). Maka bisa bisa ditarik hubungan sebagai berikut; R = F + 460 F = R 460 K = C + 273 C = K 273

2-10 Methods of Heat Transfer (Metode perpindahan panas) Transfer energi, dalam ini panas, terjadi dalam tiga jalan, yaitu (a) conduction, (b) convection, dan (c) radiation. a. Conduction (Konduksi) Heat transfer dengan jalan konduksi terjadi jika energi berpindah dengan cara kontak langsung antar molekul dalam satu benda ataupun dari antar molekul dari dua benda. Contohnya adalah ketika kita memanaskan ujung besi, maka panas akan menyebar rata ke semua bagian besi tersebut. b. Convection (Konveksi)

Heat transfer dengan jalan konveksi terjadi jika panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara langsung dengan media fluida. Contohnya ketika kita memanaskan air. c. Radiation (Radiasi) Heat transfer dengan jalan radiasi terjadi jika suatu bentuk gelombang yang serupa dengan gelombang cahaya yang memiliki energi berpindah dari satu benda ke benda lain tanpa memerlukan suatu media penghantar. Contohnya adalah panas matahari yang diterima oleh bumi dengan jalan radiasi.

2-11 Sensible Heat and Latent Heat (Panas sensibel dan panas laten) Energi panas yang berpindah dari atau ke suatu substan akan membawa suatu perubahan fasa dari substan tersebut ataupun perubahan temperatur. Energi panas yang menyebabkan atau diikuti perubahan temperatur dari substan disebut sensible heat (panas sensible). Sedangkan energi panas yang menyebabkan atau diikuti perubahan fasa dari substan disebut latent heat (panas latent).

CHAPTER THREE IDEAL GAS PROCESSES

Suatu gas dikatakan mengalami suatu proses, ketika gas tersebut mengalami suatu bentuk awal atau kondisi awal ke suatu bentuk atau kondisi akhir. Perubahan kondisi suatu gas mungkin terjadi dalam beberapa proses, namun hanya 5 proses yang penulis akan kita bahas. Yaitu (1) proses tekanan konstan (isobaric), (2) proses volume konstan (isometric), (3) proses temperatur konstan (isothermal), (4) proses adiabatic dan (5) proses polytropic.

3.1 Proses tekanan konstan (isobaric)

fig. 3-1 Proses tekanan konstan

Jika temperatur dari suatu gas naik akibat dari penambahan panas, maka gas akan mengambang dengan tekanan yang konstan namun akan menaikkan volume gas tersebut (Charles Law pada fig 3-1). Selama volume gas naik ketika proses berlangsung, kerja telah dilakukan oleh gas pada saat yang sama sehingga akan menaikkan energi internalnya.

3.2 Proses volume konstan (isometric)

Fig 3-2. Proses volume konstan

Ketika suatu gas di panaskan dalam suatu ruang tertutup dimana tidak akan terjadi perubahan volume, maka yang akan berubah adalah tekanan dan temperatur nya (Charles Law, fig 3-2). Ketika gas didinginkan (panasnya dibuang), volume dari gas tersebut akan konstan namun akan mengurangi energi kinetik internal dari gas.

3.3 Proses temperatur konstan (isothermal) Berdasarkan hukum Boyle, ketika gas dikompresikan atau diekspansikan pada temperatur yang konstan, maka besarnya tekanan akan bertolak belakang dengan volume gas tersebut. Jadi tekanan gas akan naik ketika dikompresikan dan tekanan gas akan turun ketika diekspansikan. Ketika gas diekspansikan, jika temperatur dalam proses tersebut konstan, maka proses kerja akan membutuhkan energi yang diambil dari sumber di luar proses. Namun selama temperatur gas konstan, jumlah energi yang masuk selama proses berlangsung akan hilang ketika gas melakukan kerja. Jadi tidak ada energi yang disimpan meskipun energi internal gas naik. Ketika gas dikompresikan, proses kerja berlangsung pada gas, jika gas tidak didinginkan selama proses kompresi maka energi internal gas akan naik sebanding dengan kerja kompresinya. Sehingga jika gas dijaga temperatur nya agar konstan selama proses kompresi, maka konsekuensinya sejumlah gas harus dibuang ke luar proses sebesar jumlah panas akibat kerja yang dilakukan gas selama proses kompresi.

3.4 Proses adiabatik (adiabatic) Proses adiabatik adalah dimana gas dalam hal ini kita asumsikan berubah kondisinya namun tanpa diserta perpindahan panas dari ataupun ke lingkungan sekitar selama proses berlangsung. Lebih lanjut, tekanan, volume dan temperatur dari gas akan berubah selama proses berlangsung. Pengekspansian gas pada proses adiabatik Selama proses berlangsung, tidak ada panas yang dimasukan kedalam sistem yang berasal dari sumber energi lain, jadi gas harus melakukan kerja eksternal dengan menggunakan energi sendiri. Pada proses ekspansi adiabatik, akan selalu terjadi penurunan temperatur dikarenakan energi internal gas akan digunakan untuk melakukan kerja. Pengkompresian gas pada proses adiabatik

CHAPTER FOUR REFRIGERATION PROCESS


4. Sistem Refrigerasi

Komponen Utama : 1. Discharge line 2. Condenser 3. Liquid Receiver Tank 4. Filter drier 5. Sight glass 6. TXV 7. Evaporator 8. Suction line 9. Liquid separator

Siklus refrigerasi Kompresi Uap

Berikut ini penjelasan dari komponen-komponen di atas. 4.1. Discharge Line

Discharge line merupakan pipa penghubung antara out put compressor dengan input kondenser. Tekanan dan temperatur refrigeran pada pipa ini sangat tinggi dengan fasa refrigeran gas, karena itu sering disebut juga hot gas line.

Untuk kompresor dengan kapasitas besar biasanya dilengkapi dengan pipa flexibel dan oil separator.

Pipa Discahrge, Flexible pipe dan Oil Separator 4.2. Discharge Line

1. 2. 3.

Kondenser adalah tempat pertukaran panas antara refrigeran dengan media pendingin, dimana refrigeran didinginkan oleh media pendingin sehingga fasanya berubah dari uap menjadi cair namun masih bertekanan dan bertemperatur tinggi. Kondenser dibedakan menjadi 3 tipe berdasarkan media pendinginnya, yaitu : Air Cooled Condenser (ACC) Water Cooled Condenser (WCC) Evaporative Cooled Condenser (ECC)

4.3.

Liquid Receiver Tank

Liquid Receiver Tank adalah tempat penampungan sementara refrigeran yang akan masuk menuju filter drier dengan maksud untuk mencegah refrigeran uap mengalir ke filter drier dan membiarkan refrigeran cair masuk ke filter drier.

4.4 . Filter drier Fungsi utama dari filter drier adalah untuk menyerap uap air dan memisahkan kotoran dan serpihan metal agar tidak masuk ke refrigerant flow control, karena uap air yang masuk ke refrigerant flow control akan membeku dan menyumbat aliran refrigeran. Uap air juga dapat meyebabkan lumpur dan asam jika bercampur dengan oli kompresor. Bagian dalam dari filter drier terdapat dessicant yang berfungsi untuk menyerap uap air.

4.5 . Sight glass Sight glass berfungsi untuk melihat apakah suatu sistem tersebut normal atau tidak dengan melihat keadaan refrigeran yang melewati sisi liquid line Indikator sight glass sbb :

4.6 . Rerigerant Flow Kontrol Rerigerant Flow Kontrol atau alat pengatur aliran refrigeran adalah alat yang berfungsi untuk mengatur banyaknya refrigeran yang akan masuk ke dalam evaporator. Selain itu fungsi lainnya adalah untuk menurunkan tekanan refrigeran, dari tekanan kondenser menjadi tekanan evaporator. Terdapat beberapa tipe, yaitu : 1. Capillary Tube 3. Automatic Expansion Valve 5. Orrifice 2. Thermostatic Expansion Valve 4. Thermostatic Expansion Valve 6. Dsb.

Thermostatic Expansion Valve

Electronic Expansion Valve Capillary Tube 4.7 . Evaporator Fungsi dari evaporator adalah tempat untuk menyerap panas produk oleh refrigeran. Akibat refrigeran mendapatkan panas dari produk, maka refrigeran yang tadinya ketika masuk berfasa cair maka ketika keluar evaporator sudah harus berfasa uap. Terdapat 3 tipe evaporator untuk mesin pendingin skala kecil, yaitu : 1. Roll Bond/Plate surface Evaporator 2. Bare Evaporator/Wire Tube Evaporator 3. Tube and fin evaporator

Roll Bond dan Fin and tube Evaporator 4.8 . Suction Line Suction line merupakan pipa penghubung antara out let evaporator dengan inlet accumulator ataupun langsung dengan kompresor. Tekanan dan temperatur refrigeran pada pipa ini rendah dengan fasa refrigeran gas. Biasanya pipa suction dibungkus dengan insulasi thermal berupa vinyl foam untuk mencegah kenaikan temperatur superheat.

Suction Line

Liquid Separator

Oil Separator

Discahrge Line

Pemipaan pada kompresor Open Type

4.9 . Liquid Separator/Accumulator Accumulator atau Liquid Separator berfungsi untuk menampung sementara refrigeran yang keluar dari evaporator sehingga yang masuk ke dalam kompresor adalah refrigeran uap sedangkan yang masih berwujud liquid akan tetap berada di accumulator.

4.10. Compressor Kompresor adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menaikkan tekanan dan temperatur refrigeran yang berfasa gas sampai di atas temperatur kondenser.

Selain itu kompresor juga berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant ke seluruh komponen refrigerasi lainnya. Yang bisa dikompresikan oleh kompresor hanyalah gas, sehingga jika ada refrigeran cair yang masuk ke dalam silinder kompresor maka dapat mengakibat kerusakan pada kompresor.

Hermetic, semi hermetic dan open type compressor

CHAPTER FIVE JENIS DAN TIPE KOMPRESOR


5.1 Fungsi Kompresor Kompresor adalah jantung dari sistem refrigerasi, dengan kata lain kompresor merupakan merupakan komponen yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran ke semua komponen refrigerasi. Kompresor didesain dan dirancang agar dapat memberikan pelayanan dalam jangka panjang walaupun digunakan secara terus menerus dalam sistem refrigerasi kompresi gas. Untuk dapat melakukan performa seperti yang diharapkan maka kompresor harus bekerja sesuai kondisi yang diharapkan, terutama kondisi temperatur dan tekanan refrigeran pada saat masuk dan meninggalkan katup kompresor. Kompresor juga berfungsi untuk memastikan bahwa temperatur gas refrigeran yang disalurkan ke kondenser harus lebih tinggi dari temperatur condensing medium. Bila temperatur gas refrigeran lebih tinggi dari temperatur condensing medium ( udara atau air) maka energi panas yang dikandung refrigeran dapat

dipindahkan ke condensing medium. Akibatnya temperatur refrigeran dapat diturunkan walaupun tekanannya tetap. Oleh karena itu kompresor harus dapat mengubah kondisi gas refrigeran yang bertemperatur rendah dari evaporator menjadi gas yang bertemperatur tinggi pada saat meninggalkan saluran discharge kompresor. Tingkat temperatur yang harus dicapai tergantung pada jenis refrigeran dan temperatur lingkungannya. 5.2 Jenis-jenis kompresor Pada sistem refrigerasi kompresi uap, terdapat beberapa macam kompresor yang sering dipakai untuk mengkompresikan uap refrigeran. Semua jenis kompresor, semuanya memiliki keuntungan atau keunggulan dari masing-masing jenis tersebut. Dari kesemua jenis kompresor, pemilihan kompresor bergantung pada kapasitas penggunaan sistem refrigerasi dan penggunaan refrigeran pada sistem refrigerasi tersebut.

5.1.1 Jenis Kompresor berdasarkan Tipe Dilihat dari tipe kompresor, maka kompresor dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu o Kompresor Open-Type

Suction Opening

Discharge Opening Crank Case

Seal Crank shaft

Crank shaft

Compressor Housing Gambar 1.2 Open-Type Compressor

Kompresor ini disebut juga kompresor tipe terbuka karena antara penggerak eksternal dengan bagian pengkompresinya tidak satu rumah (tidak bersatu), sehingga diperlukan belt/flexible coupling sebagai penyambung penggerak ke compressor shaft. Penggerak eksternal bisa menggunakan motor listrik, turbin ataupun engine. Perlu digunakannya seal untuk mencegah kebocoran yang sering terjadi pada poros yang keluar dari housing kompresor jika tekanan didalam crankcase lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer. Pendingin motor menggunakan udara luar sehingga perlu adanya ventilasi untuk membuang panas dari motor.

Plus And Minus (+) 1. Memudahkan penggantian motor tanpa membongkar sistem refrigerasi. 2. Motor penggerak bisa menggunakan turbin, diesel dan penggerak lain tanpa bergantung aliran tenaga dari PLN. (-) 1. Konstruksi lebih besar dan lebih mahal. 2. Sering terjadi kebocoran refrigeran pada seal crank shaft yang keluar. Kompresor Hermetic-Type Kompresor hermetic adalah kompresor yang motor penggeraknya dipatenkan berada satu rumah dengan housing kompresornya, sehingga tidak diperlukan shaft coupling. Panas motor didinginkan melalui refrigeran dari suction line dan oli kompresor. o Plus And Minus (+) 1. Harga murah. 2. Noise level rendah. (-) 1. Ketika motor terbakar, maka jarang diservice biasanya langsung diganti. 2. Level oli sulit dilihat.

Gambar 1.3. Hermetic-Type Compressor o Kompresor Semi Hermetic-Type Crank Case Piston Cylinder Discharge Opening Connecting Rod Crank Shaft

Suction Opening

Stator Winding Rotor Housing Compressor Gambar 1.4. Semihermetic-Type Compressor

Oil Filter Oil Reservoir

Kompresor semihermetic adalah kompresor yang motor penggeraknya berada satu rumah dengan housing kompresornya serta didinginkan oleh refrigeran. Arti semihermetic disini, seal pada housing compressor didesain supaya bisa dibuka untuk perbaikan dan overhaul kompresor atau motornya. Sama halnya dengan kompresor hermetic, panas motor didinginkan melalui refrigeran dari suction line, refrigeran dari injeksi liquid line dan oli kompresor. Plus And Minus (+) 1. Memudahkan penggantian motor karena seal antara motor dan kompresor yang bisa dibuka. 2. Harga lebih ekonomis dibandingkan kompresor tipe open. (-) 1. Ketika terjadi kerusakan mekanis, maka semua sistem harus dibersihkan. 2. Ketika terjadi pecah katup akibat liquid suction biasanya disertai motor terbakar akibat serpihan logam masuk ke dalam motor. 5.1.2 Jenis Kompresor berdasarkan Konstruksi A. Kompresor Reciprocating (Torak)

Gambar 1.5. Reciprocating Compressor Sesuai dengan namanya, kompresor ini menggunakan torak atau piston yang diletakkan di dalam silinder. Piston dapat bergerak bebas turun naik untuk menimbulkan efek penurunan volume gas yang berada di bagian atas piston. Di bagian atas silinder diletakkan katup yang dapat membuka dan menutup karena mendapat tekanan dari gas. Kebanyakan unit kompresor reciprocating memiliki lebih dari satu piston-silinder yang berada pada satu crankshaft. Refrigeran yang paling banyak digunakan untuk kompresor reciprocating diantaranya refrigeran 12, refrigeran 22, refrigeran 500, refrigeran 502 dan refrigeran 717 (Ammonia). Motor pada kompresor reciprocating didinginkan melalui gas refrigeran dari suction lain.

Berikut ini proses kompresi pada kompresor reciprocating!

Piston berada pada titik mati atas, akibat tidak ada aktivitas piston, maka semua katup tertutup dan ruang silinder belum terisi refrigeran. Refrigeran masih terkumpul didalam suction opening.

Disebut proses intake, piston mulai Piston berada pada titik mati bergerak ke bawah akibat putaran bawah, dimana ruang silinder crank shaft. sudah dipenuhi oleh uap refrigeran. Gerakan piston ke bawah akan membuat tekanan di dalam silinder Karena tekanan dalam silinder vacum, akibat tekanan di suction dan suction sebanding maka opening lebih besar dibanding pegas pada katup suction akan tekanan di dalam silinder maka mengembang sehingga katup suction akan membuka dan menutup katup suction membuat gas refrigeran memasuki ruang silinder.

Disebut proses kompresi, karena piston akan bergerak ke atas dan mengkompresikan refrigeran sehingga refrigeran keluar dari katup discharge dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Katup discharge membuka akibat tekanan refrigeran lebih besar dibanding tekanan pegas pada katup discharge, katup suction menutup akibat katup suction terdorong tekanan refrigeran, sehingga refrigeran keluar menuju discharge line.

B.

Kompresor Rotary-Centrifugal Discharge port Discharge line Volute Diffuser

Impeller Inlet Guide Vane

Rotor

Suction Port Suction Line

Gambar 1.6. Rotary-Centrifugal Compressor Kompresi pada kompresor sentrifugal menggunakan prinsip kompresi dinamik, dengan melibatkan perubahan energi untuk menaikkan tekanan dan temperatur refrigeran. Proses kompresi pada kompresor sentrifugal mengubah energi kinetik (kecepatan) menjadi energi statik (tekanan).. Pada kompresor sentrifugal penambahan tekanan gas dilakukan dengan memutar impeller. Impeller mempunyai sudu-sudu (blade). Akibat berputarnya impeller ini maka gas yang masuk melalului sisi inlet akan menerima gaya sentrifugal, dengan bentuk sudu dan keluar dari sekeliling impeller. Setelah gas tersebut keluar dari impeller maka gas yang sudah mempunyai tekanan tersebut akan mengalir melalui diffuser dan volute. Pada diffuser dan Volute ini kecepatan gas dikurangi dan akibatnya tekanan gas akan bertambah besar. Gas yang sudah mempunyai tekanan tinggi dialirkan melalui keluar (discharge line). Kalau tekanan yang keluar dari kompresor kurang besar seperti untuk mendapatkan gas dengan tekanan yang tinggi maka dipakai multy-stage centrifugal compressor, seperti gambar. Pada kompresor multy-stage (bertingkat) centrifugal compressor ini gas dari impeller pertama setelah melalui diffuser akan mengalir ke impeller berikutnya. Untuk diperbesar tekanannya. Jadi pada setiap impeller gas akan memperoleh tambahan tekanan. Makin banyak impeller maka makin besar tekanan didapatkan. Setiap tingkat (stage ) mempunyai sebuah impeller dan diffuser.

Gambar 1.7. Impeller blade, passage, diffuser passage dan volute Kompresor sentrifugal dilengkapi satu atau lebih impeller untuk mengkompresi refrigeran. Suatu multistage kompresor akan menggunakan lebih dari satu impeller untuk menaikkan tekanan refrigeran.

Gambar 1.8. Multistage Centrifugal Compressor Dari gambar di atas, refrigeran yang telah dikompresi keluar dari outlet stage pertama impeller kompresor dan kemudian masuk ke dalam inlet stage kedua impeller kompresor. Setelah berakselarasi, uap refrigeran akan meninggalkan impeller terakhir dan terkumpul di volute untuk disalurkan ke kondenser.

C.

Kompresor Helical-Rotary Screw

Gambar 1.9. Kompresor twin screw dan single screw Kompresor helical-rotary screw menggunakan 2 buah screw, seperti rotor, yang berfungsi sebagai alat pengkompresi. Male screw merupakan screw yang digerakkan oleh motor, sedangkan female screw bergerak mengikuti male screw. Namun ada juga kompresor screw yang hanya menggunakan single screw dilengkapi dengan dua buah stargate (rotor gate) sebagai alat pengkompresinya.

Gambar 1.10 Twin screw dan Single screw beserta star gate Dalam pokok bahasan ini kita hanya akan membahas kompresor twin screw yang lebih umum digunakan dalam sistem refrigerasi. Prinsip utama pengkompresian pada kompresor twin screw adalah menjebak refrigeran pada celah-celah screw dengan menyempitkan volume ruangnya.

Gambar 10. Tempat refrigerant masuk ke ruang kompresi (Intake port)

Berikut langkah-langkah kompresi pada kompresor twin screw!


Uap refrigeran dari suction line masuk melalui intake port menuju ruang kompresi

Ini adalah gambar ruang kompresi dari depan dimana sejumlah refrigerant masuk melalui intake port dari sebelah kiri atas, gas yang masih bertekanan suction akan masuk dan dibatasi oleh housing kompresor.

Ini adalah gambar ruang kompresi dari atas, yang menunjukkan putaran dari rotor yang akan menjebak uap refrigeran ke sebelah kanan menuju meshing point (titik penjebakan).

Rotor masih terus berputar yang akan menyebabkan meshing point yang berisi uap refrigerant bergerak menuju discharge port di akhir dari kompresor. Proses ini akan secara progresif mengurangi volume dari celah screw yang akan mengkompresi refrigeran.

Akhirnya, celah ulir yang terisi refrigeran yang sudah terkompresi keluar menuju discharge port. Pada kompresor twin screw tidak ada katup yang digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkan refrigeran tetapi menggunakan port. Kompresor dengan model ini disebut ported compressor.

D.

Kompresor Scroll Stationary scroll Suction Port Discharge Port Suction Port

Driven scroll

Gambar 1.11. Kompresor Scroll Kompresor scroll bekerja dengan menggunakan prinsip menjebak uap refrigeran dan mengkompresikannya dengan penyempitan volume refrigeran secara perlahan-lahan. Kompresor scroll menggunakan konfigurasi dua scroll yang dipasang saling berhadapan. Kompresor scroll biasanya digunakan untuk sistem heat pump, AC Split, Windows AC, Split Duct dan Water Chiller berskala kecil. Sroll paling atas disebut stationary scroll, dimana terdapat discharge port. Sedangkan scroll paling atas disebut driven scroll, yang dihubungkan dengan motor melalui poros dan bearing. Stationary Scroll adalah scroll yang diam sedangkan Driver scroll adalah scrol yang berputar. Discharge Port Suction Port Suction Port Driven scroll Stationary scroll

Gambar dibawah ini menunjukkan proses kompresi pada kompresor scroll! Proses Intake Proses Kompresi

Proses Discharge

Fasa Intake. Uap refrigeran akan mengisi ruang diantara 2 scrool akibat putaran poros yang akhirnya membuat uap refrigeran terperangkap diantara dua scroll.

Fasa Kompresi. Kemudian poros akan berputar kembali yang akan membuat ruang yang berisi refrigeran mengecil sehingga akan menaikkan tekanan uap refrigeran yang terperangkap didalamnya.

Fasa Discharge. Poros berputar kembali yang membuat dua buah scroll yang menjebak refrigeran terpisah dan uap refrigeran yang telah terkompresi keluar menuju discharge port.

CHAPTER SIX CHARACTERISTIC OF RECIPROCATING COMPRESSOR


6.1 Bagian-bagian Kompresor Reciprocating Data Komponen : A. Suction line B. Discharge line C. Suction Valve D. Discharge valve E. Cylinder F. Ring piston

G. Piston H. Connecting Rod (ConRod) I. Crank shaft

Gambar 2.1 Bagian-bagian kompresor reciprocating 6.1.a Katup Kompresor Katup kompresor yang digunakan pada kompresor refrigerasi lebih cenderung ke Pressure Actuated daripada ke Mechanical Actuated. Yang dimaksud Pressure Actuated adalah pergerakan katup-katup kompresor baik katup pada sisi tekanan rendah (suction) dan katup pada sisi tekanan tinggi (discharge) semata-mata dipengaruhi oleh variasi tekanan yang bekerja pada kedua sisi tekanan tersebut.

Gambar 2.3 Assembly valve untuk kompressor Katup kompresor yang akan kita bahas hanya untuk jenis ring plate valve dan flexing valve. Katup jenis ring plate valve terdiri dari dudukan katup (valve seat), satu atau lebih plat ring (ring plate), satu atau lebih pegas katup (valve spring) dan retainer. Plat ring-nya dicekam kuat oleh dudukan katup melalui pegas katup, yang juga berfungsi lain membantu mempercepat penutupan katup. Sedang fungsi retainer adalah memegang pegas katup pada selalu pada posisi yang benar dan membatasi pergerakkannya. Katup plat ring ini dapat digunakan untuk kompresor kecepatan tinggi dan rendah. Dapat pula digunakan sebagai katup suction dan discharge.

Assembly Valve Plate (Carrier Corp., subsidiary of United Technologies Corp)

Katup ring plate valve suction dan discharge Flexing valve didesain untuk digunakan pada kompresor ukuran kecil dan sering disebut flapper valve. Katup flapper ini terbuat dari lempengan baja tipis, yang dicekap kuat pada salah satu ujungnya sedang ujung lainnya ditempatkan pada dudukan katup tepat di atas lubang katupnya (port valve). Di mana ujung katup yang bebas akan bergerak secara flexing atau flapping untuk membuka dan menutup katup. Seperti diperhatikan dalam gambar.

Gambar 2.4 Prinsip Katup Flexing dari jenis Flapper Desain flapper biasanya digunakan untuk katup discharge dan sering disebut sebagai beam valve. Plat katupnya dipasang di atas lubang (port) melalui sebuah pegas yang terpasang di tengah katup platnya sehingga plat katupnya dapat bergerak ke atas (membuka lubang katup). Gerakan turun dari plat katupnya semata-mata karena gaya pegas. Pegas katup ini juga berfungsi sebagai pengaman untuk mencegah bila ada cairan atau kotoran yang masuk ke lubang katup. Karakteristik katup ideal Dapat memberikan efek pembukaan katup yang maksimum dengan sedikit hambatan untuk menimbulkan trotling gas Katup dapat terbuka dengan menggunakan tenaga yang ringan Katup harus dapat terbuka atau tertutup secara cepat untuk mengurangi kebocoran. Katup tidak mempunyai efek menambah clearance volume Katup harus kuat dan tahan lama 6.1.b Cylinders/Silinder

Kompressor dengan Konstruksi V silinder (Courtesy: Grasso International) Silinder adalah ruang kompresi. Jumlah silinder pada kompresor bervariasi, dari satu sampai enam belas silinder. Untuk kompresor multisilinder, silinder di susun dalam in line (satu garis), radial ataupun dalam bentuk V atau W. Silinder kompresor biasanya terbuat dari cast iron sehingga mudah untuk diproduksi serta di design tanpa belokkan. Untuk unit dengan kapasitas kecil, biasanya silinder dengan crank case dicor tidak terpisah. Namun untuk unit berkapasitas besar, silinder dengan crank case housing dicor terpisah dengan dilengkapi liner yang bisa dilepas.

Piston, cylinder, dan crankshaft arrangements untuk 2, 4 dan 8 cylinder 6.1.c Piston, Ring Piston, Crankshaft dan Connecting rod
Piston

Piston pin

Locking pin ConRod

Cap screw

Gambar 2.2 Piston beserta con-rods

Terdapat dua tipe piston yang sering digunakan pada kompresor refrigerasi, automotive piston dan double-trunk piston. Yang membedakan tiap tipe adalah metode dari pengambilan gas suction dan penempatan suction valve. Kebanyakan piston diproduksi dari cast iron begitu juga ring-nya. Namun ada beberapa piston yang diproduksi dari alumunium. Piston untuk kompresor ukuran besar dilengkapi dengan ring piston, sedangkan piston dengan ukuran kecil tidak. Ring piston paling atas disebut compression ring dan yang paling bawah disebut dengan oil ring. Fungsi dari oil ring untuk mengontrol aliran oil ketika melumasi piston. Connecting rod berfungsi sebagai penghubung piston dengan crankshaft. Connecting rod biasanya terbuat dari baja tempa (drop forged steel). Sedangkan fungsi crakshaft / poros kompressor adalah mengubah gerakan putar menjadi gerakan naik-turun piston. Crankshaft terbuat dari baja tuang ataupun baja tempa.

Conventional Eccentric Crankshaft Terdapat dua mekanisme crankshaft dalam memindahkan piston, Crankthrow-type crankshaft mechanism dan Eccenttic type crankshaft mechanism. Pada kompresor jenis eccenttric fastened, digunakan straight shaft yang dipasang pada conventional eccentric shaft gunanya untuk mengurangi getaran. Kompresor jenis ini tidak menggunakan connecting rod.

Crankthrow-type crankshaft mechanism

Eccenttic type crankshaft mechanism

6.2 Sistem Pelumasan Kompresor Sistem pelumasan kompresor pada sistem refrigerasi akan berhubungan erat dengan refrigeran, karena oli akan kontak bahkan bercampur dengan refrigeran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih oli untuk pelumasan kompresor pada sistem refrigerasi adalah sebagai berikut! 1. Stabilitas kimiawi oli Kestabilan komposisi kimia pada oli sangat penting agar sistem pelumasan bisa berfungsi dengan baik dan efektif agar tidak terjadi perubahan komposisi kimia pada oli untuk waktu yang lama. Kestabilan komposisi kimia pada oli sangat bergantung dari banyaknya unsaturated hydrocarbon yang ada pada oli. Semakin sedikit persentasi unsaturated hydrocarbon pada oli maka semakin stabil komposisi kimia pada oli 2. Kekuatan dielektrik

Kekuatan dielektirk oli adalah ukuran resistansi oli terhadap arus listrik. Karena oli sering bercampur dengan refrigeran ketika mendinginkan motor sehingga tingkat resistansi oli terhadap arus listrik perlu diperhatikan. Masuknya uap air, serpihan logam atau benda asing lainnya yang masuk bersama oli akan menurunkan kekuatan dielektriknya. Pada sistem yang menggunakan kompresor hermetic, rendahnya kekuatan dielektrik oli bisa menyebabkan winding motor terbakar. 3. Viscocity Viskositas oli atau kekentalan oli adalah ukuran pergesekan aliran fluida atau ukuran resistansi aliran fluida. Supaya pelumasan pada kompresor cukup, viskositas dari oli harus dijaga dengan batas tertentu. Jika viskositas oli terlalu rendah, oli tidak akan mampu menyelimuti permukaan komponen yang perlu dilumasi. Namun jika viskositas oli telalu tinggi, maka kemampuan oli untuk masuk ke bagian dalam komponen akan lambat sehingga sistem pelumasan oli akan terhambat. Indikasi oli kompresor harus diganti adalah sebagai berikut : a) Oli kotor, dapat dilihat pada sight glass yang ada pada kompresor. b) Running hours, biasanya berkisar 600-10.000 jam atau sekitar 1 tahun. c) Overhaul compressor, akibat kerusakan maka pembongkaran di kompresor harus dilaksanakan. d) Oli sudah mengandung air. e) Viskositas oli sudah menurun.

CHAPTER SEVEN COMPRESSOR FAILURE


7.1. Mechanical Failure Beberapa penyebab kerusakan mekanik pada kompresor adalah sebagai berikut : 1. Slugging

Gas bisa di kompresikan, sedangkan cairan tidak Slugging adalah proses dimana kompresor mengkompresikan refrigeran cair sehingga bagian mekanik kompresor rusak. Kita harus ingat bahwa cairan tidak bisa dikompresikan sedangkan gas bisa dikompresikan. Slugging hanyalah akibat dari ketidak beresan suatu sistem, penyebabnya adalah terjadinya Flooded start dan Floodback.

Kerusakan bagian mekanik kompresor akibat keganasan slugging a. Flooded start Flooded start adalah masuknya lumpur campuran oli dan refrigeran yang mengendap di dalam crankcase ke dalam cylinder kompresor. Penyebabnya adalah : Temperatur sekeliling kompresor dibawah 50F(10C) Evaporator lebih panas dibandingkan kompresor Sistem sudah lama tidak dijalankan Heater kompresor mati

Dari gambar di atas, sistem yang lama tidak dijalankan akan membuat refrigeran yang temperaturnya lebih rendah akan menguap dan mengambil panas dari oli sehingga terkumpul dan mengendap bersama di dalam crank case.

Akibatnya, ketika sistem dijalankan, endapan lumpur campuran refrigeran dengan oli akan masuk kedalam cylinder dan mengakibatkan rusaknya bagian mekanik dari kompresor. Untuk menghindari Flooded start, ada beberapa pencegahan : Tempatkan kompresor pada temperatur sekeliling diatas 50F(10C) Jaga pengisian refrigeran supaya tidak berlebihan Gunakan heater pada crank case b. Floodback

Refrigerant Liquid Refrigerant Gas

Refrigerant Liquid Refrigerant Gas

Ilustrasi Floodback Flood back adalah masuknya refrigeran cair ke dalam kompresor. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan mekanik pada kompresor. Floodback disebabkan oleh: Condenser kotor dan evaporator tertutup bunga es yang tebal. Kipas kondenser mati Oli terkumpul dan menghambat pengambilan panas oleh refrigeran di evaporator Floodback dapat dicegah dengan : Gunakan accumulator sesuai dengan ukuran sistem Jaga temperatur superheat suction di atas 25F. 2. Overheating dan High Discharge Temperature Dalam sistem hermetik maka motor kompresor didinginkan oleh aliran gas refrigeran yang masuk melewati gulungan motor. Oleh karena itu bila terjadi penurunan aliran gas refrigeran (low suction pressure/high discharge pressure) dapat menyebabkan kenaikan suhu motor. Bila batas suhu aman terlampaui maka dapat menyebabkan kerusakan pada motor kompresornya. Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka biasanya pada gulungan motor dilengkapi dengan internal protector. Overheating juga bisa disebabkan akibat temperatur discharge terlalu tinggi yang mengakibatkan oli kehilangan daya lumasnya sehingga terjadi aus pada ring dan dinding cylinder yang mengakibatkan terjadinya gesekan. Gesekan ini akan meninggalkan partikel metal yang jika masuk ke winding kompresor akan mengakibatkan spot burn winding. Selain merusak komponen elektrik, juga dapat merusak discharge valve, piston, ring, dan cylinder serta spot burn pada rotor.

Guratan pada piston mengindikasikan adanya partikel logam yang menyebabkan terjadi spot burn Penyebab High discharge temperature : High condensing pressures High system superheat Low suction pressures

High compression ratios 3. Oil loss/migration oil Selama kompresor bekerja maka oli refrigeran juga ikut bersirkulasi di sepanjang sistem pemipaannya dan kembaliu ke kompresor. Pergerakan kecepatan oli dari dan kembali ke kompresor dipengaruhi oleh kecepatan laju aliran refrigeran. Pada kondisi beban minimum. Pergerakan refrigeran menurun dengan sangat drastis, hal ini dapat mempengaruhi pergerakan oli. Pada kondisi yang buruk maka akan mengakibatkan oil terjebak di evaporator dan di saluran lainnya. Akibatnya lama kelamaan dapat mengurangi oil level di kompresor dan terjadi aus di bagian mekanik kompresor yang dapat menyebabkan kompresor macet. Karena itu, untuk sistem dengan instalasi pemipaan yang panjang biasanya menggunakan oil separator atau dengan trap leher angsa (goose neck) untuk mencegah oil naik ke atas dan terjebak di evaporator. Oil loss disebabkan oleh: Laju refrigeran terlalu lambat sehingga memperlambat pergerakan oli Sistem kekurangan refrigeran Oversize pada suction line Sistem tersumbat

7.2 Electrical Failure Over/Under Voltage Voltage Unbalance Current Unbalance Rapid Cycling 1. Overheating Penyebab overheating pada kompresor ada beberapa sebab, diantaranya adalah : a. Voltage Unbalance Salah satu penyebab tidak imbangnya arus pada motor induksi adalah akibat dari voltage yang tidak seimbang. Akan cepat terjadi perbedaan arus dengan sedikit saja perbedaan voltage. Beda maksimum voltage dari winding ke winding adalah 2%. Untuk mengukur voltage, yang paling akurat ada pada terminal kompresor. Contoh setelah hasil pengukuran, diketahui L1 ke L2 = 220 V, L2 ke L3 = 231 V, dan L3 ke L1 = 235 V, maka hasil rata-rata adalah 229 V. Maka jika 2% dari 229 V Winding Stress Winding Failure

High Ampere

Overload Trip System Shutdow n

adalah 4.5 V, maka kita tes L1 ke L2 = 229 V -220 V di dapat 9 V. Maka :

8 100% = 3.49% . Dari hasil perhitungan, maka angka 3.49 lebih besar dari yang 229
2% yang ditoleransikan dan beda ini berbahaya untuk kompressor. b. Current Unbalance Harus kita pahami bahwa voltage yang tidak sama akan mengakibatkan arus tidak sama juga tiap winding, namun arus yang tidak sama bukan berarti bahwa voltage nya juga tidak sama pada masing-masing winding. Kita ambil contoh pada situasi jaringan 3 phase, salah satu phase longgar ataupun kotor pada koneksinya akibat karbon ataupun korosi. Kita asumsikan L1 yang mempunyai masalah tersebut, sedangkan L2 dan L3 normal. Akibat banyaknya karbon dan korosi, maka L1 ketika diukur resistance nya akan lebih besar dibanding yang lainnya sehingga arus yang mengalir tidak akan sama. Arus yang tinggi akan menghasilkan panas pada winding. Beda maksimum arus dari winding ke winding adalah sama dengan voltase, yaitu 2%. c. Single-Phasing Single-Phasing terjadi jika salah satu phasa dari ke-tiga phasa hilang, yang mengakibatkan motor akan overheating. Ketika suatu motor 3 phasa sedang beroperasi, dan kehilangan satu phasa, maka 2 phasa yang lainnya akan mencoba membawa tambahan beban dari phasa yang hilang tersebut sekitar kali tambahan beban dari beban normal. Jika kompresor sedang bekerja dengan kondisi yang berat, maka overload protection akan bekerja akibat overload current. Sedangkan jika kompresor bekerja dalam kondisi ringan, maka arus tidak akan terlalu tinggi dan overload protection tidak akan bekerja. Namun akibatnya, winding akan semakin panas dan akhirnya trip motor protection bekerja. Sekali motor mati, maka biasanya tidak akan bisa restart/dihidupkan lagi akibat triping pada overload protector. Gambar dibawah merupakan salah satu contoh akibat single-phasing, satu phasa masih cerah dan 2 phasa yang lainnya terbakar.

Phasa yang over current akibat singlephasing, winding

Phasa yang hilang, winding masih cerah.

d. Supply Voltage

Overheating juga dapat terjadi akibat supplay voltage terlalu tinggi atau terlalu rendah dari batas yang telah ditetapkan oleh produsen kompresor. Untuk kompresor single 230 Volt, maka batas voltase yang diizinkan adalah +/- 10% dari 230 Volt atau sekitar 207 sampai 253 V. Untuk dual-rated voltage atau spread voltage unit, seperti 208/230 pada sistem 3 phasa, maka batas minimalnya 10% dibawah 208 dan batas maksimal 10% di atas 230 V dari voltage di name plate unit atau sekitar 187 sampai 253 V. Pada motor single phasa, penyebab dari overheating bisa juga disebabkan oleh kesalahan dalam memilih start components seperti run capacitor ataupun contactor-relay yang dihubungkan dengan start winding. Jika tidak tepat dalam memilih sesuai voltage dan microfarad-nya, akan membuat kompresor beroperasi tidak sesuai dengan toleransi yang di desain pabrik dan bisa juga membuat kompresor tidak bisa start. Jika motor tidak bisa start, maka akan menyebabkan locked rotor yang berimbas overheating dan naiknya ampere. e. Short Cycling Short Cycling adalah jarak antara sistem start/stop (on/off;mati/hidup) yang terlalu berdekatan akibat komponen control ataupun komponen safety motor tidak tepat sehingga mengakibatkan short motor winding. Pada saat kompresor running, maka butuh beberapa menit untuk membuang panas yang terjadi pada saat start akibat Lock Rotor Ampere (LRA). Jika frekuensi start terlau banyak, dikarenakan short cycle, maka akan mengakibatkan panas akibat Lock Rotor Current tidak terbuang dan akan semakin bertambah tiap kali kompresor start. Hal ini akan menyebabkan lama-kelaman kompresor overheating. Selain itu, akibat seringnya kompresor start, akan mengakibatkan kenaikan ampere dan temperatur pada winding dan menyebakan insulasi pada kawat ter-erosi yang berimbas short pada winding.

Short Motor Winding 2. Start/Run Winding Burn Start winding terbakar bisa diakibatkan oleh rangkaian kelistrikan yang salah. Sebab lainnya adalah sebagai berikut : o Kapasitas dan rusaknya capacitor o Terminal renggang dan berkarat o Compressor short-cycling o Salah pemilihan overload motor o Voltage terlalu tinggi/rendah melebihi toleransi yang ditetapkan

o Compressor macet 3. Spot Burn Spot burn disebabkan oleh kejutan/ketidakstabilan arus dan voltage listrik yang mengakibatkan arus dan voltage melebihi toleransi yang ditetapkan. Biasanya ini bukan akibat kesalahan teknisi, melainkan masalah pada suplay listrik. Gangguan pada voltage ataupun arus dapat menimbulkan percikan pada winding pada bagian yang insulasinya lemah. Spot burn dapat terjadi pada lokal winding saja, antar winding ataupun winding dengan ground

Spot burn Pada Winding Kompresor

CHAPTER EIGHT COMPRESSOR CAPACITY CONTROL


8.1. Pengaturan kapasitas kompresor Pengaturan kapasitas kompresor di defenisikan sebagai pengaturan banyaknya refrigeran uap yang akan dikompresikan oleh kompresor. Pengontrolan kerja kompresor diperlukan untuk penyesuaian perubahan beban yang terjadi terus menerus di dalam sistem. a. ON-OFF Cycle Sistem ini hanya direkomendasikan untuk multiple compresor untuk scroll ataupun reciprocating. Kita ambil contoh suatu sistem memiliki 4 buah kompresor scroll untuk kapasitas total mesin 140 kW. Jika kita bagi, maka tiap kompresor

berkapasitas 35 kW. Maka jika kapasitas yang dibutuhkan turun dari 140 kW menjadi 50 kW maka sistem akan mematikan 2 buah kompresor untuk mendapatkan kapasitas cukup 70 kW. Begitu juga untuk kompresor reciprocating tandem, jika 2 buah kompresor berkapasitas total 200 kW, maka tiap kompresor memiliki kapasitas 100 kW. Dan jika, sistem hanya membutuhkan kapasitas 90 kW, maka kompresor 1 akan mati karena cukup 1 kompresor saja sudah mendapatkan kapasitas 100 kW untuk memenuhi kebutuhan sistem yang hanya sebesar 90 kW.

Kompresor reciprocating terpasang 3 seri untuk kapasitas 0%, 33%, 66% dan 100%

b.

Kompresor tandem untuk kapasitas 0%, 50% dan 100% Variable Speed Compressor

Karena kapasitas kompresor berbanding lurus dengan kecepatannya maka untuk mengontrol kapasitas kompresor dapat dilakukan dengan mengatur kecepatan kompresor melalui putaran motor penggeraknya. Alat yang digunakan sebagai pengontrol kecepatan putaran motor ini disebut adjustable-frequency drive (AFD) atau variable-speed drive. Meskipun adjustable-frequency drive (AFD) bisa dipakai pada semua kompresor, namun pemakaiannya cenderung lebih sering dipakai pada kompresor sentrifugal.

Gambar 3.2 Adjustable-frequency drive (AFD) atau variable-speed drive c. Cylinder Unloader Digunakan pada kompresor reciprocating dengan kapasitas besar, untuk mengatur kompresor pada saat beban naik atau turun. Berikut penjelasannya! Beban evaporator naik

Pada saat beban evaporator naik, maka controler akan mengirim signal kepada SV yang mengakibatkan gas yang di by pass dari discharge line akan masuk dan mendorong unloader valve sehingga menutup saluran masuk refrigeran dari suction menuju ruang silinder kompresor.

Beban evaporator turun

Pada saat beban evaporator naik, maka controler akan mengirim signal kepada SV yang untuk menutup katup yang mengakibatkan gas yang di by pass dari discharge line terhenti dan akibat nya, unloader valve akan terdorong ke atas dikarenakan terdorong oleh tekanan dari suction sehingga saluran masuk refrigeran dari suction menuju ruang silinder kompresor akan terbuka. d. Slide valve Digunakan pada kompresor single dan double screw dengan cara mengatur banyaknya uap refrigerant yang akan masuk ke kompresor melalui pergeseran katupnya.

Gambar 3.4 Slide Valve pada Twin srew dan Single Screw Pada saat start, maka slide valve akan membuka penuh sehingga uap refrigeran dari suction akan di by pass menuju suction line kembali sehingga kompresor ketika start dapat bekerja dengan ringan. Ketika kompresor sudah beroperasi normal, dan beban sistem semakin bertambah, maka slide valve akan bergeser menutup secara perlahan dari kapasitas 25%, 50%, 75% dan sampai beban penuh 100%. Penutupan slide valve dilakukan secara perlahan guna menghindari kompresor bekerja terlalu berat jika langsung pada full load capacity. Jika kapasitas pendinginan turun contohnya sekitar 75%, maka slide valve akan membuka kembali untuk mem-by pass uap refrigeran sehingga refrigeran yang dikompresikan akan berkurang 25% dan mengurangi kapasitas pendinginan sebesar 25% dari kapasitas full 100%.

Sedangkan untuk kompresor single screw, pengontrolan kapasitas kompresor menggunakan slide valve dengan cara mem-by pass uap refrigeran menuju suction.

Mekanisme Slide Valve untuk Single Screw e. Inlet Vane/Inlet Guide Vaned (IGV)

Digunakan pada kompresor sentrifugal dengan cara mengatur banyaknya uap suction yang masuk melalui vane.

Perubahan sudut IGV ( dari kiri ke kanan kapasitas 0%, 50%, 100%) Banyaknya refrigeran yang masuk ke dalam impeller dipengaruhi oleh perubahan sudut dari IGV. Semakin besar sudut IGV, maka semakin besar pula refrigeran yang akan masuk ke dalam kompresor.

Inlet Vaned terpasang pada kompresor sentrifugal

CHAPTER NINE PERFORMANCE OF RECIPROCATING COMPRESSOR


9.1 Piston Displacement Piston Displacement adalah istilah yang diberikan untuk menentukan jumlah gas refrigeran yang dapat dikompresi dan dipindahkan oleh torak pada saat toraknya melangkah dari TMB ke TMA. Secara matematis ditulis :

( 0.7854D ) ( L) ( N) ( n) Vp=
2

1728

.. (BRITISH)

Dimana : Vp : Compressor displacement (cfm) D : Diameter piston (in) L : Langkah piston (in) n : Jumlah piston N : Putaran kompresor (rpm) Vp = .R2.L.N.n Dimana : Vp : Compressor displacement (m3/s) R : jari-jari piston (m) L : langkah piston (m) N : jumlah piston n : putaran per detik (s) (SI)

9.2 Efisiensi Volumetrik Karena efek ruang sisa (clearance volume) yaitu celah antara piston pada titik mati atas dan katup kompresor, maka mengakibatkan sebagian ekspansi gas tertahan di bagian atas silinder, sehinga jumlah gas riil (aktual) yang dapat dikompresi oleh torak kompresor lebih kecil daripada kemampuan kompresor sebenarnya sesuai dengan volume langkah piston (piston displacement). Volume langkah piston sering disebut juga sebagai jumlah gas teoritis. Efisiensi Volumetrik didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah gas riil dan jumlah gas teoritis. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

Ev =

Va 100 Vp

Dimana : Ev = Effeciency Volumetric (%) Vp = jumlah gas teoritis atau piston displacement (cfm) Va = Volume riil uap suction yang dikompresikan per satuan waktu (cfm)

9.3 Perbandingan Kompresi Perbandingan tekanan discharge dan tekanan suction secara absolut disebut perbandingan kompresi. Semakin tinggi perbandingan kompresinya maka semakin kecil efesiensi volumetrik.

Perbandingan Kompresi =

Tekanan discharge absolute Tekanan suction absolute

9.4 Compression Process

Siklus A B disebut proses Ekspansi Proses ekspansi terjadi di alat pengatur laju refrigerant (ex. TXV, kapiler) dimana tekanan refrigeran diturunkan dari tekanan kondensasi menjadi tekanan evaporasi selama refrigeran melewati alat pengatur laju refrigeran. Ketika refrigeran masuk evaporator, terjadi penurunan temperatur refrigeran cair dari temperatur kondensasi menjadi temperatur evaporasi yang mengakibatkan sebagian cairan tersebut menguap. Proses ekspansi disebut proses adiabatic, karena tidak terjadi perpindahan panas selama proses namun terjadi perubahan temperatur dan tekanan. Siklus B C disebut proses Penguapan (Vaporazing) Proses penguapan terjadi di evaporator. Selama proses vaporasi, tekanan dan temperatur refrigeran konstan karena itu disebut isothermal dan isobar.

Refrigeran pada evaporator pada poin B masih berfasa campuran uap dan liquid. Seiring pengambilan panas yang terjadi mengakibatkan penguapan, maka pada keluaran evap pada poin C refrigeran sudah berbentuk uap jenuh. Terjadi proses perpindahan panas selama refrigeran mengalir di dalam evaporator dan pengambilan panas dari ruangan. Panas yang diambil oleh refrigeran di dalam evaporator (efek refrigerasi) adalah selisih enthalpy pada poin B dan C. Jadi RE (Refrigerating Effect/Efek refrigerasi/kapasitas evaporator) = qe = hc ha (Btu/lb) Panas yang diambil pada proses ini adalah panas laten, yaitu proses pengambilan panas tanpa disertai perubahan temperatur dan tekanan namun terjadi perubahan fasa. Proses pada poin X dan B adalah efek refrigerasi yang hilang. Siklus C D disebut proses Kompresi Proses C-D berada di dalam kompresor dimana tekanan uap refrigeran dinaikkan dengan menekan refrigeran dari tekanan vaporasi menjadi tekanan condenser. Uap jenuh refrigeran pada poin C masih bertekanan evaporator, sedangkan uap superheated refrigeran pada poin D sudah bertekanan condenser. Uap jenuh (saturated vapor) adalah kondisi dimana uap akan berubah fasa menjadi cair sedangkan cair jenuh (saturated liquid) adalah kondisi dimana cairan akan berubah fasa menjadi uap. Uap superheat adalah uap yang dipanaskan lanjut di atas temperatur penguapannya. Enthalpy adalah jumlah total energy yang diberikan per satuan massa (Btu/lb), sedangkan entropy adalah jumlah energy yang diberikan per satuan massa per derajat absolute temperatur/Fahrenheit (Btu/lb/F). Proses kompresi disebut proses frictionless-adiabatik, dimana terjadi perubahan tekanan, temperatur dan enthalpy namun entropy dalam proses ini konstan. Panas yang terjadi selama proses kompresi bisa dihitung dengan persamaan : qw = hd hc (Btu/lb)
a. Panas Kompresi Panas kompresi adalah sejumlah energi yang sebanding dengan kerja yang terjadi selama proses kompresi. Panas kompresi bisa didapat dengan melihat diagram p-h. qw = hd hc (Btu/lb)/(kJ/kg) b. Theoretical power

Theoretical power atau daya teoritis (Thp) adalah tenaga (hp) yang dibutuhkan untuk menggerakan kompresor per ton refrigerasi. Thp =

w .. (hp/ton) 33000

dimana w adalah kerja kompresi dalam ft-lb/min ton. w bisa dicari dengan persamaan : w = (J)(Qw) dimana Qw = m.qe = (778)[(m)(hd - hc)] dimana : w = kerja kompresi (ft-lb/min ton) J = jumlah energi mekanik, dimana 1 Btu = 778 ft-lb/Btu (ft-lb/Btu) Qw = Kapasitas refrigerasi, dimana 1 TR = 200 Btu/min ton (Btu/min) m = laju refrigeran (lb/min ton) hd-hc = panas kompresi (Btu/lb) Untuk mencari Thp, bisa juga menggunakan rumus:

Thp / ton =
c.

(m)(hd hc ) ...(hp/ton) 42, 42

Coefficient of Performance (C.O.P) Coefficient of Performance menunjukkan efesiensi dari sistem refrigerasi dimana merupakan ratio dari panas yang diserap oleh sistem terhadap energi yang disuplai ke kompresor. Jadi C.O.P adalah : C.O.P =

( qe ) Efek refrigerasi ( hc - ha ) = atau Panas kompresi ( hd - hc ) ( qw )

CHAPTER TEEN REFRIGERANT FLOW AND SYSTEM CONTROL


10.1 Refrigerant Flow Control A. Pipa Kapiler Nama lain dari pipa kapiler adalah Impedance tube, restrictor tube, atau Choke Tube. Pipa kapiler dbuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah refrigeran yang mengalir ke evaporator. Fungsi pipa kapiler dalam sistem refrigerasi : a) Menurunkan tekanan refrigeran cair yang mengalir di dalamnya. b) Mengatur jumlah refrigeran cair yang mengalir melaluinya. c) Menaikkan tekanan refrigeran di condenser.

Strainer

Capillary tube Fig.1 Capillary tube and strainer Pipa kapiler ditempatkan pada liquid line dari sistem. Pipa kapiler menghubungkan filter drier dan evaporator, dan merupakan batas antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dari sistem. Pada bagian tengahnya

sepanjang mungkin dilekatkan dengan saluran isap (suction line) dan di solder. Bagian yang di solder ini disebut penukar kalor (heat exchanger). Memakai pipa kaplier pada sistem refrigerasi harus memperhatikan dua hal yaitu : Kebersihan, diartikan pipa kapiler jangan sampai kotoran akibat debu, lumpur, potogan logam, flux, udara dan uap air dapat masuk ke dalam pipa kapiler. Pipa kapiler mempunyai lubang yang sangat kecil sehingga kotoran dapat membuntukan pipa kapiler tersebut. Ukuran pipa kapiler. Panjang dan ID (inside diameter) sangat peka(sensitif) dalam menentukan besar tahanannya. Sedikt saja perubahan ID (inside diameter) pipa kapiler dapat mengubah jumlah aliran refrigeran yang sangat besar. Sebagai pedoman memilih panjang pipa kapiler dapat disarankan jangan kurang dari 5 feet (1,5 meter) dan jangan lebih panjang dari 16 feet (4,88 meter). Mengalirnya refrigeran di dalam pipa kapiler yang pendek, kurang dari 1,5 meter menjadi sangat cepat, makin pendek panjang pipa kapiler maka kecepatan aliran refrigeran akan semakin cepat. Sedangkan pipa kapiler yang terlalu panjang atau ukuran lubang dalam yang terlalu kecil, tahanannya menjadi besar dan refrigeran yang mengalir berkurang, dan dapat menyebabkan kenaikkan tekanan pada sisi tekanan tinggi. Panjang dan ID (inside diameter) pipa kapiler yang direncanakan tergantung dari: kapasitas kompresor, suhu dingin pada evaporator yang direncanakan dan sifat refrigeran yang dipakai. Jumlah refrigeran yang diisikan ke dalam sistem refrigerasi yang menggunakan pipa kapiler harus tepat, tidak boleh lebih atau kurang. Jumlah refrigeran yang tepat yaitu apabila pada evaporator dinginnya telah merata pada bagian atas dan bagian bawah sampai saringan terasa hangat. Refrigeran yang terlalu banyak diisikan dapat menyebabkan bagian luar dari saluran isap (suction line) menjadi es sampai kompersor, dan dapat merusak katup kompresor. Dan apabila refrigeran kurang maka hanya ujung pipa kapiler dan sebagian evaporator dekat pipa kapiler saja yang menjadi es, dan berakibat suhu di dalam sistem refrigerasi tersebut tidak dingin. Keuntungan menggunakan pipa kapiler : o Harganya lebih murah dibandingkan dengan alat pengatur yang lain. Kerugian menggunakan pipa kapiler : o Tidak sensitif terhadap perubahan beban pendinginan. Karena lubang dan panjang pipa kapiler tidak dapat diubah lagi setelah dipasang pada sistem. o Lubang pipa kapiler mudah tersumbat karena ukuran ID (inside diameter) yang sangat kecil. Perhitungan dalam menentukan ID (inside diameter) pipa kapiler. Jika kita tidak mempunyai ukuran panjang dan ID (inside diameter) pipa kapiler yang tepat untuk sistem refrigerasi yang dikehendaki, kita dapat memakai Daftar Pemakaian Pipa Kapiler dengan melihat tabel pada Buku Teknik lemari es karangan Handoko K. halaman 124-125 atau pada lampiran pada buku ini dari Aplication And Engineering Data Copper Capillary Tubing dari JB Industries Inc. Contoh soal 1 Lemari es dengan kompresor 1/6 DK, kondensor statis, direncanakan untuk dipakai pada suhu rendah -20C. Berapa ukuran pipa kapiler yang diperlukan ? Penyelesian :

Kita lihat dari Daftar Pemakaian Pipa Kapiler dengan melihat tabel pada Buku Teknik lemari es karangan Handoko K. halaman 124, kompresor 1/6 DK dengan kondensor statis untuk suhu evaporator -20C, harus memakai pipa kapiler 0.031 ID dengan panjang 3.62 meter. Contoh soal 2 Sebuah lemari es dengan menggunakan pipa kapiler 0.040 ID panjang 3 meter. Apabila hendak ditukar pipa kapiler dengan ID lain, maka berapakah ID dan panjang pipa kapiler yang baru tersebut sehingga dapat memberikan karakteristik yang sama? Penyelesaian : Diketahui : Pipa kapiler 0.040 ID panjang 3 meter. Ditanyakan : ID dan panjang pipa kapiler yang baru tersebut sehingga dapat memberikan karakteristik yang sama. Jawab : Kita lihat dari Daftar Pemakaian Pipa Kapiler dengan melihat tabel pada Buku Teknik lemari es karangan Handoko K. halaman 125 atau pada lampiran pada buku ini dari Aplication And Engineering Data Copper Capillary Tubing dari JB Industries Inc. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Letakkan ukuran ID (inside diameter) pipa kapiler yang telah diketahui pada lajur kiri, yaitu 0.040. 2. Pada jalur paling kiri dari 0.040 tarik garis mendatar ke kanan, maka akan mendapat beberapa factor : Di bawah 0.036 ID didapat factor 0.62 Di bawah 0.042 ID didapat factor 1.25

3. Kalikan panjang pipa kapiler yang telah diketahui 3 meter dengan factor yang diperoleh. Dengan pipa kapiler 0.036 ID 0.62 x 3 m = 1.86 meter Dengan pipa kapiler 0.042 ID 1.25 x 3 m = 3.75 meter 4. Maka pipa kapiler yang dapat memberikan hasil dan tahanan yang sama seperti pipa kapiler 0.040 ID panjang 3 meter adalah pipa kapiler 0.036 ID panjang 1.86 meter dan pipa kaliper 0.042 ID panjang 3.75 meter. B. Automatic Expansion Valve (AXV/AEV) Disebut juga : katup ekspasi tekanan konstan, pressure control expansion valve, constant pressure valve. a. Definisi dan Fungsi AXV berfungsi mempertahankan tekanan evaporator yang konstan pada beban evaporator yang berubah-ubah. AXV dapat mengatur jumlah refrigeran yang masuk ke evaporator dalam batas yang sama dengan kapasitas isap kompresor. Selama sistem sedang bekerja, AXV dapat membuat/mempertahankan tekanan evaporator dan tekanan saluran isap tetap konstan.
Fo Fs : tekanan atmosfer : tekanan adjustable spring : tekanan evaporator : tekanan follow up spring

Diaphragm/bellow

Fe Ffs

Fig. 2 Automatic Expansion Valve Schematic b. Penerapan (application) AXV pada umumnya dipakai dengan evaporator kering (dry expansion evaporator) dan AXV bekerjanya hanya dipengaruhi oleh tekanan refrigeran di evaporator. Sedangkan tekanan refrigeran di evaporator tergantung dari jenis refrigeran yang dipakai dan pemakaiannya untuk suhu tinggi, sedang, atau rendah. AXV hanya dapat dipakai untuk sistem dengan sebuah kompresor dan sebuah evaporator saja, terutama untuk kapasitas kecil (room air conditioner, water cooler, dehumidifier, freezer, lemari es dan lain-lain), efisiensi dari instalasi yang tidak kritik dan untuk sistem yang selama bekerja tidak perlu dibuat defrost. Kerugian yang utama dari AXV dibandingkan TXV (katup ekspansi termostatik) ialah tidak efisien. Katup tersebut tidak dapat dipakai dengan sistem yang

memakai dua evaporator atau lebih, apalagi dengan suhu evaporator yang berbeda. c. Prinsip Kerja AXV Beban maksimum Pada waktu beban evaporator besar, panas yang diserap lebih banyak, maka refrigeran yang menguap juga bertambah banyak. Di dalam evaporator terbentuk lebih banyak gas, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan evaporator dan tekanan saluran isap (suction line). Tekanan evaporator akan naik dan menekan diafragma ke atas, sehingga needle bergerak ke atas menutup lubang saluran refrigeran. Refrigeran yang membasahi permukaan evaporator berkurang dan yang menguap juga berkurang, sehingga tekanan evaporator turun sampai terjadi keseimbangan lagi pada diagfragma. (Fe+ Ffs > Fo+ Fs) Beban minimum Pada waktu beban evaporator kecil, tekanan evaporator akan menjadi rendah, AXV harus diatur agar tidak mengalirkan refrigeran cair terlalu banyak. Pada waktu tekanan evaporator rendah, AXV akan membuka saluran refrigeran yang lebih besar untuk mengalirkan refrigeran lebih banyak ke evaporator. (Fe+ Ffs < Fo+ Fs)

C. Thermostatic Expansion Valve (TXV/TEV) a. Definisi dan Fungsi TXV berfungsi mempertahankan temperatur superheat yang keluar dari evaporator. TXV sangat efektif jika digunakan pada dry expansion evaporator untuk mencegah masuknya refrigeran cair ke kompresor. Terdapat dua tekanan saling berlawanan yang mempengaruhi mekanisme kerja dari TXV yaitu tekanan sensing bulb (Fsb) serta tekanan evaporator (Fe) dan tekanan spring (Fs).

Sensing bulb diletakan pada pipa yang keluar dari evaporator. Sensing bulb bisa berisi air raksa namun lebih baik berisi refrigeran yang sama dengan refrigeran yang diisikan pada mesin pendingin tersebut.

Fig. 5 TXV Schematic Keuntungan menggunakan TXV diantaranya: 1. Sangat efektif mengontrol banyaknya refrigeran yang dimasukkan ke evaporator sesuai beban evaporator. 2. Mengurangi resiko masuknya refrigeran cair masuk ke kompresor. 3. Memaksimalkan kerja evaporator sehingga evaporator tidak kekurangan refrigeran ketika beban tinggi.

b. Prinsip kerja TXV Beban maksimum Ketika beban di evaporator maksimum maka terjadi pengambilan panas yang banyak dan terjadi banyak penguapan di dalam evaporator. Akibatnya, ketika refrigeran keluar dari evaporator temperaturnya sudah naik sehingga menaikkan pula superheatnya.

Karena temperatur superheat naik, maka refrigeran yang ada di dalam sensing bulb akan menguap sehingga tekanan sensing bulb lebih tinggi dibandingkan tekanan spring yang akan menekan bellow ke bawah sehingga membuka needle dan membuat refrigeran yang masuk ke evaporator semakin banyak.

Beban minimum Ketika beban di evaporator minimum, maka tidak banyak terjadi pengambilan panas di dalam evaporator. Akibatnya, ketika refrigeran keluar dari evaporator temperaturnya masih rendah sehingga menurunkan temperatur superheatnya. Karena temperatur superheat turun, maka refrigeran yang ada di dalam sensing bulb akan menyusut, akibatnya tekanan sensing bulb lebih kecil daripada tekanan spring yang akan menekan bellow ke atas dan needle akan menutup yang mengakibatkan refrigeran yang masuk ke evaporator semakin sedikit. 10.2 Refrigeration System Cycle Control

A. Thermostat Thermostat adalah alat yang digunakan untuk menjaga suhu ruang tetap berada pada batas yang direncanakan dengan tepat. Thermostat dapart diletakkan di dalam ruang atau di dalam duct untuk mendeteksi suhu udara dan dapat pula diletakkan di dalam pipa untuk mendeteksi suhu air (chilled water).

Themostat dengan sensing bulb

Fig.8 Schematic electric thermostat with sensing bulb

Kebanyakan thermostat menggunakan bulb sebagai sensor suhu. Heating thermostat akan menbuka kontaknya bila suhu ruang naik, sedang cooling thermostat akan membuka kontak switch bila suhu ruang turun. Kerja pengatur suhu (thermostat) dipengaruhi oleh perubahan suhu yang diterima oleh alat sensor suhu (bulb) gas akan mengembang sebanding dengan suhunya. Perubahan suhu tersebut dapat menyebabkan gas, uap atau cairan di dalam pipa dan bulb mengembang atau menyusut, sehingga dapat menimbulkan tekanan pada bellow (diafragma) yang berubah-ubah. Perubahan tekanan di dalam bellow diubah menjadi gerakan linear untuk menggerakkan suatu kontak untuk membuka atau menutup. Di atas bellow ditempatkan pegas yang melawan tekanan bellow. Tekanan pegas dapat diatur melalui tombol yang ada di atasnya. Sehingga tekanan bellow pun akan mengikutinya yang berarti temperatur dari bulb yang dapat diatur.

Pengaturan (setting) Thermostat Thermostat mempunyai batas cut in dan cut out tertentu. Perbedaan antara batas cut in dan cut out tergantung dari pengaturan differensialnya. Besar kecilnya differensial tergantung pada penggunaan dan lokasi alat sensor suhu (bulb). Pengaturan thermostat ada 2 macam : (i) pengaturan range dan (ii) pengaturan diferential. Pengaturan Range Mengatur range adalah cara pengaturan cut in dan cut out thermostat yang menghasilkan daerah pengaturan amplitudo. Cut on dan cut off akan kembali bersamaan tetapi dengan differensial yang tetap sama. Biasanya pada baut pengaturan range ada petunjuk arah putaran baut pengatur range yang memberikan pengaturan sebagai berikut : (i) Memutar baut searah jarum jam - suhu kerja naik

(ii) Memutar baut rangge melawan jarum jam - suhu kerja turun (iii) Memutar baut range satu putaran akan mengubah suhu kerja antara 5o C - 8oC Pengaturan Diferential Fungsi utama thermostat adalah menjalankan motor kompresor baik suhu pendinginan meningkat (naik) pada batas tertentu. Batas ini disebut "Cut in" temperatur setting dan menghentikan motor kompresor saat suhu pendinginan mencapai titik terendah sesuai pengaturannya titik suhu terendah ini disebut "Cut on" temperatur setting. Mengatur differensial adalah mengatur kerja thermostat atau mengatur perbedaan titik cut in dan titik cut out. Perbedaan (differensial) ini tergantung pada aplikasi atau kondisi pendinginannya. Meskipun begitu perlu berhati-hati waktu melakukan pengaturan ini sebab bila perbedaan ini terlalu kecil maka sistemnya akan dapat mengalami "short cycle". Short cycle adalah selang waktu cut ini dan cut out yang sangat singkat sehingga kerja kompresor terputusputus. Hal ini dapat membahayakan kompresor. Namun bila perbedaan ini terlalu besar maka temperatur pendinginan akan meningkat menjadi tinggi sebelum terjadi cut in. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan saat menentukan pengaturan thermostat adalah : a. Jenis evaporator yang dipakai, b. Perbedaan temperatur yang diinginkan antara evaporator dan ruangan yang didinginkan (TD) dan c. Jenis atau cara defrost. Jenis Evaporator Bare Tube Cross Fin Forced Draft Flooded Beda Temperatur 16 K 14 K 8K 3K

Pemilihan Thermostat hendaknya memperhatikan faktor-faktor berikut ini: a. Temperatur maksimum dan minimum yang dapat dicapai b. Jenis medium pendinginan misalnya udara, air, minuman c. Differensial yang dibutuhkan. Mekanisme kerja thermostat a. Temperatur naik

Pada saat temperatur evaporator naik melebihi batas yang diinginkan maka temperatur bulb juga naik sehingga cairan di dalam bulb akan berubah menjadi gas. Akibat perubahan ini, tekanan di dalam bulb juga naik sehingga mendorong bellow untuk mengembang. Karena tekanan bellow lebih besar dari tekanan pegas maka akan mendorong movable contact untuk terhubung dengan stationary contact sehingga akan menyalakan compressor. Ketika compressor menyala, maka refrigeran akan kembali bersirkulasi dan masuk ke evaporator kembali sehingga akan menurunkan temperatur evaporator.

b. Temperatur turun

Ketika temperatur evaporator turun melebihi batas yang diinginkan maka temperatur bulb juga turun sehingga gas di dalam bulb akan berubah menjadi cair. Akibat perubahan ini, tekanan di dalam bulb juga turun sehingga mendorong bellow untuk mengkerut. Karena tekanan bellow lebih kecil dari tekanan pegas maka akan mendorong movable contact untuk terpisah dengan stationary contact sehingga akan mematikan compressor. Ketika compressor mati, maka refrigeran berhenti bersirkulasi sehingga tidak ada refrigeran yang masuk ke evaporator sehingga akan menaikkan temperatur evaporator.

B. High Pressure Control (HPC) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan sistem terlalu tinggi diantaranya : 1. Temperatur udara sekitar yang tinggi 2. Banyak gas yang tidak mengembun di condenser. 3. Pengisian refrigeran terlalu banyak Tekanan kondensasi sistem pendingin tidak sama bergantung jenis refrigeran yang dipakai karena itu pengaturan jarum petunjuk untuk cut out dan differential bergantung dari jenis refrigeran yang dipakai mesin pendingin tersebut. Pada skala bagian kiri menunjukkan lajur skala batas tekanan (range) dan differential. Differential adalah perbedaan tekanan antara membuka dan menutupnya kontak kompresor. Ex. Setting cut out suatu HPC 380 psi dengan differential 30 psi. Maka compressor akan mati ketika tekanan sistem naik sampai mencapai 380 psi dan compressor akan kembali bekerja pada tekanan 350 psi (380-30).

Mekanisme kerja HPC Ex. Asumsi tekanan normal sistem 350 psi. Sistem kita pasang HPC dengan cut out 370 psi dengan differential 20 K. Ketika tekanan sistem normal yaitu 350 psi maka terjadi perimbangan antara tekanan out put condenser

dengan tekanan pegas pengatur range tekanan, sehingga kontak compressor dalam posisi masuk sehingga compressor bekerja normal. Ketika terjadi gangguan pada sistem, dimana tekanan sistem naik sampai 370 psi, maka tekanan dari out put condenser akan lebih tinggi dari tekanan pegas pengatur renge tekanan sehingga akan membuat bellow mengembang dan membuat kontak compressor keluar sehingga compressor mati. Setelah compressor mati maka tekanan sistem akan turun perlahan dikarenakan sistem mati sehingga tidak ada gas yang dikompresikan di kompresor akibatnya tekanan discharge turun dan menurunkan tekanan out put condenser juga, hingga mencapai 350 psi (370-20) compressor akan kembali bekerja.

C. Low Pressure Control (LPC) Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan sistem terlalu rendah : terjadinya

1. Kapasitas kerja kompresor tetap sedangkan beban tidak ada 2. Pengisian refrigeran terlalu sedikit. 3. Sistem bocor Pada skala bagian kiri menunjukkan lajur skala batas tekanan (range) dan differential. Differential adalah perbedaan tekanan antara membuka dan menutupnya kontak kompresor. Ex. Setting cut out suatu LPC 20 psi dengan differential 40 psi. Maka compressor akan mati ketika tekanan sistem turun sampai mencapai 20 psi dan compressor akan kembali bekerja pada tekanan 60 psi (20+40).

Mekanisme kerja HPC Ex. Asumsi tekanan normal sistem 60 psi. Sistem kita pasang LPC dengan cut out 30 psi dengan differential 30 K.

Ketika tekanan sistem normal yaitu 60 psi maka terjadi perimbangan antara tekanan suction line dengan tekanan pegas pengatur range tekanan, sehingga kontak compressor dalam posisi masuk sehingga compressor bekerja normal. Ketika terjadi gangguan pada sistem dimana tekanan sistem turun sampai 30 psi, maka tekanan suction line akan lebih rendah dari tekanan pegas pengatur renge tekanan sehingga akan membuat bellow mengkerut dan membuat kontak compressor keluar sehingga compressor mati. Setelah compressor mati maka tekanan sistem akan naik perlahan karena sistem mati dan tidak ada supply refrigeran ke evaporator akibatnya temperatur evaporator akan naik sehingga menaikkan tekanan suction pula, hingga mencapai 60 psi (30+30) compressor akan kembali bekerja.

CHAPTER ELEVEN REFRIGERATION BASE PRACTICE


11.1 Leak Detection Efek yang timbul akibat kebocoran sistem, yaitu : a. Hilangnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh isi refrigeran di dalam sistem. b. Memungkinkan udara dan uap air masuk ke dalam sistem pemipaan refrigerasi. Udara dan uap air merupakan gas kontaminan yang sangat serius dan sangat berbahaya jika masuk ke dalam sistem refrigerasi, sebab disamping dapat mencemari kemurnian oli refrigeran juga berkontribusi terhadap timbulnya lumpur dan korosi, selain itu juga dapat menjadi beku atau freeze up pada saat mencapai katup ekspansi. Ada tiga metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kebocoran, yaitu : 1. Pressure Test Method Metoda ini dilakukan dengan jalan mengisikan inert gas ke dalam sistem refrigerasi hingga mencapai tekanan tertentu dan kemudian melacak lokasi kebocoran dengan alat pendeteksi kebocoran. Gas yang digunakan untuk Pressure Test adalah refrigerant yang sesuai dengan sistemnya tetapi untuk ekonomisnya maka dapat dilakukan dengan menggunakan gas nitrogen kering atau campuran antara refrigeran dan gas nitrogen kering. Pemeriksaan atau uji kebocoran dengan pressure test ini harus dilakukan khususnya untuk unit baru yang telah selesai dirakit atau unit lama yang baru selesai diperbaiki atau diganti salah satu komponen utamanya. Untuk unit refrigerasi yang kompresornya jenis open type, maka tekanan gas yang diberikan atau diisikan ke dalam sistem tidak boleh melebihi 400 Kpa (60 Psi ) untuk mencegah agar seal crankcase kompresor tidak rusak. Untuk kompresor yang dilengkapi dengan service valve di kedua sisi inlet dan outletnya, maka pressure test dapat dilakukan hingga mencapai tekanan 150 Psi.

Pressure Test Method dengan 2 Service Valve

Pressure Test Method dengan 1 Service Valve c. Buble Test method

Bubble test method adalah pelacakan lokasi kebocoran dengan menggunakan busa sabun.

Halide Leak Detector adalah alat pelacak kebocoran dengan menggunakan halide torch. Biasanya halide torch ini menggunakan gas buatan yang berwarna biru. Bila ada pemipaan yang bocor maka warnanya berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan gas refrigeran. Electronic leak detector adalah pelacak kebocoran secara elektronik. Bila ia mendeteksi adanya kebocoran gas maka ada indikator yang akan menunjukkan dapat berupa suara atau secara visual.

Bubble solutions, internal red eye, Halide torch detector, dan electronic leak detector c. Vacuum Method Vacuum Pump digunakan untuk mengevakuasi atau mengeluarkan udara dan uap air yang terjebak di dalam sistem pemipaannya. Uji kebocoran dilakukan dengan memberi tekanan positif ke dalam sistem maka pada vacuum test sistemnya dibuat menjadi bertekanan negatif ( vacuum , standard tekanan vacuum 20 s.d 30 inHg). Untuk membuat vacuum, digunakan alat khusus yang disebut pompa vacuum atau vacuum pump. Pompa vakum ini akan menghisap gas yang ada didalam sistem sampai mencapai tingkat kevakuman tinggi. Kemudian sistemnya dibiarkan dalam keadaan tersebut selama lebih kurang 12 jam. Adanya kebocoran dalam salah satu lokasi akan menyebabkan tingkat kevakumannya turun. Bila menjumpai keadaan seperti itu maka sistemnya harus diperiksa dengan metoda pressure test lagi untuk memastikan lokasi bocornya. Dampak adanya udara dan uap air di dalam sistem: 1. Uap air dapat mengakibatkan terjadinya pemblokiran di saluran pipa kapiler atau dryer bila membeku menjadi es. 2. Udara yang terjebak di saluran bertekanan tinggi di kondenser dapat menyebabkan kenaikan tekanan kondensing yang membahayakan kompresor. 3. Uap air dapat bereaksi dengan refrigerant bila mendapat pemanasan. Hasilnya adalah senyawa asam hidrofluorik dan hidroklorik yang mengakibatkan kontaminasi pada sistemnya.

4. Uap air dapat bereaksi dengan lubricant sehingga megubah karakteristik lubricant karena oksidasi dan acidic. 5. Uap air menyebabkan terjadinya oksidasi. 6. Uap air dapat mempertebal lapisan pipa bagian dalam, sehingga menyebabkan efek penyempitan pipa.

Vacuum Procedur 11.2 Charging unit Pengisian refrigeran (charging) ke dalam sistem harus sesuai dengan takaran. kelebihan refrigeran dalam sistem dapat menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi akibat tekanan refrigeran yang tinggi selain itu dapat menyebabkan kompresor rusak akibat kerja kompresor terlalu berat dan adanya kemungkinan liquid suction. Sebaliknya, jika jumlah refrigeran yang diisikan sedikit, maka refrigeran akan kekurangan bahan pendingin. Proses pengisian refrigeran ada beberapa cara : 1. Mengisi sistem berdasarkan berat refrigeran. 2. Mengisi refrigeran berdasarkan banyaknya bunga es di evaporator. 3. Mengisi sitem berdasarkan temperatur dan tekanan. 4. Mengisi sistem berdasarkan ampere kompresor Pastikan pada setiap pengisian refrigerant, clamp meter/tang ampere selalu terpasang pada line kompresor. Untuk pengisian refrigeran dalam kondisi cair, maka harus melewati discharge service valve. Usahakan pengisian sedikit demi sedikit untuk menghindari tekanan balik dari sistem ke dalam tabung refrigeran. Berikut ini prosedur pengisian Tekanan sesuaikan dengan
refrigeran

Line power Ampere sesuaikan dengan name plate kompresor

CHAPTER TWELVE REFRIGERATOR WIRING


12.1 Wiring refrigerator defrost

Komponen beserta fungsinya : 1. Source plug Menghubungkan mesin pendingin dengan sumber tegangan 2. Thermostat Mengatur temperatur evaporator 3. Lamp Sebagai perangan pada lemari es 4. Door switch Saklar untuk memutuskan dan menghubungkan lampu dengn tegangan pada saat pintu lemari es dibuka atau ditutup 5. Overload protector Melindungi kompresor dari beban dan temperatur yang terlalu tinggi 6. Start winding Kumparan utama untuk mendapatkan kemagnitan yang kuat pada stator ketika motor listrik dihidupkan 7. Run winding Kumparan bantu untuk menimbulkan medan magnet putar/kumparan putar pada ruang stator 8. PTC relay Saklar magnetik yang dapat mengatur kontak listrik

Kutub kompresor 1 fasa Pada umumnya kompresor hermetic 1 phasa memiliki tiga buah kutub, yaitu C (common), S (starting) dan R (Running).

Untuk mencari kutub C, S, dan R maka kita harus memakai ohm meter dengan skala kecil karena hambatan dari kumparan motor kecil. Sebelum dilakukan pengukuran, semua hubungan kabel dari terminal harus dilepas. R S : memiliki nilai hambatan paling besar karena gabungan hambatan kumparan utama dan kumparan bantu. C S : memiliki nilai hambatan lebih besar dari C R. C R : memiliki nilai hambatan terkecil. Contoh pengukuran kutub-kutub kompresor untuk mencari CSR :

Ukur kutub X-Z Didapat 0,02

Ukur kutub X-Y Didapat 0,05

Ukur kutub X-Y Didapat 0,07

Kesimpulan berdasarkan pengukuran diatas: X-Z = 0,02 adalah R, karena R<S<C X-Y = 0,05 adalah S, karena R<S<C X-Y = 0,02 adalah C, karena R<S<C

CHAPTER TIRTH TEEN REFRIGERATOR NO FROST


Pada refrigerator jenis no-frost (frost free) atau refrigerator/kulkas 2 pintu terdapat dua kategori temperatur ruang yang berbeda yaitu: 1. Ruang Freezer: untuk membekukan makanan dengan range temperaturnya dari 0C s/d -25C (umumnya ditempatkan di bagian atas /pintu atas) 2. Ruang Refrigerator: untuk menyimpan makanan dalam waktu beberapa hari saja dengan range temperaturnya dari +2C s/d +10C (umumnya ditempatkan di bagian bawah).

Berikut ini, standar komponen elektrik pada refrigerator no frost : 1. Thermostat Ada dua cara pemasangan thermostat, dipasang dibagian freezer atau dipasang dibagian refrigerator. Thermostat yang memiliki sebuah kontak listrik dipasang dibagian freezer digunakan untuk mengontrol kerja kompresor sedangkan untuk mengontrol temperatur ruangan refrigerator digunakan mechanical thermostat yang mengontrol buka tutupnya saluran udara dingin dari bagian freezer yang masuk ke ruang refrigerator.

2. Defrost Timer suatu alat yang berfungsi untuk mengatur lamanya kerja kompresor dan mengatur proses pencairan bunga es di Evaporator (defrost cycle). Kompresor diatur umumnya bekerja sekitar 6 jam setelah itu harus dilakukan pencairan bunga es yang menggumpal di Evaporator dan bak penampung air yang terdapat dibawahnya. Lamanya proses defrost tergantung ketebalan es di Evaporator, semakin tebal semakin lama.

3.

Defrost thermo

Suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi temperatur di sekitar Evaporator sehingga bisa mengatur apakah proses pencairan es perlu dilakukan atau tidak. Alat ini juga berfungsi untuk menghentikan proses defrost apabila temperatur evaporator sudah terdeteksi diatas 0C. Umumnya sekitar 4C. Tergantung peletakan dari Defrost Thermo itu sendiri. 4. Plate heater dan Defrost heater

Plate heater berfungsi untuk mencairkan es di bagian penampung air selama proses defrost. Sedangkan Defrost Heater adalah pemanas utama yang berfungsi untuk mencairkan es yang ada di Evaporator.Ukuran heater ini sekitar 120-150Watt. 5. Thermo fuse

Apabila Defrost Thermo mengalami kerusakan. Misalnya tidak mau memutus pada temperatur yang telah ditetapkan maka Defrost Heater akan terus memanaskan ruangan sekitar Evaporator. Akibatnya temperatur di ruangan Evaporator akan naik terus dan jika dibiarkan akan sangat berbahaya, selain heater bisa rusak, juga interior dari kulkas tesebut kemungkinan besar akan meleleh karena pemanasan yang tidak terkontrol tersebut. Thermo Fuse akan putus jika temperaturnya mencapai 72C (beberapa manufaktur ada yang membatasi sampai 70 atau 71C). 6. Refrigerator interior lamp

Sebuah lampu penerangan yang akan hidup jika pintu refrigerator dibuka. 7. Evaporator fan motor

Berfungsi untuk mensirkulasikan udara dalam ruangan freezer dan refrigerator. 8. Thermal overload protector Mencegah terbakarnya Motor Kompresor yang diakibatkan oleh panas yang berlebihan. 9. Compressor motor berfungsi untuk menggerakkan bersirkulasi.

Kompresor

sehingga

refrigeran

bisa

10. Freezer door switch Sebuah saklar yang dipasang di bagian pintu Freezer, berfungsi untuk mematikan kipas saat pintu dibuka, sehingga bisa mengurangi keluarnya udara dingin dari ruangan freezer. 11. Refrigerator door switch Sebuah saklar yang dipasang di bagian pintu Refrigerator, berfungsi untuk mematikan kipas evaporator saat pintu dibuka, sehingga bisa mengurangi keluarnya udara dingin dari ruangan refrigerator.Selain itu saklar ini juga berfungsi untuk menghidupkan lampu penerangan dalam ruang refrigerator. 12. Start dan Running Capacitor Start capacsitor berfungsi untuk menambah torsi pada saat Kompresor mulai bekerja. Sedangkan running capacitor untuk menggeser sudut fase, dan memanfaatkan kumparan bantu sehingga Kompresor bekerja lebih effisien. 13. PTC Starter Salah satu jenis starter yang digunakan saat Kompresor mulai bekerja.

WIRING REFRIGERATOR NO FROST

MEKANISME KERJA WIRING REFRIGERATOR NO FROST

Gambar 1

Gambar 2

Pada gambar ke 1, Power dalam kondisi on sedangkan thermostat pada posisi out sehingga kompresor dalam posisi off dan jika pintu refrigerator dibuka maka interior lamp akan menyala (gambar 2)

Gambar 3

Gambar 4

Jika posisi thermostat diubah ke posisi 3 misalnya posisi tersebut adalah range -15C s/d -20C, sehingga kompresor dan evaporator motor fan on seperti gambar 3. Pada gambar 4, ketika temperatur ruang freezer sampai pada batas penyetelan yaitu -20C, maka Thermostat akan memutus (cut-out). Katakanlah dari kondisi awal (30C) sampai tercapai temperatur yang diinginkan (-20C)

memerlukan waktu sekitar 2 jam. Selama Thermostat ini memutus semua komponen mati kecuali lampu refrigerator jika dibuka akan hidup. Gambar 5 Gambar 6

Pada gambar 5 kompresor masih tetap bekerja untuk mendinginkan ruang freezer. Pada saat temperatur di Evaporator mencapai -2C, kontak point pada Defrost Thermo akan menutup. Dengan terhubungnya kontak pada defrost thermo, tidak akan memberi pengaruh apa-apa pada sistem. Menutupnya kontak ini hanya sebagai persiapan jika waktu untuk proses defrost tercapai maka Defrost Heater bisa bekerja untuk mencairkan es di Evaporator.

KONVERSI SATUAN SI - BRITISH


(Dossat, R.J, 1961 :7)

DAFTAR PUSTAKA

Althouse, A.D. (2004). Modern Refrigeration and Air Conditioning. Illionois : The Goodheart Willcox Company, lnc Dossat, Roy J. (1980). Principles of Refrigeration, Second Edition, SI Version. New York : Jonh wiley & Son Inc. Gunawan, Ricky. (1988). Pengantar Teori Teknik Pendinginan. Jakarta : P2LPTK Hasan, Syamsuri. (2006). Sistem refrigerasi dan Tata Udara jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Stoecker, W.F. (1985). Refrigeration and Air Conditioning, Second Edition. Singapore : McGraw-Hill Book Company Taylor, Wes. (2006). Compressor Motor Failure. USA : Penton Media, Inc.

Trane Company. (1999). A Trane Air Conditioning Clinic : Helical-Rotary Water Chillers. USA : American Standard, Inc. Trane Company. (1999). A Trane Air Conditioning Clinic : Centrifugal Water Chillers. USA : American Standard, Inc. Trane Company. (1999). A Trane Air Conditioning Clinic : Refrigeration Compressor. USA : American Standard, Inc. Tim Teknisi. (______). Panduan Maintenance and Repair. Jakarta : Sparindo Alfa Persada (tidak diterbitkan)

You might also like